754.Lebih Semangat Menuntut Ilmu Daripada Mengejar Dunia
Ilmu dan dunia wajib diusahakan dan dimiliki setiap muslim. Dengan ilmu pintu Surga bisa terbuka dan dengan dunia atau harta hidup lebih mudah untuk dijalani. Keduanya Allah Swt siapkan bagi manusia untuk dijadikan sarana menuju kehidupan akhirat. Tidak baik meninggalkan harta dunia demi ilmu dan meninggalkan ilmu demi harta adalah kesalahan fatal bagi seorang muslim. Dengan jelas Allah Swt perintahkan untuk mencari akhirat juga dunia.
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS. Al Qashshash: 77). Ibnu Katsir ra berkata tentang ayat tersebut bahwa.
استعمل ما وهبك الله من هذا المال الجزيل والنعمة الطائلة، في طاعة ربك والتقرب إليه بأنواع القربات، التي يحصل لك بها الثواب في الدار الآخرة
“Gunakanlah yang telah Allah anugerahkan untukmu dari harta dan nikmat yang besar untuk taat pada Rabbmu dan membuat dirimu semakin dekat pada Allah dengan berbagai macam ketaatan. Dengan ini semua, engkau dapat menggapai pahala di kehidupan akhirat.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim: 6/37).
Jangan lupakan nasibmu di dunia maknanya bukan menyeimbangkan dunia akhirat. Tapi tetap harus mengutamakan akhirat daripada dunia. Sebab bagaimana pun juga akhirat pasti lebih baik dan lebih kekal jika harus dibandingkan dengan dunia.
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-‘Ankabut: 64). Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, Rasulullah saw bersabda.
مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى
“Siapa yang begitu cinta dengan dunianya, maka itu akan memudharatkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia).” (HR. Ahmad). Konsentrasi tertinggi tetap pada akhirat meskipun urusan dunia yang memang boleh dimiliki tidak ditinggalkan begitu saja seperti penjelasan Imam Ibnu Katsir ra dalam tafsirnya yang menyatakan.
وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا أي: مما أباح الله فيها من المآكل والمشارب والملابس والمساكن والمناكح، فإن لربك عليك حقًّا، ولنفسك عليك حقًّا، ولأهلك عليك حقًّا، ولزورك عليك حقا، فآت كل ذي حق حقه
“Janganlah engkau melupakan nasibmu dari kehidupan dunia yaitu dari yang Allah bolehkan berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan menikah. Rabbmu masih memiliki hak darimu. Dirimu juga memiliki hak. Keluargamu juga memiliki hak. Istrimu pun memiliki hak. Maka tunaikanlah hak-hak setiap yang memiliki hak.”(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim: 6:/37).
Untuk bisa lebih mengutamakan akhirat daripada dunia,maka ilmu menjadi kata kuncinya. Seseorang akan lebih memilih kehidupan akhirat sebagai prioritasnya manakala paham perbandingan antara dunia dan akhirat. Dunia sangatlah pendek dan segera sirna dengan cara ditinggal mati atau dunianya yang terlebih dahulu meninggalkan dirinya. Sedangkan akhirat meskipun saat di dunia belum tampak nyata,namun berkat keimanan yang ada sanggup menyakini bahwa kenikmatannya sangat menjanjikan dalam keabadian. Begitu pula dengan siksaan Neraka yang sangat perih sangat ditakutinya. Allah Swt sangat murka sekali jika ada orang yang pandai dalam urusan dunia tapi jahil urusan akhirat. Urusan mencari uang sangat lihai tapi urusan berwudhu saja belum beres syarat rukunnya. Allah Swt berfirman,
يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
"Mereka hanya mengetahui yang nampak dari kehidupan dunia, dan terhadap kehidupan akhirat mereka lalai.” (QS. Ar-Ruum: 7). Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi'i ra berkata:
أي : أكثر الناس ليس لهم علم إلا بالدنيا وأكسابها وشئونها وما فيها ، فهم حذاق أذكياء في تحصيلها ووجوه مكاسبها ، وهم غافلون عما ينفعهم في الدار الآخرة ، كأن أحدهم مغفل لا ذهن له ولا فكرة
"Maknanya: Kebanyakan manusia tidak perhatian terhadap ilmu kecuali ilmu dunia, yaitu ilmu tentang macam-macam profesi, urusan-urusan dunia dan berbagai permasalahannya. Maka mereka pun menjadi terampil lagi pandai dalam berbagai lapangan pekerjaan dan profesi untuk menghasilkan keuntungan dunia, namun mereka lalai terhadap ilmu dan amal yang bermanfaat untuk mereka di akhirat, sampai diantara orang-orang yang lalai itu seakan tidak pernah terbetik di benaknya dan tidak pernah berfikir untuk kehidupan akhiratnya." (Tafsir Ibnu Katsir: 6/274).
