suhari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
801.Musibah Yang Sebenarnya

801.Musibah Yang Sebenarnya

Seorang muslim membutuhkan ilmu dan seni untuk bisa menjalani hidup dengan baik dan selamat. Dengan ilmu agama yang cukup,hidup menjadi selamat karena semua yang dilakukannya sesuai dengan petunjuk Allah Swt dan Rasul-Nya. Dan dengan seni menata hati,musibah yang menimpanya bisa dijalani dengan tersenyum mengingat besarnya pahala yang akan didapat. Kehidupan seorang muslim itu full kebaikan dalam kondisi apa pun. Dari Shuhaib ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda.

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).

Kehidupan dunia adalah ujian yang meniscayakan adanya musibah. Karena media ujian hanyalah kebaikan dan keburukan saja. Siapa yang bersyukur ketika mendapat kebaikan atau nikmat dan bersabar ketika musibah menimpanya,dialah orang yang sukses dalam ujiannya. Bahkan jika Allah Swt menghendaki kebaikan hamba-Nya,justeru akan diberi ujian lebih banyak lagi. Karena fungsi musibah atau cobaan adalah untuk menghapus dosa dan atau meninggikan derajat. Dari Anas bin Malikra, Nabi Muhammad saw bersabda.

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi). Tentang hikmat musibah Nabi Muhammad jelaskan lewat sabda beliau.

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ulama menjelaskan bahwa kata “الْهَمّ” muncul dari pikiran yang timbul bentuk menyakiti dari orang lain. Kata “وَالْغَمّ” timbul pada hati. Sedangkan “وَالْحُزْن” timbul karena sesuatu yang hilang sehingga membuat susah. (Fathul Bari: 10/106). Sehingga apa pun bentuk musibah tersebut tetap akan berfungsi sebagaimana Nabi Muhammad saw informasikan.

Dengan pemahaman yang benar sesuai petunjuk Allah Swt dan Rasul-Nya menjadikan seorang muslim tidak menganggap musibah dunia sebagai bahaya besar yang merugikan atau mendatangkan kemurkaan Allah Swt. Karena musibah yang terbesar dan sesungguhnya adalah musibah yang menimpa agamanya, yaitu semua perkara yang mengurangi agamanya sehingga tidak ada pahala baginya dan justeru mendatangkan dosa. Kebanyakan manusia merasa terkena musibah jika berkaitan dengan dunia saja, seperti berkurangnya harta, jiwa, atau ditimpa suatu penyakit. Namun pada saat malas dalam beribadah, malas menuntut ilmu, malas shalat malam, juga malas bersedekah, dan yang semisalnya, mereka anggap sebagai perkara biasa. Padahal itu merupakan musibah nyata dan berdampak besar bagi kehidupan akhiratnya. Para ulama mengatakan:

إن أعظم المصائب وأعظم الابتلاءات، أن يبتلى الإنسان في دينه، إذا أصيب الإنسان في دينه بانحراف أو شبهة أو شهوة

“Diantara musibah paling besar dan ujian paling besar yang menimpa kepada seseorang ketika seseorang terkena ujian musibah yang menimpa kepada agamanya. Yang dengan sebabnya seseorang menyimpang dari agamanya, terjerumus kepada kesyirikan, terjerumus kepada kufur murtad, kepada bid’ah, kepada maksiat.” Musibah yang menimpa agama itu lebih parah dampaknya daripada musibah dunia. Musibah dunia hanya merugikan urusan dunia saja,sementara musibah akhirat akan mendatangkan penyesalan selama-lamanya. Abdullah bin Mubarak ra berkata: "Diantara musibah terbesar yang telah menimpa seorang (hamba) adalah; dia mengetahui bahwa pada dirinya itu ada kekurangan (kelalaian), lantas dia tidak memperdulikannya, dan juga tidak pula bersedih hati." (Syu'abul Iman: 2 /271). Begitu pula dengan Imam Ibnul Qayyim ra yang berkata:

كل ﻣـﺼيبة ﺩﻭﻥ ﻣـﺼيبة ﺍلدين فهيِّنه ﻭ ﺇنها ﻓـﻲ ﺍلحقيقة نعمة ﻭ ﺍلمصيبة

ﺍلمصيبة ﺍلحقيقةمصيبة ﺍلدين

"Setiap musibah itu selain dari musibah yang menimpa agama, maka anggaplah ringan musibah tersebut. Karena pada hakikatnya hal itu merupakan sebuah nikmat, dan yang (dinilai) sebenar-benar musibah adalah musibah yang menimpa pada agama." (Madarijus Salikin: 2/322).

Menghadapai musibah dunia bagi seorang muslim dianggap biasa saja karena sudah pasti akan menimpanya. Yang perlu disiapkan adalah bagaimana menghadapinya dengan benar sehingga mendatangkan banyak kebaikan berupa pahala akhirat. Allah Swt berfirman menjelaskan pastinya sebuah musibah bagi hamba-Nya.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ , الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ . أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “segala sesuatu milik Allah dan kembali kepada Allah. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157). Sungguh mengherankan sekali orang yang menangis karena perkara dunianya yang terluput, padahal dia mengetahui bahwa terluputnya masalah agamanya lebih layak untuk ditangisi mengingat besarnya kerugian yang ada. Semoga Allah Swt tidak meninpakan musibah agama kepada kita semua.

وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا

“Ya Allah, Janganlah Engkau jadikan musibah yang menimpa kami dalam urusan agama kami, dan jangan pula Engkau jadikan (harta dan kemewahan) dunia sebagai cita-cita kami yg paling besar, dan tujuan utama dari ilmu yg kami miliki.”(HR. At-Tirmidzi V/528 no.3502, An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubro VI/106, Al-Hakim I/528, dan Ibnu As-Sunny dalam Amalul Yaum wa Al-Lailah no.445). Amin []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post