Suharni Jamaluddin

Suharni, lahir di Bulukumba, 29 Agustus 1983, Guru Bahasa Inggris di MAN Biau di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Arya & Difa (Lupa Ingatan)

Kisah Arya & Difa (Lupa Ingatan)

Keeseokan harinya, keadaan Arya sudah mulai membaik. Ia telah melewati masa kritrisnya semalam. Menurut dokter yang menanganinya, ia tidak memerlukan donor darah lagi, setelah sekantong darah dari PMI berhasil di tranfusikan ke tubuhnya. Tinggal menunggu ia siuman lalu dokter akan melakukan treatmen lanjutan jika ada kasus baru yang ditimbulkan akibat benturan keras di kepalanya itu.

Pak Maman dengan setia menunggu majikannya itu siuman. Ia merasa sedikit lega setelah mendapat penjelasan dari dokter pagi ini. Namun, hatinya kembali pilu kala melihat kondisi Arya dengan kepala yang terbalut perban putih. Ia merasa sangat menyesal dengan kelalaiannya menyetir mobil yang hampir menyebabkan nyawa tuannya melayang. Semalam ia telah didatangi oleh pihak kepolisian yang meminta keterangan tentang penyebab kecelakaan itu. Untuk sementar statusnya masih dinyatakan sebagai saksi, menunggu penjelasan lanjutan saat korban Arya memberikan keterangannya nanti. Mobil Alphard milik Arya hanya mengalami penyok di bagian depan saja. Menurut team penyidik dari kepolisian itu, mobil mewah bermerk Alphard warna hitam sekarang diamankan di halaman kantor kepolisian menunggu proses penyelidikan lanjutan.

“Aduh, aku di mana ini?” Suara Arya terdengar samar-samar.

“Nak, Arya. Alhamdulillah, …nak Arya sudah siuman.” Pekik pak Maman lega.

“Kamu siapa?” Tiba-tiba Arya bertanya seolah ia tidak kenal lagi dengan sopir setianya itu.

“Aku pak Maman, nak Arya. Jangan terlalu banyak bergeral dulu.” Sahut pak Maman dengan perasaan yang mulai khawatir jika majikannya itu mengalami lupa ingatan akbitan benturan di kepalanya itu.

“Aku di mana ini?” Nampak Arya mulai menampakkan kepanikan akibat trauma benturan.

“Nak Arya, sedang berada di Ruang ICU. Sejak kemarin nak Arya pinsan dan baru siuman saat ini.” Ujar pak maman sambil memegang tangan majikannya itu.

“Aku siapa dan kamu siapa? Aduh, kepalaku…..” Nampak Arya kebingungan dan tiba-tiba saja ia merasa jika kepalanya seakan mau pecah.

“Dokter,…dokter,……” Panggil pak Maman panik. Ia berlari keluar ruangan memanggil dokter yang saat itu sedang bertugas. Dua orang dokter langsung berlari masuk dan memeriksa keadaan Arya yang ternyata telah kembali pinsan akibat sakit yang tak tertahankan di bagian kepalanya. Pak Maman kemudian menyampaikan keadaan terakhir Arya sebelum ia pingsan, tentang arya tidak mengenal dirinya lagi. Mendengar penuturan tersebut kedua dokter itu saling bertatapan dan saling membisikkan sesuatu. Setelah dilakukan pemeriksaan secera lebih intesif, pak Maman kemudian dipanggil ke ruang dokter untuk menerima penjelasan.

“Maaf, apakah anda keluarga dekat pasien?” Tanya dokter ke pak Maman.

“Saya hanya sopirnya pak. Keluarga majikan saya ada di luar negeri.” Jawab pak Maman.

“Apakah tidak ada keluarga lainnya yang bisa dihubungi pak? Sebab, ada hal krusial yang saya akan sampaikan sekaitan dengan kondisi terkini pasien.” Jelas dokter lebih lanjut.

“Nak Arya punya paman yang saat ini mengurus perusahaan Sawit di Kalimantan Utara pak.” Jawab pak Maman dengan sedikit ragu. Ia merasa kurang yakin jika pak Agus, paman dari Arya itu akan datang ke Jakarta. Terakhir bertemu dengan pak Agus di acara pemakaman nenek Arya dua tahun lalu. Setelah itu, pak Agus tidak pernah balik lagi ke Jakarta. Ia sepertinya sangat kecewa dengan pembagian warisan yang dibacakan oleh pengacara keluarganya. Perusahaan furniture sepenuhnya diserahkan ke Arya, sedangkan ia sendiri hanya diberi kewenagan untuk mengurus perusahaan kelapa sawit yang dirintis oleh ayahnya yang juga kakek Arya ketika masih hidup dulu.

“Jadi gimana, pak. Apakah ada keluarga dari pak Arya yang bisa datang kesini?” Tanya dokter lagi.

“Saya akan coba menghubungi pamannya pak.” Jawab pak Maman kemudian yang baru saja tersadar dari lamunannya.

Nampak pak Maman kembali ke ruang dimana Arya dirawat. Di sana ia mencari HP majikannya dan mencoba membukanya. Naasnya, rupanya sang majikan yang sangat protektif tersebut memasang kunci pengaman di HP nya. Pak Maman sama sekali tidak mengetahui nomor sandi yang digunakan di HP tersebut. Dengan langkah gontai, pak Maman kembali ke ruang dokter dan menyampaikan masalahnya.

“Maaf, pak dokter. HP Majikan saya dipasangi kode sandi. Jadi, saya tidak bisa mendapatkan nomor HP paman nak Arya pak.” Sahut pak Maman mencoba memberi penjelasan.

“Waduh, bagaimana ya? Kondisi pak Arya saat ini mengharuskan dilakukan penanganan operasi. Ada pembekuan darah di kepalanya yang harus secepatnya diantisipasi agar tidak semakin parah. Namun, ada resiko yang kemungkinan muncul pasca operasi tersebut.” Ucap pak dokter.

“Resiko apa itu pak?” Tanya pak Maman dengan wajah mulai cemas. Ia sangat takut jika terjadi hal buruk pada majikannya itu.

“Kemungkinan pak Arya akan mengalami lupa ingatan dalam waktu yang lama. Namun, kita tetap akan upayakan proses pengembalian ingatannya lewat terapi khusus” Jelas pak dokter lagi.

“Lupa ingatan! Astagfirullah, kasian nak Arya.” Tampa terasa beberapa butir air mata mengalir di pipi pak Maman. Batinnya terasa sangat terpukul mendengar kenyataan yang kemungkinan akan dihadapi oleh majikannya akibat dari kelalaiannya saat menyetir.

“Jika tidak ada keluarganya yang menandatangani, kami juga tidak bisa melakukan operasi.” guman dokter lagi. “jadi, tolong segera upayakan agar ada keluarga terdekatnya yang bisa datang ke rumah sakit ini, paling lambat sore. Bahkan makin cepat, makin bagus demi keselamatan pasien.” Perintah dokter kepada pak Maman.

Pak Maman kembali keluar dari ruang dokter itu dengan perasaan galau. Ia mencoba menelpon orang kepercayaan pak Arya di perusahaan, pak Deni namanya, dan memintanya untuk mencari data ibu kandung pak Arya yang saat ini telah berdomisili di London, Inggris. Beruntung pak Deni berhasil mendapatkan nomor telepon lewat data perusahaan yang tersimpan di brankas. Saat dihubungi, wanita yang telah berpindah kewarganegaraan sejak berpisah dari suaminya itu sangat terkejut mendengar kabar putranya. (Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post