Orang semacam ini perlu waspada akan kemurkaan Allah Swt yang kapan saja bisa datang seketika tatkala ajalnya tiba. Kemurkaan Allah Swt tersebut pernah Rasulullah saw sabdakan.
إِنَّ اللهَ تَعَالى يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنيَا، جَاهِلٍ بِالآخِرَة
"Sesungguhnya Allah ta'ala membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia, tapi bodoh dalam urusan akhirat." (HR. Al-Hakim dari Abu Hurairah ra, Shahihul Jaami': 2760). Untuk menghindarinya harus ada kesadaran dan maklumat bahwa ilmu lebih baik daripada harta atau dunia. Pemahaman para salafus sholih perlu dihadirkan dan direnungkan kembali. Khalifah Ar-Rasyid Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata:
الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ، الْعِلْمُ يَحْرُسُكَ، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ، الْعِلْمُ يَزْكُو عَلَى الْعَمَلِ، وَالْمَالُ تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ
“Ilmu lebih baik daripada harta, ilmu menjagamu, sedang harta engkaulah yang menjaganya, ilmu bertambah jika diamalkan, sedang harta berkurang jika dibelanjakan.” (Al-Hilyah:1/80). Imam Ahmad ra berkata:
النَّاسُ إِلَى الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهُمْ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ لِأَنَّ الرَّجُلَ يَحْتَاجُ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ فِي الْيَوْمِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ وَحَاجَتُهُ إِلَى الْعِلْمِ بِعَدَدِ أَنْفَاسِهِ
“Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman, karena seseorang butuh makan dan minum dalam sehari hanya satu atau dua kali, sedang kebutuhannya terhadap ilmu adalah sebanyak hembusan nafasnya.” (Madaarijus Saalikin:2/440). Dan yang jelas ilmu adalah pintu pembuka untuk mendapatkan kelezatan dan kenikmatan dalam mencintai, mengingat, dan berusaha mencapai rida Allah Swt sebagaimana Imam Ibnul Qayyim ra katakan.
إِنَّهُ لاَ شَيْءَ أَطْيَبُ لِلْعَبْدِ وَلاَ أَلَذُّ وَلاَ أَهْنَأُ وَلاَ أَنْعَمُ لِقَلْبِهِ وَعَيْشِهِ مِنْ مَحَبَّةِ فَاطِرِهِ وَبَارِيْهِ وَدَوَام ذِكْرِهِ وَالسَّعْيِ فِي مَرْضَاتِه
وَهَذَا هُوَ الكَمَالُ الَّذِي لاَكَمَالَ لِلْعَبْدِ بِدُوْنِه وَلاَسَبِيْلَ إِلَى الدُّخُوْلِ إِلَى ذَلِكَ إِلاَّ مِنْ بَابِ العِلْمِ
ِ فَإِنَّ مَحَبَّةَ الشَّيْءِ فَرْعٌ عَنِ الشُّعُوْرِ بِه ْوَأَعْرَفُ الخَلْقِ بِاللهِ أَشَدُّهُمْ حُبًّا لَهُ فَكُلُّ مَنْ عَرَفَ اللهَ أَحَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ الدُّنْيَا وَأَهْلَهَا زَهِدَ فِيْهِم ِفَالعِلْمُ يَفْتَحُ هَذَا البَابَ العَظِيْمَ الَّذِي هُوَ سِرُّ الخَلْقِ وَالأَمْر
“Tidak ada sesuatu yang lebih baik, lebih lezat, lebih enak, lebih nikmat yang dirasakan seorang hamba untuk hati dan kehidupannya dibanding dengan mencintai Sang Khaliq dan Penciptanya, terus menerus mengingat-Nya, dan berusaha menggapai rida-Nya. Inilah bentuk kesempurnaan yang tidak ada yang sempurna bagi hamba kecuali dengan mencintai, mengingat, dan menggapai rida-Nya. Semua bentuk kesempurnaan tadi hanya bisa diraih lewat pintu ilmu. Mencintai sesuatu adalah cabang dari mudah merasainya. Makhluk yang paling mengenal Allah itulah yang paling cinta kepada Allah. Siapa saja yang mengenal Allah, pasti Allah mencintainya. Sedangkan siapa yang mengenal dunia dan pemilik kenikmatan dunia, ia akan meninggalkannya. Ilmu itulah yang membuka pintu yang mulia ini yang merupakan inti dari penciptaan dan perintah.” (Miftah Daar As-Sa’adah:1/308). Semoga kita lebih giat mencari ilmu agama daripada mengusahakan dunia berikut isinya,meskipun tidak melupakannya begitu saja. Amin []
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar