Suharni Jamaluddin

Suharni, lahir di Bulukumba, 29 Agustus 1983, Guru Bahasa Inggris di MAN Biau di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Suci Zahrana dalam Masa Kesedihan

Cinta Suci Zahrana dalam Masa Kesedihan

Seminggu setelah pertemuannya dengan ibu Nyai, Zahrana mendapat kabar baik tentang calon suami yang akan dipilihkan untuknya. Sesuai dengan kriteria yang ia sebutkan sebelumnya, maka pilihan ibu Nyai jatuh pada seorang laki laki duda beranak satu yang merupakan alumni dari pondok pesantren Al Fatah. Namanya adalah Rahmat dan berprofesi sebagai penjual krupuk. Istrinya telah wafat beberapa tahun yang lalu dan meninggalkan seorang anak yang kini hidup bersamanya di sebuah rumah yang sederhana.

Saat pertemuan pertama terjadi, Zahrana langsung jatuh hati dengan kepribadian Rahmat yang santun dan soleh. Wajahnya yang rupawan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Zahrana. Pak Munajat dan bu Munajat juga tampa berpikir dua kali langsung menyetujui pilihan anak gadisnya tersebut. Saat dilangsungkan acara lamaran di rumah pimpinan pondok, Rahmat sempat merasa minder saat mengetahui lebih jauh mengenai identitas calon yang akan dijodohkan padanya itu. Namun, Zahrana berhasil meyakinkannya dengan menyatakan bahwa tak penting baginya latar belakang Pendidikan maupun strata sosial yang dimiliki oleh Rahmat, sebab yang ia inginkan adalah calon suami yang bisa menjadi imam yang baik untuknya dan anak-anaknya kelak.

Persiapan pernikahan antara Zahrana dan Rahmat pun mulai dilaksanakan. Sejumlah surat undangan diedarkan, dari tetangga hingga ke sahabat-sahabat Zahrana saat masih mengajar di Mangunkarsa. Pak Sukarman, yang lamarannya pernah ditolak oleh Zahrana nampak sangat marah saat membaca undangan tersebut. Kertas berwarna pink itu dirobeknya dan tangannya dikepalkan sambil berucap bahwa jika ia tidak bisa memiliki Zahrana, maka orang lain juga tidak boleh memilikinya. Nampak pikiran jahat mulai menguasai pikirannya saat itu. Di tempat lain Zahrana nampak sibuk menelpon sejumlah sahabatnya salah satunya Hasan untuk memberikan kabar bahagianya itu. Nampak Hasan terduduk lesu ketika ia menutup teleponnya. Ternyata wanita yang dicintainya dalam diam akan segera menikah dengan laki-laki lain. Saat itu, Hasan sedang berada di Malaysia untuk memantau pembangunan sejumlah gedung yang merupakan bagian dari perusahaannya. Rupanya, sambil kuliah Hasan juga telah mendirikan sebuah perusahaan property yang saat ini sedang dikelolanya. Tentunya, hal ini menyebabkan ia tidak bisa menghadiri pernikahan dari sang dosen pujaan hatinya itu.

Waktu untuk acara akad nikah akhirnya tiba. Nampak Zahrana telah berdandang cantik bak ratu dari negeri khayangan. Pak Munajat dan istrinya juga telah berpakain lengkap siap untuk menyambut sang calon menantu. Sejumlah undangan juga telah mengisi kursi-kursi kosong yang telah disiapkan oleh wedding organizer sebelumnya. Semua nampak bahagia saat itu, hingga tiba sebuah kabar yang membuyarkan semuanya. Disela-sela keramaian candaan para undangan dan sahabat Zahrana, tiba-tiba sebuah mobi polisi berhenti tepat di depan tenda. Empat orang polisi berseragam lengkap dan seorang petugas medis berpakain serba putih nampak turun dari mobil tersebut dan langsung menemui pak Munajat. Zahrana yang duduk tak jauh dari ayahnya langsung pingsan setelah mendengar kabar yang dibawa oleh rombongan tersebut. Pak Munajat juga tak kalah terkejutnya. Penyakit jantung yang selama ini dideritanya langsung kambuh dan menyebabkannya harus segera dilarikan ke rumah sakit. Ibu Munajat sendiri hanya terduduk lesu di samping tubuh putrinya yang terbaring tak sadarkan diri dan masih mengenakan pakaian pengantinnya.

Rahmat sang calon pengantin pria ternyata mengalami kecelakaan saat akan menyeberang rel kereta api. Ia meninggal karena kehabisan darah dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan pihak kepolisian, namun menurut keterangan sejumlah keluarganya bahwa Rahmat mendapat panggilan telepon dari orang yang tidak dikenal untuk membawa kerupuk ke area lokasi kejadian. Hingga berita ini disampaikan ke keluarga Zahrana, identitas sang penelpon masih misterius.

Saat membuka matanya Zahrana menemukan dirinya tengah berbaring di atas ranjang Rumah Sakit. Nampak di sampingnya sang ibu dengan mata yang masih sembab menatap sedih ke arahnya. Lina sang sahabat juga baru saja tiba bersama suaminya. Nampak perasaan shock masih menguasai jiwa Zahrana saat itu. Sebelum Zahrana siuman, ibu Munajat telah berpesan kepada Lina agar jangan dulu menceritakan perihal kematian sang ayah pada Zahrana. Takutnya perasaan sedih Rana semakin tidak terbendung dan terjadi hal yang tidak diinginkan bersama. Namun, semua menjadi tidak terkendali ketika rombogan dosen dari universitas Mangunkarsa yang dipimpin oleh pak Sukarman tiba di ruang perawatan itu. Dengan gampangnya tampa ada rasa empati sama sekali, pak Sukarman berucap ringan bahwa ia dan segenap kru turut berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya ke rahmatulah sang calon suami dan ayah dari Zahrana. Zahrana terpekik kaget saat ia mendengar jika sang ayah yang sangat disayanginya juga telah meninggal di hari itu. Kepergian dua orang tercinta di hari yang sama sangat membuat hatinya terpukul. Rana menolak untuk makan maupun minum, menyebabkan kondisi fisiknya semakin menurun dari hari ke hari. (Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

24 Feb
Balas



search

New Post