Kisah Arya&Difa (Gunung Arjuna)
Rombongan wisata agro ini kemudian melanjutkan kunjungan ke tanaman hortikultura lainnya. Dokter Sherly yang gemar makan buah jambu batu, tak melewatkan kesempatan untuk singgah di perkebunan buah jambu ini. Aneka jambu batu berukuran besar nampak sangat menggugah selera untuk mencicipinya. Menurut sang pemandu wisata, setiap pengunjung bisa makan sepuasnya asalkan tidak dibawa pulang. Nampak pak Broto terus saja mengunyah, rupanya ia punya selera yang sama dengan dokter Sherly.
Setelah puas berada di tempat tersebut, Arya mengajak rombongan untuk masuk ke spot Kusuma Edukasi. Bukan tampa alasan ia mengajak rombongan keluarga itu kesini. Yah, pastinya ada sesuatu yang romantis lagi yang ia ingin tunjukan ke Difa. Sebuah taman yang indah nampak terhampar luas, di atasnya ditumbuhi oleh aneka bunga yang berwarna warni. Ada sebuah patung kerbau putih yang sedang menarik gerobak beratap, dan ada juga ornamen sepeda onthel yang nampak menarik segerobak bunga. Tak jauh dari tempat itu, nampak juga hamparan ratusan polybag berisi tanaman strowbery menambah asri pemandangan dari ketinggian kota Batu tersebut.
Dokter Sherly mengajak nenek Karti dan pak Broto untuk singgah di rumah makan tradisional yang terletak di area taman tersebut. Nenek Karti awalnya menolak, karena tidak ingin membiarkan cucunya berjalan berdua bersama Arya. Namun, setelah ia melihat peralatan makan yang disediakan di rumah makan tersebut, perhatiannya langsung tertuju ke sana, bahkan sejenak melupakan sang cucu. Difa hanya tersenyum melihat keasyikan sang nenek, yang sedang bernostalgia dengan peralatan makan dan masak yang semua terbuat dari tanah liat itu. Ia pun tak punya alasan untuk menolak kala Arya mengajaknya untuk jalan berdua menikmati pemandangan taman.
“Dek Difa, coba kamu lihat gunung nun jauh di sana.”
Nampak Arya menunjuk ke arah sebuah gunung yang terlihat jelas dari arah mereka berdiri saat itu.
“Ada apa dengan gunung itu kak?” Tanya Difa balik.
“Itu namanya Gunung Arjuna.”
Difa nampak mangguk-mangguk mendengar nama Gunung itu.
“Ada yang istimewah dengan gunung tersebut, kak? Tanya Difa lagi.
“Konon menurut cerita para leluhur, Arjuna adalah nama seorang putra dari Raja Pandu yang memimpin kerajaan Hastinapura. Dia dan keempat saudaranya dikenal dengan julukan pandawa lima. Kisah mereka sangat populer dalam cerita Mahabharata di kalangan penganut agama Hindu yang ada di tanah Jawa ini. Suatu ketika Arjuna bertapa di salah satu gunung untuk menambah kesaktiannya. Setelah sekian lama bertapa, iapun berhasil dan mampu mengangkat Gunung tempatnya bertapa itu hingga menyentuh langit. Para dewa konon menjadi marah karena kelakuannya itu. Mereka memotong gunungnya, hingga menjadi Gunung Arjuno yang saat ini sedang kamu pandang.” Kisah Arya sambil tersenyum dan menatap Difa yang nampak terkesimah.
“Wah, kak Arya punya banyak referensi cerita rakyat ya.” Puji Difa.
“Siapa dulu dong calon suami dek Difa.”
Arya nampak membusungkan dan menepuk-nepuk dadanya.
“hmmm, kak Arya terlalu pede ih.” Sindir Difa.
“Iya dong. Aku memang harus pede. Apalagi di depan calon istriku yang cantik dan ayu ini.” Ucap Arya mulai merayu.
“Tuh kan kambuh, lagi!”
Sambil tersipu malu, Difa mencoba mengalihkan pandangannya dari Arya yang terus saja menatapnya.
“Aku paling senang deh melihat dek Difa seperti ini, rasanya ingin dekat-dekat terus.” Goda Arya.
“Udah deh, kak Arya. Kalau kak Arya merayu terus aku tinggal nih. Aku akan gabung sama ayah, nenek dan ibu di sana. Tuh lihat, mereka sejak tadi mengawasi kita terus.” Ancam Difa sambil tersenyum malu. Ia jadi salah tingkah dengan rayuan Arya yang semakin menjadi.
“Waduh, jangan dulu kesana dong. Aku masih ingin berduaan dengan dek Difa. coba lihat kembali Gunung Arjuna itu.” Ucap Arya mencoba mengalihkan kembali perhatian Difa agar tetap mau bersamanya.
“Iya, kenapa lagi kak dengan Gunungnya?” Tanya Difa sambil mengarahkan pandangannya ke tempat yang diminta oleh Arya.
“Aku pernah mendengar dalam sebuah kisah sandiwara radio yang ditulis oleh pak S Tidjab, bahwa Arya Kamandanu pernah membangun sebuah gubug untuk istri tercintanya Meysin di lereng gunung Arjuna itu. Namun, tidak lama setelah itu, ia meminta izin kepada sang istri untuk mengabdi kepada Raja Majapahit yakni Raden Wijaya. Sialnya ia sempat juga bertemu dengan seorang pendekar dari gunung Tengger yang bernama mpu Tong Bajil dan terlibat perkelahian sengit dengan pendekar tapak Geni itu. Karena ilmu kanuragannya masih kurang, akhirnya Arya Kamandanu terkena ajian segoro geni milik mpu Bajil. Dalam keadaan terluka, ia kemudian ditolong oleh seorang pendekar wanita cantik bernama Sakawuni yang bergelar Pendekar lengan seribu. Singkat cerita, ternyata Sakawuni ini jatuh cinta pada Arya Kamandanu.” Tutur Arya dalam kisah panjangnya.
“Lalu, bagaimana dengan nasib Meysin, kak?” Tanya Difa yang nampak penasaran dengan cerita itu.
Arya tidak langsung menyambung ceritanya. Tatapannya terarah kembali ke birunya Gunung Arjuna dari kejauhan.
“Dek Difa, nampaknya harus bersiap-siap untuk merasa kecewa pada akhir ceritanya.” Jawab Arya sambil melirik ke arahnya.
“Kok, gitu sih kak. Aku jadi tambah penasaran deh. Ayo, gimana kelanjutan kisahnya?” Tanya Difa lagi.
“Pada akhirnya, Arya Kamandanu jujur ke Sakawuni bahwa ia telah beristri. Tentu saja si gadis merasa patah hati, namun akhirnya ia bisa menerima semua kenyataan pahit tersebut. Ia bahkan menemani Kamandanu ke Gunung Arjuna itu untuk berkenalan dengan Meysin. Sayangnya saat tiba di lereng gunung itu, ternyata gubuknya telah dibakar oleh Dewi Sambi istri Mpu Tong Bajil. Meysin sejak saat itu menghilang tidak diketahui rimbanya. Setelah sekian lama mencari dan juga tak kunjung berjumpa, akhirnya Arya Kamandanu memutuskan untuk menikahi Sakawuni.” Tutur Arya mengakhiri kisahnya.
“Wah, kasihan Meysin dong kak.” Komentar Difa.
“Yah, gitulah. Rupanya Arya Kamandanu ditakdirkan untuk memiliki dua istri.” Ujar Arya sambil tersenyum.
Difa terdiam mendengar perkataan Arya barusan. Ia nampaknya masih tidak terima dengan akhir cerita itu.
“Kira-kira nanti istriku berapa ya?” Gumam Arya mencoba memancing reaksi diam dari Difa.
“Ih, kak Arya! Awas saja klo kak Arya menduakan aku.”
Difa nampak terpancing dengan perkataan Arya. Ia langsung memukul lengan Arya, dan ekspresi cemberut nampak di wajahnya.
“Mendapatkan kamu aja susahnya minta ampun, gimana aku akan berpikir semudah itu untuk menduakan. Hanya laki-laki gila yang akan menduakan wanita secantik kamu dek Difa. Kamu tidak hanya cantik dari fisik, tapi juga cantik bathin. Itu yang membuat aku terus dimabuk cinta padamu hingga saat ini. Bahkan aku belum berani memikirkan, betapa beratnya hari-hari yang akan aku lalui selama penantian hingga tiba waktu aku menghalalkanmu.” Tutur Arya panjang mencoba mengungkapkan perasaan hatinya.
“Kak Arya, maafkan aku ya, telah membuatmu menunggu.” Gumam Difa merasah agak bersalah.
“Tidak mengapa. Aku akan menjadikannya sebagai wadah untuk melatih kesabaran hati. Kamu mungkin tidak akan tau dek Difa, betapa kangennya aku nanti saat balik ke Jakarta dan meninggalkanmu seorang diri di kota ini. Apalagi aku dilarang bertemu denganmu selama waktu itu.” Ungkap Arya lebih lanjut.
“kak Arya tidak perlu mengkhawatirkan aku di sini. Aku akan menjaga diri dan hati ini hanya untuk kak Arya.” Ucap Difa mencoba menghibur hati sang kekasih.
“Rasanya aku seperti melayang. Bisakah aku mendengarkan kalimat itu sekali lagi dek Difa.” Ucap Arya sambil menutup matanya.
“Ih, kak Arya. Tuh kan, mulai kambuh lagi.”
Difa segera menarik lengan baju Arya, dan mengajaknya untuk balik. Dari Jauh, nampak nenek Karti melambaikan tangan, sebagai tanda agar mereka segera bergabung karena menu makan siang telah tersedia.
“Aku belum mau kesana. Masih ingin berdua dengan dek Difa di sini.” Ujar Arya dengan malas.
“Ih, gak boleh lama-lama berdua kak. Belum muhrim. Ntar jika udah halal kak Arya puas puasin deh.” Ucap Difa tersenyum, sambil berlari-lari kecil meninggalkan Arya.
Arya nampak kembali memegang dada kirinya, ia mungkin berpikir, bagaimana nanti dirinya saat jauh dari gadis yang telah mencuri hatinya itu. (bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul tulisannya bunda, sehat dan sukses selalu