297.Maksiat Menghambat Rezeki
Rezeki manusia bahkan seluruh makhluk yang ada telah ditentukan oleh Allah Swt ribuan tahun sebelum tercipta. Demikian keyakinan yang harus ada dalam hati seorang muslim. Rezeki menjadi hak makhluk dan kewajiban Allah Swt untuk memenuhinya. Manusia dan seluruh makhluk lainnya tidak perlu mengkhawatirkan atau bersedih memikirkan rezekinya. Selama nyawa dikandung badan,rezeki pasti ada. Rezeki pergi meninggalkan manusia bersamaan dengan habisnya jatah umur. Kematianlah yang menjadi penanda akhir sekaligus berhentinya jatah rezeki. Meski demikian,tidak ada satu pun makhluk termasuk manusia yang mengetahui jumlah rezekinya,karena termasuk takdir yang hanya Allah Swt yang berhak mengetahuinya.
Dalam menjemput rezeki,manusia tidak boleh duduk manis berpangku tangan sambil mengharap rezekinya datang dengan sendirinya. Sebab langit tidak akan pernah menurunkan emas atau permata begitu saja,meskipun telah berdoa berjam-jam hingga mulut berbusa-busa. Manusia haruslah berusaha menjemput rezekinya sesuai dengan sunnatullah yang telah Allah Swt tetapkan. Sunnatullah berupa bekerja menjadi kondisi yang dengannya rezeki akan diturunkan,selain hibah,hadiah,warisan dan lainnya. Berusaha menjemput rezeki wajib hukumnya dikerjakan. Menjadi berdosa jika ditinggalkan bagi seorang laki-laki yang telah baligh untuk menafkahi dirinya sendiri dan siapa saja yang menjadi tanggungannya. Bekerja sangatlah dianjurkan karena ada kemuliaan darinya.
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena Nabi Daud as bekerja pula dengan hasil kerja keras tangannya.” (HR. Bukhari). Nabi saw juga bersabda menjawab pertanyaan tentang jenis pekerjaan yang paling baik.
أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik? Beliau bersabda: ‘Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad).
Bekerja merupakan kondisi umum yang sering menjadi perantara datangnya rezeki. Fakta yang bisa diindera manusia bahwa rezeki tidaklah sama setiap orangnya. Ada yang mudah rezekinya datang,ada pula yang setengah mati setelah berusaha tidak juga kunjung datang,meskipun jenis usaha atau pekerjaannya sama atau sejenis. Seorang muslim harus menyakini bahwa faktor ketaatan sangatlah mempengaruhi lancar tidaknya rezekinya. Allah Swt tidak akan mendzalimi seorang hamba dengan menahan rezeki yang telah ditetapkan untuknya. Orang salih akan lancar rezekinya,sedang pendosa yang hidupnya dipenuhi dengan aneka kemaksiatan akan mengalami kesulitan datangnya rezeki. Allah Swt berfirman dalam menggambarkan yang demikian.
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaaq: 2-3). Di ayat lain Allah Swt juga berfirman.
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A'raaf: 96).
Sangat jelas sekali bagaimana Allah Swt selaku Pemberi,Pembagi,dan penentu rezeki manusia menyatakan bahwa yang taat atau takwa akan dimudahkan rezekinya,sedang yang menentang-Nya dengan suka berbuat maksiat akan dipersulit rezekinya. Nabi Muhammad saw sebagai utusan-Nya juga menjelaskan sekaligus memberi arahan agar menjauhi maksiat. Beliau yang mulia bersabda.
