Suharni Jamaluddin

Suharni, lahir di Bulukumba, 29 Agustus 1983, Guru Bahasa Inggris di MAN Biau di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Arya&Difa (Syukuran Kelulusan Studi Kedokteran)

Kisah Arya&Difa (Syukuran Kelulusan Studi Kedokteran)

Hari bahagia yang dinantikan Arya sejak melamar sang kekasih akhirnya tiba juga. Sekembalinya dari Surabaya, ia langsung meminta sekretarisnya pak Deni untuk menghubungi salah satu wedding organizer ternama di kota Jakarta. Saat merayakan hari wisuda Difa di restoran, kedua pihak keluarga telah bersepakat bahwa pernikahan akan dilangsungkan setelah urusan Difa selesai di kampusnya. Yah, satu bulan ke depan akan digunakan untuk persiapan wedding planner kata bu Sherly di akhir pertemuan keluarga itu.

Senyum sumbringah nampak menghiasi wajah Arya kala itu. Bagaimana tidak, setelah acara lamaran yang ia langsungkan beberapa bulan sebelumnya, Difa memintanya untuk tidak menghubunginya selama jedah waktu penantian. Alasannya cukup masuk akal. Difa tidak ingin jika mereka sampai kelepasan melakukan hal-hal yang dilarang agama meski sudah bertunangan sekalipun karena statusnya yang belum muhrim. Bagaimana pun juga Difa sangat ingin menjaga kehormatan dirinya sebagai wanita, seperti yang sering dinasehatkan oleh ayah dan neneknya selama ini.

“Permisi, pak Arya. Ini laporan mengenai persiapan wedding planner yang bapak minta.”

Pak Deni menyodorkan sebuah map bermotif batik yang langsung diterima dan dibuka oleh Arya saat itu juga.

“Terima kasih pak Deni.” Sambut Arya.

“Sama-sama pak. Oh ya, pihak wedding organizer meninta agar pak Arya dan nona Difa melakukan fitting baju pekan depan.” Lanjut pak Deni menginformasikan.

“Baik. Beritahu pemilik wedding organizernya bahwa saya akan segera melakukan fitting baju segera setelah dek Difa tiba di Jakarta. Selain itu saya juga akan melakukan pertemuan kedua dengan pihak mereka untuk mengetahui sejauh mana kesiapannya dalam melancarkan acara pernikahanku nanti.” Ujar Arya sambil menutup kembali map batik tersebut.

“Baik, pak. Saya akan mengatur jadwal bapak untuk bertemu dengan pihak organizer.” Sahut pak Deni sebelum meninggalkan ruang kerja Arya.

Seminggu kemudian, di rumah nenek Karti nampak ramai dikunjungi oleh para tetangga dan kerabat. Hari itu pak Broto mengadakan syukuran atas keberhasilan putrinya Difa yang telah menyelesaiakn studi kedokteran. Sehari sebelumnya, Difa telah kembali ke Jakarta karena urusannya di Surabaya telah selesai. Ia tampil cantik dengan balutan busana muslim saat menerima ucapan selamat dari para undangan. Banyak tamu undangan yang merupakan sahabat pak Arya berdecak kagum dengan kecantikan Difa. Mereka tidak menyangka jika pak Broto ternyata memiliki seorang anak gadis yang berparas ayu bahkan calon dokter lagi. Di akhir acara tersebut, pak Broto juga mengumumkan bahwa Difa putri tunggalnya itu telah dilamar oleh seorang pemuda baik dan dua pekan lagi, pernikahan akan dilangsungkan.

Terdengar suara riuh rendah dari para undangan mendengar kabar itu. Responnya beraneka ragam. Ada yang berkata bahwa pemuda itu pastilah bukan orang biasa karena bisa meluluhkan hati Difa. Ada pula yang menyayangkan mengapa Difa harus cepat menikah, padahal mereka belum memperkenalkan anak ataupun keluarganya pada gadis itu. Dari tempatnya duduk, Difa hanya senyum-senyum saja mendengar percakapan itu sambil memandang neneknya yang juga sibuk melayani pertanyaan para tetangga.

Di sela-sela keramaian itu, tiba-tiba sebuah mobil Toyota Alphard putih berhenti tepat di depan rumah Difa. Seorang sopir berpakaian seragam nampak keluar dari mobil itu dan langsung menarik tuas pintu sehingga nampaklah dua orang berpakaian elegan turun dari mobil itu.

