Suharman

Pamong Belajar BPPAUD Dan Dikmas Papua Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan...

Selengkapnya
Navigasi Web
BERJUMPA ROLLER COASTER DI NEGERI ATAS AWAN
#Papua

BERJUMPA ROLLER COASTER DI NEGERI ATAS AWAN

Pesona biru langit membahana mewarnai perjalananku dari Bandara Wamena ke Terminal Wamena – Karubaga yang beralamatkan di Jalan Trikora Kecamatan Wamena Kota Kabupaten Jayawijaya. Ini adalah kali kedua perjalanan tugasku ke Kabupaten Karubaga yang senantiasa ku sebut dengan istilah “Negeri Atas Awan”. Dengan semangat berkobar ku pijakkan kaki di terminal untuk mencari kendaraan double gardan yang hendak ke sana. Karena medan yang penuh halang rintang, maka perjalanan ke Karubaga dan daerah-daerah pegunungan lainnya hanya bisa ditempuh dengan kendaraan umum jenis double gardan.

Tanpa sengaja aku berjumpa dengan rekan kerja yang baru saja usai menunaikan tugasnya. Sebagai sahabat tentunya kita saling bersenda gurau walau hanya sejenak. Obrolan hangat diakhiri dengan informasi singkat dari beliau bahwa saat ini situasi kurang kondusif karena ada beberapa peristiwa penembakan di beberapa daerah tertentu. Ibarat sebuah pepatah “Nasi sudah menjadi bubur” sebagai abdi negara dan abdi masyarakat kami sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah diamanahkan meskipun terkadang situasi dan kondisi kurang mendukung. Meskipun dengan dibayang-bayangi kekhawatiran, kumantapkan langkah untuk menggapai tujuan disertai doa agar selalu dilindungi Tuhan.

Rupanya sang dewi fortuna belum berpihak padaku, aku terpaksa menempati bak belakang kendaraan karena posisi samping sopir dan kabin tengah telah terisi penuh oleh penumpang lainnya. Tentunya hal ini tak menyurutkan gairahku dalam mengemban tugas mulia ini. Kurang lebih 3 - 4 jam waktu tempuh agar sampai di Karubaga yang merupakan Ibu Kota dari Kabupaten Tolikara.

Saat itu mentari mulai meninggi, sehingga kurasakan panasnya terik menusuk tubuhku yang semakin lama kian menghujam hingga ke aliran darahku. Belum ada setengah perjalanan, hati gundah gulana ketika kurasakan ban mobil semakin erat mencengkram jalan yang semakin mendaki. Hamparan bebatuan selalu menghadang, melahirkan guncangan-guncangan tak beraturan. Deruan gesekan ban meronta seakan-akan tetap ingin bertahan dari lintasan agar tak bergeser dan jatuh ke jurang. Aku tak mampu berbuat apa-apa hanya merunduk seraya berdoa kepada Tuhan agar diberi keselamatan dalam perjalanan.

Tiba-tiba bulu kudukku berdiri karena tak mampu menahan kedinginan akibat terpaan percikan air yang mengenai tubuhku. Sontak hal ini membuatku penasaran ihwal kehadiran percikan air tersebut. Sambil melipat kedua tangan, dengan sedikit menggigil aku memberanikan diri berdiri mengamati apa yang ada disekelilingku. Hati riang tak terbendung menyaksikan balutan kabut putih berjalan perlahan menyelemuti jalan yang hendak dilalui.

Raung mesin mobil kian menjadi menandakan semakin tinggi jalan yang dilalui. Namun ku tak hiraukan lagi hal itu, aku lebih memilih menikmati hijau pepohonon yang berbaris seolah-olah melambai padaku dan angin sepoi-sepoi yang menghempas dengan lembut ke sekujur tubuhku. Guncangan-guncangan yang sempat menakutkan, kini seolah menghinoptisku membawaku ke dunia fantasi.

Bagai mendapat durian runtuh, perjalananku yang semula diwarnai penuh kecemasan kini berbalik penuh kegembiraan. Aku terlahir di Jayapura dan hingga saat ini belum pernah mengunjungi tempat-tempat hiburan seperti Taman Impian Jaya Ancol, Trans Studio Mall, Wonderland dan apapun namanya itu sehingga belum sempat merasakan nikmatnya menaiki roller coaster. Aku hanya mengetahuinya dari cerita teman dan menyaksikannya melalui media online. Tapi saat ini aku memanjatkan syukur yang tiada tara kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena baru kusadari bahwa perjalananku ini laksana menaiki roller coaster. Roller Coaster alami yang menyuguhkan pemandangan sangat menakjubkan baik dalam kondisi naik maupun turun dari Puncak Mega.

Sebelum petang aku tiba di penginapan Karubaga, sepintas dalam perjalanan memang nampak terlihat beberapa orang bertubuh kekar tak mengenakan baju dengan memegang sebilah parang panjang. Namun kita yang sudah biasa dengan kehidupan di Papua tak boleh berprasangka buruk terhadap orang tersebut, sebab bisa jadi orang itu baru pulang dari kebun atau berburu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Super sekali, Pak Harman. Lanjutkeeennn

12 Feb
Balas

terima aksih pak

30 Aug



search

New Post