وَأَنَّ الرُّوحَ الْأَمِينَ نَفَثَ فِي رُوعِيَ أَنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا, فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ, وَلَا يَحْمِلَنَّكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوهُ بِمَعَاصِي اللهِ, فَإِنَّهُ لَا يُدْرَكُ مَا عِنْدَ اللهِ إِلَّا بِطَاعَتِهِ
“Dan sungguh Malaikat Jibril yang terpercaya telah menyampaikan kepadaku bahwa tidak akan mati satu jiwa sampai ia menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki, dan sekali-kali janganlah lambatnya rezeki menjadikan kalian mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah, karena sesungguhnya tidak akan diraih apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan menaati-Nya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Ibnu Mas’ud ra). Dan sangat jelas sekali Nabi saw sabdakan bahwa kemaksiatan akan menghalangi turunnya rezeki seseorang.
لَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ، وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
“Tidak ada yang menambah umur kecuali kebajikan, tidak ada yang menolak takdir kecuali doa, dan sungguh seseorang benar-benar dihalangi untuk mendapat rezeki karena dosa yang ia kerjakan.” (HR. Ibnu Majah dari Tsauban ra).
Pemahaman yang bagus tentang konsep rezeki bahwa kewajiban seorang muslim adalah beribadah menaati-Nya dengan menjauhi segala laranga-Nya, sedang rezeki menjadi urusan Allah Swt dalam membagi dan memberikannya kepada semua hamba-Nya, menjadikan para pendahulu serius dalam beribadah sehingga otomatis rezekinya lancar. Tak heran jika Ibnul Qoyyim ra,seorang alim yang hidup dimasa manusia lebih mendahulukan ketaatan atau akhirat dari mengejar dunia pernah memberi nasihat yang begitu menyentuh.
وَكَمَا أَنَّ تَقْوَى اللَّهِ مَجْلَبَةٌ لِلرِّزْقِ فَتَرْكُ التَّقْوَى مَجْلَبَةٌ لِلْفَقْرِ، فَمَا اسْتُجْلِبَ رِزْقُ اللَّهِ بِمِثْلِ تَرْكِ الْمَعَاصِي
“Sebagaimana takwa kepada Allah merupakan sebab meraih rezeki, maka tidak bertakwa kepada-Nya adalah sebab kefakiran, maka tidaklah dapat diraih rezeki Allah dengan sesuatu yang menyamai amalan meninggalkan maksiat.” (Al-Jawaabul Kaafi, hal. 52). Meninggalkan kemaksiatan ditengarai menjadi cara atau tehnik tersendiri dalam mempelancar rezeki seseorang. Semaksimal apa pun usaha dunia dalam meraih rezeki jika masih dibersamai dengan kemaksiatan,kesulitan pasti akan dialaminya. Maksiat identik dengan dosa yang membuat Allah Swt marah. Dan kemarahan Allah Swt sedikit banyak akan mempengaruhi sirkulasi rezeki yang seharusnya diberikan kepada orang tersebut. Bukan Allah Swt yang mendzalimi orang tersebut,namun dirinya sendiri yang telah berbuat dzalim.
Menjadi orang yang bertakwa sangatlah mudah jika ada kemauan,sebab untuk melakukannya tidaklah butuh modal materi yang banyak. Tidak seperti orang yang bermaksiat mendurhakai Allah Swt,yang dalam pelaksanaanya sangat menguras energi,waktu,materi dan lainnya. Meninggalkan zina tidaklah butuh modal tapi cukup diam tidak melakukannya, tapi harus ada waktu yang dikorbankan untuk berzina,juga harta tentunya. Cukup berdiam diri tidak berzina menjadikan seseorang telah bertakwa dan lancar rezekinya, namun dengan berbuat zina menjadikan dirinya telah bermaksiat yang akan menyebabkan sulitnya rezeki datang. Begitu pula dengan maksiat lainnya selain zina juga akan menghambat kelancaran rezeki seseorang. Semoga kita serius dalam menjauhi maksiat sehingga termasuk orang yang bertakwa dan lancar rezeki seperti yang telah ditetapkan Allah Swt. Amin []
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pencerahan yang sangat bermanfaat terimaksih telah berbagi ilmu
Trims,Bu Sumarni. Sama2