Kisah Arya & Difa (Ketika Ingatannya Pulih)
Arya dengan segera dilarikan ke Rumah Sakit umum Brawijaya. Nampak rona kecemasan menghiasi wajah dokter Sherly saat mengiringi brankar dorong tempat putranya terbaring tak sadarkan diri. Sesekali ia menatap ke arah Difa yang nampak setia mengikuti disampingnya. Siapakah sebenarnya gadis ini, gumamnya dalam hati. Mengapa saat ia menyebut nama Arya, putranya justru langsung pingsan, seolah ada chemistry kuat diantara keduanya. Saat tiba di depan pintu Ruang UGD, seluruh pengantar dilarang untuk masuk. Namun, tidak dengan dokter Sherly. Ia mendapat izin khusus untuk masuk karena profesinya yang juga sebagai dokter saat itu.
Tinggallah Difa dan sahabatnya Asma yang menunggu di depan ruang UGD tersebut. Namun, Asma tidak bisa berlama-lama di tempat itu, dikarenakan ia harus menjemput keluarganya di bandara siang nanti. Difa duduk dengan gelisah di kursi tunggu yang disediakan khusus untuk para keluarga pasien. Sesekali ia memandang masuk ke ruangan lewat pintu kaca di depannya. Hatinya masih dipenuhi oleh tanda tanya, tentang mengapa putra sang doktor itu tiba-tiba pingsan saat mendengar namanya disebut. Apakah ada hubungan antara ia dengan Arya yang dikenalnya di sebuah café tiga tahum lalu. Ah, mengapa bayangan Arya si pemulung kini memenuhi ruang pikirannya.
“Difa,…” Sebuah suara tiba-tiba terdengar di tengah lamunannya. Ia tersentak kaget dan langsung berdiri dibuatnya.
“Oh bu doktor. Maaf, saya tidak menyadari kehadiran ibu. Gimana dengan keadaan putra ibu?” Sapa Difa dengan suara yang sedikit gagap akibat kaget dengan kehadiran sang doktor yang kini telah berada di sampingnya.
“Duduklah. Ibu ingin berbincang-bincang denganmu sebentar.” Ucap dokter Sherli dengan wajah tenang.
“Baik, bu doktor.” Jawab Difa dengan sopan.
“Keadaan Arya baik-baik saja saat ini. Namun, ada satu hal yang membuat aku penasaran Difa.” Ucap dokter Sherly membuka percakapan. Sejenak ia menatap wajah si gadis cantik yang duduk di sampingnya itu.
“Apa yang membuat bu doktor penasaran?” Tanya Difa dengan ekspresi wajah serius.
“Menurut team dokter yang menanganinya tadi, ada suatu kejadian dahsyat yang menyebabkan memorinya tiba-tiba tersambung kembali. Aku pikir-pikir mungkin yang dimaksud oleh mereka adalah kejadian saat kamu berbicara tadi.” Ucap bu doktor sambil terus berupaya mengingat kembali kronologi kejadian sebelum putranya pingsan.
“Maksud bu doktor, aku terlibat dalam kronologi kejadian itu? Pungkas Difa.
“Iya. Seingat ibu, Arya langsung pingsan saat kamu menyebut namanya.” Ucap dokter Sherly cepat.
“Entahlah, bu doktor. Aku sendiri juga tidak mengerti kenapa bisa terjadi demikian. Apakah mungkin, kak Arya putra bu doktor adalah kak Arya si pemulung yang bertemu denganku di sebuah café tiga tahun lalu? Bukankah itu merupakan suatu hal yang tidak mungkin bu?” Ucap Difa dengan sangat hati-hati. Ia merasa khawatir jika sang doktor tidak terima dengan perkataannya itu.
Suasana menjadi hening untuk sesaat lamanya. Baik dokter Sherly maupun Difa sama-sama terdiam, hingga tiba-tiba pintu ruang perawatan terbuka dan nampak rombongan dokter keluar dari ruangan tersebut. Sontak keduanya berdiri lalu mendekati rombongan tersebut.
“Gimana dengan keadaan anak saya dokter?” Tanya Dokter Sherly dengan wajah cemas. Meskipun ia juga adalah seoarang dokter, namun ini bukan spesialistnya, sehingga iapun masih perlu bertanya.
“Arya sudah siuman bu. Bahkan ingatannya kini sudah kembali sekitar 95%. Namun, bu dokter Sherly jangan dulu membuatnya tertekan. Butuh waktu beberapa hari ke depan untuk membuat ingatannya benar-benar pulih. Oh ya, yang terpenting saat ini adalah bu dokter Sherly harus berterima kasih pada orang yang telah berhasil memancing ingatannya sehingga bisa pulih seperti saat ini.” Jelas juru bicara team dokter tersebut sambil menjabat tangan dokter Sherly.
“Terima kasih dokter.” Ucap dokter Sherly sambil tersenyum lega.
Keduanya menatap rombogan dokter tersebut yang berjalan semakin menjauh. Sesaat setelah itu, dokter Sherly tiba-tiba memeluk Difa dan berucap terima kasih karena menurutnya Difa adalah orang yang dimakud oleh team dokter tersebut.
“Difa, terima kasih. Kamu telah memulihkan ingatan Arya.” Ucap dokter Sherly disela-sela pelukannya.
“Aku juga turut senang bu doktor.” Balas Difa masih dengan perasaan bingung.
Saat keduanya akan melangkah masuk ke ruangan, tiba-tiba langkah kaki dokter Sherly terhenti. Hal ini membuat Difa heran, apalagi saat sang doktor memutuskan untuk kembali duduk di kursi tunggu dengan tubuh yang sedikit lunglai.
“Ada apa bu doktor? Apakah ibu merasa pusing?” Tanya Difa dengan sedikit cemas, ia dengan segera mengeluarkan sebotol air mineral yang tersimpan di dalam tasnya lalu menyodorkannya kepada sang doktor.
“Aku,…aku merasa takut Difa.” Jawab dokter Sherly dengan suara lemah sambil menerima botol air mineral tersebut.
“Takut dengan apa bu doktor? Tanya Difa cepat. Rasa khawatir juga mulai merasuki pikirannya.
“Aku takut, jika Arya tidak mau menerimaku sebagai ibunya” Ucap dokter Sherly sambil meneteskan air mata.
“A’..apa maksud bu doktor? Ada apa antara bu doktor dan kak Arya? Bukankah ia adalah anak kandung ibu? Tanya Difa dengan cepat. Tampa ia sadari, ia telah memegang bahu sang doktor.
“kisahnya panjang Difa. Ibu tidak bisa menceritakannya saat ini. Ibu butuh menenangkan pikiran sejenak.” Ucap dokter Shelry dengan suara lirih. Ia menutup wajahnya dengan salah satu tangannya. Nampak dengan jelas, jialau ia sedang berusaha untuk menguasai perasaannya sendiri. Sebagai seorang dokter psikolog, ia sudah terbiasa memberikan masukan pada pasien-pasiennya. Namun, kejadian yang menimpanya saat ini sangat membuatnya merasa cemas. Ia benar-benar merasa takut jika nanti saat ingatan Arya pulih, justru sang putra akan menolak kehadirannya.
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap tulisannya, sukses selalu bu Suharni Jamaluddin
Kisah yang luar biasa. Sukses selalu untuk ibu, salam literasi...