suhari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
734.Lebih Semangat Menuntut Ilmu Daripada Mengejar Dunia

734.Lebih Semangat Menuntut Ilmu Daripada Mengejar Dunia

Dunia berikut isinya dan ilmu adalah dua hal yang sangat dibutuhkan manusia. Tidak ada manusia yang sanggup hidup tanpa dunia dan ilmu. Allah Swt berikan dunia kepada yang dicintai maupun dibenci,baik kafir maupun muslim. Namun ilmu hanya akan Allah Swt berikan kepada orang yang dikehendakinya baik saja. Dari Mu’awiyah ra, Rasulullah saw bersabda.

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama.” (Muttafaqun ‘alaihi). Tidak hanya kebaikan saja yang akan diperoleh orang yang berilmu,namun derajat yang tinggi juga menjadi haknya sebagaimana firman Allah Swt.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadalah: 11).

Ilmu tidak bisa dibandingkan dengan dunia jika seorang muslim harus memilihnya. Ketika Allah Swt berikan dunia berikut isinya bersamaan dengan ilmu agama adalah sebuah anugerah dan kenikmatan agung yang wajib disyukuri. Namun ketika harus menentukan pilihan,maka ilmu menjadi pilihan yang harus diutamakan. Harta dunia merupakan rezeki yang telah dijamin dan ditentukan Allah Swt. Manusia tidak punya sedikit pun andil untuk mempengaruhinya kecuali sekedar berusaha. Berbeda dengan ilmu yang harus diusahakan semaksimal mungkin sehingga bisa didapat. Dapat tidaknya ilmu tergantung besarnya usaha yang telah dilakukan bersamaan dengan pertolongan Allah Swt. Allah Swt dengan jelas melarang untuk condong terhadap raihan rezeki orang lain,karena itu adalah hak Allah Swt dalam membaginya.

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami coba mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaha: 131).

Kehidupan seorang muslim menjadi sangat berarti ketika menjadikan konsentrasi utamanya adalah ilmu agama. Yang dengannya menjadi orang yang salih lagi bertakwa. Sebaliknya kehidupan yang sia-sia lagi tidak berarti adalah kehidupan yang hanya mementingkan urusan dunia, kemewahan, dan kenikmatannya saja. Malas bahkan tidak sempat memikirkan akhirat, tidak mau mempelajari dan mengamalkan perintah Allah Swt juga enggan menjauhi larangan-Nya. Kehidupan yang demikian Allah Swt sindir dengan tegas dalam firman-Nya sebagai orang yang tidak paham hakikat kehidupan.

يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang nampak dari kehidupan dunia, dan terhadap kehidupan akhirat mereka lalai.” (QS. Ar-Ruum:7). Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i ra berkata menjelaskan.

أي : أكثر الناس ليس لهم علم إلا بالدنيا وأكسابها وشئونها وما فيها ، فهم حذاق أذكياء في تحصيلها ووجوه مكاسبها ، وهم غافلون عما ينفعهم في الدار الآخرة ، كأن أحدهم مغفل لا ذهن له ولا فكرة

“Maknanya: Kebanyakan manusia tidak perhatian terhadap ilmu kecuali ilmu dunia, yaitu ilmu tentang macam-macam profesi, urusan-urusan dunia dan berbagai permasalahannya. Maka mereka pun menjadi terampil lagi pandai dalam berbagai lapangan pekerjaan dan profesi untuk menghasilkan keuntungan dunia, namun mereka lalai terhadap ilmu dan amal yang bermanfaat untuk mereka di akhirat, sampai diantara orang-orang yang lalai itu seakan tidak pernah terbetik di benaknya dan tidak pernah berfikir untuk kehidupan akhiratnya.” (Tafsir Ibnu Katsir: 6/274).

Dunia berikut isinya bukanlah tujuan akhir dari hidup seorang muslim,melainkan hanya sebagai tangga saja yang akan mengantarkan pada kehidupan yang sejati lagi hakiki dan kekal. Barang siapa menjadikan dunia sebagai segalanya dengan melalaikan akhiratnya,maka murka Allah Swt yang akan menimpanya. Keinginan Allah Swt sangat jelas sekali agar manusia bisa selamat dunia akhiratnya dengan lebih mengutamakan akhiratnya. Namun manusia enggan menurutinya bahkan membaliknya dengan melawan-Nya, menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya. Tanda orang yang demikian adalah lebih ahli dan lebih konsentrasi dalam urusan dunia daripada urusan akhiratnya. Ilmu tentang urusan dunianya sangat tinggi dengan meraih gelar akademik puncak,bahkan bila ada gelar diatasnya sanggup untuk diraihnya. tetapi ilmu agama yang seharusnya dikuasai sebelum baligh,namun hingga dewasa bahkan umur mendekati finish belum juga beres cara bersuci atau berwudhunya. Rasulullah saw mengingat orang yang demikian dengan bersabda.

إِنَّ اللهَ تَعَالى يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنيَا، جَاهِلٍ بِالآخِرَة

“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia, tapi bodoh dalam urusan akhirat.” (HR. Al-Hakim dari Abu Hurairah ra, Shahihul Jaami’: 2760). Asy-Syaikh Al-‘Allamah Abdul Aziz Ar-Rajihi hafizhahullah berkata menjelaskan bahwa.

أنه لم يتفقه في دينه مما يجب عليه أن يعلمه؛ لأنه شغل نفسه بأمور الدنيا، فجعل الدنيا أكبر همه، ومبلغ علمه

“Orang yang Allah benci dalam hadits ini adalah orang yang tidak berusaha memahami ilmu agama yang wajib untuk dipelajari, karena ia menyibukkan dirinya dengan urusan-urusan dunia, maka dunia menjadi keinginan terbesarnya dan puncak ilmunya.” (Syarh Shahih Ibni Hibban, 4/12). Hak dirinya berupa bagian dunia berikut isinya sangat diperdulikan,namun hak Allah Swt berupa ilmu agama yang menuntun ibadahnya agar benar sangat diabaikan.

Untuk bisa menjadikan ilmu lebih diutamakan daripada dunia berikut isinya haruslah mempunyai maklumat bahwa ilmu itu lebih mulia daripada harta. Khalifah Ar-Rasyid Ali bin Abi Thalib ra berkata tentang beberapa keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta.

الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ، الْعِلْمُ يَحْرُسُكَ، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ، الْعِلْمُ يَزْكُو عَلَى الْعَمَلِ، وَالْمَالُ تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ

“Ilmu lebih baik daripada harta, ilmu menjagamu, sedang harta engkaulah yang menjaganya, ilmu bertambah jika diamalkan, sedang harta berkurang jika dibelanjakan.” (Al-Hilyah: 1/80). Begitu pula bahwa manusia itu lebih membutuhkan ilmu daripada harta. Kebutuhan akan ilmu hampir setiap saat dari waktu yang dijalaninya. Imam Ahmad ra berkata:

النَّاسُ إِلَى الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهُمْ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ لِأَنَّ الرَّجُلَ يَحْتَاجُ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ فِي الْيَوْمِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ وَحَاجَتُهُ إِلَى الْعِلْمِ بِعَدَدِ أَنْفَاسِهِ

“Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman, karena seseorang butuh makan dan minum dalam sehari hanya satu atau dua kali, sedang kebutuhannya terhadap ilmu adalah sebanyak hembusan nafasnya.” (Madaarijus Saalikin: 2/440).

Bahkan sekedar menuntut ilmu saja sudah sanggup mendatangkan kebaikan yang sangat dibutuhkan semua orang,yakni ampunan terhadap dosa yang telah diperbuatnya. Ampunan bagi seorang muslim adalah segalanya dan melebihi dunia seisinya. Dengan ampunan Allah Swt seorang muslim akan bisa masuk surga tempat kenikmatan puncak. Sementara denga harta saja belum tentu sanggup mengantarkan kepada surganya Allah Swt. Imam Ibnul Qayyim ra berkata:

قال ابن القيم رحمه الله

فطلب العلم من أفضل الحسنات، والحسنات يُذهبن السيئات، فجدير أن يكون طلب العلم ابتغاء وجه الله يكفّر ما مضى من السيئات، فقد دلّت النصوص أن اتْباع السيئة الحسنة تمحوها، فكيف بما هو من أفضل الحسنات وأجل الطاعات

مفتاح دار السعادة ٧٧/١

” Maka menuntut ilmu termasuk seutama-utama kebaikan, dan kebaikan-kebaikan akan menghapuskan kejelekan-kejelekan, sehingga sangatlah pantas jika menuntut ilmu karena mengharapkan wajah Allah akan menghapuskan apa yang telah lalu dari kejelekan-kejelekan, dan nash-nash (dalil-dalil) yang ada telah menunjukkan bahwa menyertakan kejelekan dengan kebaikan akan dapat menghapus Kejelekan tersebut, maka bagaimana lagi dengan amalan yang itu merupakan seutama-utama kebaikan dan semulia-mulia ketaatan.”( Miftah Dar As-Sa'adah :1/77).

Disaat orang lebih mementingkan dunia,sudah seharusnya seorang muslim menjadi contoh dengan semangat mendahulukan ilmu daripada mencari harta benda semata. Biarkan manusia lain yang menghabiskan waktunya untuk menumpuk harta benda dunia,sedangkan seorang muslim lebih sibuk dan serius menuntut ilmu yang semakin hari semakin langka ini. Dunia berikut isinya akan selalu ada namun ilmu akan semakin langka bersamaan dengan matinya orang alim.

لما دُفن زيد بن ثابت رضي الله عنه حثا عليه التراب ابن عباس ثم قال: هكذا يدفن العلم

وقال: والله قد دُفن به علم كثير

“Ketika Zaid bin Tsabit ra dikuburkan, Ibnu Abbas ra menaburkan tanah di atas kuburannya, lalu beliau mengatakan: “seperti inilah ilmu itu dikubur.” Dan beliau mengatakan, “Sungguh demi Allah, telah terkubur ilmu yang sangat banyak bersamanya.”(Thabaqat Ibnu Sa'ad :2/361, Mushannaf Abdur Razzaq 6479, Fadhail as-Shahabah karya Imam Ahmad 1873, derajat hadits: Hasan). Semoga kita lebih tertarik ilmu agama daripada gemerlapnya dunia berikut isinya. Amin []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaallah terimakasih berbagi ilmunya Ustadz, jazakallahu khairan, barakallahu fiik

02 Mar
Balas



search

New Post