suhari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
797.Tidak Bermegah-Megahan Dengan Rezeki Yang Ada

797.Tidak Bermegah-Megahan Dengan Rezeki Yang Ada

Mendapat rezeki adalah hak manusia dan semua makhluk Allah Swt. Allah Swt telah mewajibkan diri-Nya sendiri untuk memenuhi rezeki atau semua kebutuhan makhluk ciptaan-Nya. Allah Swt Maha menepati janji,mustahil ada makhluk-Nya yang tidak atau kurang dalam mendapatkan jatah rezekinya. Dengan jelas lagi tegas Allah Swt informasikan jaminan rezeki tersebut lewat firman-Nya.

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

“ Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS.Hud: 6). Demikian pula dengan Nabi Muhammad saw bersabda menambah keyakinan akan jaminan rezeki tersebut.

لو أن ابن آدم هرب من رزقه كما يهرب من الموت لأدركه رزقه كما يدركه الموت

“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.” (As-Silsilah ash-Shahihah: 952).

Rezeki adalah segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah Swt halalkan bagi makhluk-Nya, bisa berupa pakaian, makanan, kesehatan,kesempatan,bahkan umur manusia itu sendiri,juga pasangan hidupnya. Begitu pula dengan anak laki-laki atau anak peremupuan ,pendengaran,penglihatan,hingga kedipan matanya. Rezeki adalah pemberian yang datangnya dari Allah Swt semata. Tidak ada satu pun kekuatan yang bisa memberi rezeki selain Allah Swt. Makhluk hanya menjadi perantara datangnya rezeki saja jika Allah Swt menghendakinya,jika tidak maka tidak mungkin seseorang mendapatkan manfaat atau rezeki dari orang tersebut meskipun seluruh makhluk menghendakinya. Allah Swt berfirman menerangkan bahwa melapangkan dan menyempitkan rezeki adalah hak Allah Swt dengan hikmatnya sendiri yang hanya diketahui Dia semata.

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27). Ibnu Katsir ra menjelaskan, “Allah memberi rezeki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim: 6/ 553).

Semua Allah Swt berikan dalam rangka untuk dijadikan sebagai wasilah atau alat mendapatkan pahala demi kehidupan akhirat yang sejati lagi kekal. Rezeki yang tidak mengantarkan kepada kebaikan hakikatnya adalah petaka bagi penerimanya sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm ra.

كُلُّ نِعْمَةٍ لاَ تُقَرِّبُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَهِيَ بَلِيَّةٌ

“Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.” (Jaami’ul Ulum wal Hikam: 2/82). Dalam menggunakan rezeki tersebut manusia tidak bebas sekehendak hatinya,tapi wajib terikat dengan aturan Allah Swt. Semua rezeki yang pernah diterima manusia pasti akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Allah Swt berfirman.

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur: 8). Mufassir As Sa’di ra menerangkan bahwa,” Nikmat yang telah kalian peroleh di dunia, apakah benar kalian telah mensyukurinya, disalurkan untuk melakukan hak Allah dan tidak disalurkan untuk perbuatan maksiat? Jika kalian benar-benar bersyukur, maka kalian kelak akan mendapatkan nikmat yang lebih mulia dan lebih afdhol. Atau kalian malah tertipu dengan nikmat tersebut? Malah kalian tidak mensyukurinya? Bahkan sungguh celaka, kalian malah memanfaatkan nikmat tersebut dalam kemaksiatan. Allah Ta’ala berfirman.

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke Neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan” (QS. Al Ahqaf: 20).” (Taisir Al Karimir Rahman: 933).

Tidak ada sedikit pun nikmat yang tidak Allah Swt tanyakan,karena nikmat pada hakikatnya adalah sekedar titipan yang pasti akan diambil kembali oleh yang empunya. Nikmat sehat yang dianggap biasa oleh manusia ternyata justeru akan ditanyakan pertama kali digunakan untuk apa. Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda.

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِى الْعَبْدَ مِنَ النَّعِيمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ نُصِحَّ لَكَ جِسْمَكَ وَنُرْوِيكَ مِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ

“Sungguh nikmat yang akan ditanyakan pada hamba pertama kali pada hari kiamat kelak adalah dengan pertanyaan: “Bukankah Kami telah memberikan kesehatan pada badanmu dan telah memberikan padamu air yang menyegarkan?” (HR. Tirmidzi). Maka menggunakan nikmat dengan benar dan tidak boros lagi berbangga-bangga diri adalah jalan selamat yang harus dilakukan. Teladan berikut patut dicontoh. Dari Maimun bin Mihran ra, dia mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz ra membaca ayat.

ألهكم التكاثر

"Bermegah-megahan telah melalaikan kalian." (QS. At-Takatsur: 1). Lantas beliau menangis, kemudian ia mengucapkan,

حتى زرتم المقابر

"Sampai kalian masuk ke dalam kubur." (QS. At-Takatsur: 2).

ما أرى المقابر إلا زيارة ولا بد لمن زار أن يرجع إلى الجنة و النار

“Aku tidak melihat pekuburan melainkan tempat ziarah, dan sudah pasti orang yang berziarah suatu saat akan kembali ke Surga atau Neraka." ( Hilyatul Auliya: 5/217).

Sadar diri bahwa akhir dari perjalanan hidupnya dengan semua nikmat yang ada adalah kampung akhirat berupa Surga atau Neraka. Dengan kesadaran tersebut menjadikan dirinya hidup tenang dan merasa cukup atas pemberian Allah Swt yang setelah berusaha maksimal. Seorang muslim yang paham hendak kemana ujung perjalanan hidupnya akan berusaha memenuhi kebutuhannya secara maksimal dan menahan keinginannya yang tidak begitu mendesak,apalagi dengan berhutang. Ketakutannya terhadap dampak negatip hutang menjadikan dirinya sanggup menahan semua keinginannya. Dari Uqbah bin Amir ra, ia mendengar Nabi Muhammad saw bersabda.

لَا تُخِيفُوا أَنْفُسَكُمْ بَعْدَ أَمْنِهَا. قَالُوا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الدَّيْنُ

“Jangan kalian buat takut diri kalian setelah rasa amannya.” Mereka mengatakan, “Apa itu, wahai Rasulullah?” “Utang,” jawab beliau.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la, al-Hakim, dan al-Baihaqi). Sebagai gantinya untuk menenangkan dari keinginannya yang tidak terpenuhi secara maksimal,akan memperbanyak berdzikir kepada Allah Swt. Sebab hanya dengan berdzikir,mengingat pemilik dan pembagi rezeki hati menjadi tenang meski keinginan tidak tersampaikan. Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi ra menyatakan.

لو رخَّص الله لأحد في ترك الذكر ؛ لرخَّص لزكريا

"Kalaulah sekiranya Allah memberikan keringanan kepada seorang hamba agar tidak berzikir kepada-Nya, maka tentu Allah sudah memberikan keringanan kepada Nabi Zakaria as. Allah Ta'ala berfirman.

قال آيتُكَ ألا تكلم الناس ثلاثة أيام إلا رمزًا واذكر ربَّك كثيرًا

"Dia (Zakariya) berkata, "Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)". Allah berfirman, "Tanda bagimu, adalah bahwa engkau tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama Rabb-mu sebanyak-banyaknya." (QS. Ali Imran: 41). (Tafsir Ibnu Abi Hatim: 2/646). Semoga kita termasuk hamba yang tidak bermegah-megahan ketika nikmat atau rezeki melimpah dan banyak berdzkir ketika banyak keinginan yang tidak bisa terpenuhi karena terbatasnya rezeki yang Allah Swt berikan. Amin []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post