Saat keduanya melangkah masuk, semua mata memandang ke arah mereka berdua. Nenek Karti, Difa serta pak Broto langsung menyambut tamu istimewah ini.

“Aku kira kalian tidak jadi datang.” Ujar nenek Karti sesaat setelah Arya menjabat dan mencium tangannya.

“Maaf nek, jadwal meeting hari ini bersama beberapa calon klien cukup padat.” Sahut Arya sambil menjabat tangan pak Broto. Namun matanya langsung melirik ke arah Difa yang berdiri disamping ayahnya itu. Ah, betapa cantiknya calon istriku ini gumamnya dalam hati.

“Iya, akhir-akhir ini Arya sangat sibuk mak. Tadi aku sampai tiga kali menelponnya hanya untuk mengingatkan acara hari ini.” Punkas dokter Sherly.

“Baiklah, silahkan duduk. Saya akan memperkenalkan kalian ke para udangan yang hadir siang ini.”

Pak Broto langsung berjalan ke arah mikrofon dan mulai menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kehadiran para sahabat, kerabat dan tetangga di acara syukuran putrinya itu. Tak lupa diakhir sambutannya pak Broto juga memperkenalkan Arya sebagai calon suami Difa dan ibunya dokter Sherly yang sebentar lagi akan menjadi besannya. Seluruh undangan berdecak kagum melihat betapa tampannya paras Arya. Wajar saja jika akhirnya Difa menjatuhkan pilihannya pada pria muda itu.

Setelah semua undangan pulang ke rumahnya masing-masing, tinggallah Arya dan ibunya bersama pak Broto dan nenek Karti yang nampak sedang berbicang-bincang di ruang tengah keluarga. Difa sendiri sedang sibuk membantu ibu-ibu lainnya membereskan semua perlengkapan acara yang baru saja usia.

“Nek, saya akan mengajak Difa untuk fitting baju pengantin malam ini.” Lapor Arya ke nenek Karti.

“Kenapa harus malam. Sore ini atau besok pagi kan juga bisa.” Protes sang nenek yang memang sangat care dengan Difa sejak dulu.

“Saya khawatir sore nanti Difa masih capek nek.” Sahut Arya.

“Lalu gimana dengan besok pagi?.” Tanya nenek Karti lagi.

“Besok saya ada kunjungan untuk memantau perkembangan pembangunan sebuah proyek, nek!” Jawab Arya dengan nada lembut.

“Huh, belum nikah saja kamu sudah tak punya waktun untuk Difa. Gimana nanti setelah nikah?” Protes nenek Karti dengan wajah cemberut.

“Nek, jangan gitu dong. Semua yang aku lakukan juga untuk Difa. Sure deh nek!” Ucap Arya sambil mengangkat kedua jarinya sebagai simbol kepastian.

“Baiklah. Asal setelah fitting baju nanti kalian langsung balik ya. Jangan lagi ke mana-mana.” Pungkas nenek Karti yang nampak sudah melunak hatinya untuk merelakan Difa pergi malam ini bersama Difa.

“Nenek bisa ikut bersama kami jika mau.” Tawar Arya sambil tersenyum.

“Ah, tidak nak Arya. Nenek masih lelah. Kalian berdua saja yang pergi.” Jawab nenek Karti sambil memandang ke arah Difa yang sedang berjalan mendekati mereka.

“Difa, duduk sini di samping ibu.” Panggil dokter Sherly.

“Baik bu.”

“Malam ini kamu dan Arya akan melakukan fitting baju pengantin, apakah kamu siap nak.” Tanya dokter Sherly sambil memandang dengan penuh kasih sayang mata jernih gadis berparas ayu itu.

Difa tidak langsung menjawab. Ia mengalihkan pandangannya ke neneknya yang duduk di kursi sofa yang satunya.

“Nenek udah mengizinkan kok, iya kan nek.” Ucap Arya segera. Ia tahu makna dari tatapan itu.

Nenek Karti dan pak Broto langsung menganggukkan kepala tanda membenarkan ucapan Arya.

“Baiklah, bu. Saya akan ikuti saja semua prosesnya.” Ucap Difa sambil tersenyum manis ke calon mertuanya itu.

Saat akan pamitan pulang, Arya sempat membisikkan sebuah kalimat ke Difa yang membuat Difa tersipu malu dan langsung mencubit lengan pria tampan itu.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah Barokallah karya yang luar biasa, lanjutkan berbagi

26 Mar
Balas

Mantap dan kereeen ceritanya Bunda, sehat dan sukses selalu

26 Mar
Balas



search

New Post