Kisah Arya & Difa (Di perkebunan Apel)
Pagi yang cerah berselimut kabut tipis di Malang, Jawa Timur. Udara dibulan Februari benar-benar sangat dingin di kota apel ini. Hari ini adalah hari terakhir Arya dan ibunya serta pak Broto dan nenek Karti berada di kota ini bersama Difa. Mobil antar jemput hotel akan membawa mereka ke kota Batu untuk mengunjungi salah satu wahana wisata agro yang sangat terkenal yakni Kusuma Agrowisata. Difa sengaja memilih tempat ini karena salah satu spotnya menyediakan perkebunan apel. Yah, apel adalah jenis buah favoritnya yang selalu menemani cemilan sehatnya setiap saat kala mengerjakan tugas-tugas kampus.
Sesaat setelah tiba di area wisata, Arya segera masuk ke tempat pembelian tiket. Ia mengambil beberapa paket tiket, untuk memudahkan berpindah lokasi perkebunan buah yang diinginkan. Setelah mengambil beberapa foto bersama di area spot foto keluaraga, rombongan kecil ini kemudian mulai melangkah masuk ke area perkebunan buah dengan dipandu oleh seorang pemandu wisata.
“Difa senang makan buah apel ya?” Tanya dokter Sherly di sela-sela pohon apel yang mereka lewati.
“Iya, bu doktor, eh..maksudku ibu.” Jawab Difa sambil tersenyum. Nampaknya ia masih belum terbiasa dengan panggilan kata ibu pada sang calon mertua.
“Bagus itu. Buah apel manfaatnya banyak, salah satunya mencegah kanker dan menstabilkan gula darah dalam tubuh.” Jelas dokter Sherly sambil memetik sebuah apel hijau yang kebetulan dilaluinya.
“Dek Difa. Kamu tau gak bahwa apel merupakan salah satu lambang cinta.” Ucap Arya menyambung statemen ibundanya.
“Oh ya? Kok bisa begitu kak?” Kilah Difa balik.
“Coba deh kamu makan buah apel merah ini.” Gumam Arya sambil memberikan sebuah apel merah merah besar yang telah dipetiknya dari blok sebelumnya.
Difa segera mengambil apel itu, dan tampa ragu langsung memakannya. Apel di perkebunan ini masih sangat murni dan bersih, sehingga para pengunjung biasanya tidak ragu untuk langsung memakaannya.
“Gimana rasanya?” Tanya Arya lagi.
“Sangat manis, kak!” Jawab Difa tampa ragu.
“Seperti itulah manisnya cintaku padamu dek Difa.” Tutur Arya sambil sedikit berdehem.
“Ih kak Arya, nge gombal terus ….!” Protes Difa dengan wajah yang tersipu malu. Ia semakin malu ketika ayahnya dan dokter Sherly ikut melemparkan senyuman ke arahnya. Sementara nenek Karti nampak serius memperhatikan penjelasan mengenai buah Apel dari sang pemandu wisata.
“Ada sebuah pepatah yang mengatakan, hal-hal besar datang dari hal-hal yag kecil. Dionysus, Dewa anggur dalam legenda Yunani, menggunakan apel untuk merayu putri Aphrodite, dan tau gak dek Difa, gimana akhir cerintanya? Lanjut Arya lagi.
“tidak.” Jawab Difa singkat.
“Sang dewa anggur akhirnya bisa mendapat cinta dari sang putri.” Jawab Arya mengakhiri ceritanya dengan dibarengi kedipan mata ke arah Difa.
“Wow, kisah yang sangat romantis.” Gumam Difa sambil bertepuk tangan.
“Bukan itu saja kok, pada kisah lain di sebutkan bahwa pada pernikahannya dengan dewa Zeus, Gaia mempersembahkan apel ke Hera menandakan cinta yang abadi dan utuh.” Sambung pak Broto seolah tidak mau kalah dari Arya.
“Iya. Benar sekali, mas. Apel menandakan cinta dan kecantikan femini.” Sambung dokter Sherly yang juga tidak mau ketinggalan memberikan definisinya tentang apel dilihat dari perspektif cinta.
“Lagi bahas apa toh, ini. Nampaknya sangat seru?” Tiba-tiba nenek Karti udah ikut nimbrung dari arah samping.
“Ini lho nek, lagi bahas manisnya cintaku pada dek Difa.” Ucap Arya yang tiada henti membercandai sang nenek.
“Ow walaah, jangan dulu bahas cinta-cinta sekarang, sebelum kamu menghalalkan cucuku.” Pungkas nenek Karti sambil memukul lengan Arya.
“Aku udah mau menghalakan kok nek. Difanya aja tuh yang belum mau.” Protes Arya dengan mulut yang dimonyongkan ke arah Difa.
“Yang sabar ya, kak Arya. Untuk saat ini, aku baru menerima manisnya apel ini dulu. Sertifikat Halalnya setelah wisuda ya.” Ujar Difa sambi tersenyum manis ke arah Arya. Sedikit kedipan mata juga menghiasi senyuman itu.
“Oh, aku bisa pingsan klo begini.” Ucap Arya sambil memegang dadanya dan berhenti berjalan sejenak karena tak sanggup melihat senyuman manis dan kedipan mata sang calon istri.
Segenap rombongan juga berhenti dan melemparkan tawa ke arah arya yang tertinggal beberapa langkah di belakang.
(bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar