Pasar Bandel ( Hari ke 25 )
Masa krisis pendemik aktifitas banyak dilakukan di rumah saja. Kegiata semua dilakukan melalui rumah. Tak apalah agar putus juga rantai pendemik ini.
Siang ini kebutuhan sehari-hari mulai menipis, bahan makanan sudah tidak lengkap untuk dijadikan dua menu. Akhirnya keluar rumah untuk membeli kebutuhan pokok ke pasar. Kali tidak seperti biasanya. Aku coba naik angkot menuju ke pasar. Sekaligus untuk sekedar mengetahui perkembangan dampak dari pendemik.
Pasar yang aku tujuh agak jauh dari rumah. Sengaja agar bisa mengetahui lebih banyak. Tak lupa menggunakan masker dan membawa hand sanitizer untuk keamanan diri.
Angkotpun berhenti pas didepanku. Lengang tak ada penumpangnya hanya sendiri dan supir angkot. Sesampai di pasar sei sikambing juga tak ada penumpang. Mulai aku angkat bicara. Menanyakkan kepada pak supir yang sedari tadi gelisah.
Kegelisahanya agak berkurang satu penumpang naik di depan Panca Budi. Ternyata setiap hari mengalami hal yang sama. Penumpang sangat berkurang semenjak pendemik. Bahkan sekali trip tidak mencukupi untuk membeli Bensin. Sering tak bawak uang ke rumah. Pernah juga tak ada sewa. Keluhan supir itu memecah keheningan.
Sepanjang jalan Gatot Subroto lengang sedit kendaraan yang hilir mudik. Bersyukur sudah banyak yang sadar untuk menghadapi krisis ini. Angkot yang aku tumpangipun terus melaju sambil sekali-kali menawarkan beberapa orang yang berdiri di punggir jalan. Sesampai di pasar petisah juga tidak ada penumpang yang naik. Kasihan juga pak supir yang sudah berupaya tapi belum rezeki.
Pandanga ku lemparkan diluar jendela angkot. Terlihat toko-toko di pasar petisah sangat sepi. Sedikit pengunjung bahkan tak ada yang menghampirin sangat lengang. Terik matahari membuat semakin gerah suasana. Parkir sepanjang jalan di pasar petisah sepi, tampak petugas parkir santai duduk disudut.
Sampailah di pasar sambu, atau sering juga dikatakan pusat pasar. Hilir mudik pedagang dan konsumen. Suasana seperti tidak ada masalah. Santai dan ramai lerlihat di sana. Menjadi merinding melihat suasana tersebut. Mereka tidak memikirkan kesehatan mereka sendiri. Sejengkal perut terus diperjuangkan, apalagi kebutuhan di rumah. Suasana yang sangat riweh ini menjadi tidak nyaman. Bergegas cepat-cepat pulang ke rumah.
Memilih kendaraan becak bermotor untuk kembali ke rumah. Sambil membatu membantu bawaanku abang becak banyak cerita. Ternyata pasar ini aktifitasnya mulai normal sudah seminggu ini. Namanya pasar sambu bukan lagi katanya. Tapi ini pasar bandal bu katanya. Tak memikirkan keselamatan yang penting pulang bawak rezeki. Melangsungkan hidup bersama keluarga. Semoga krisis ini cepat berlalu dari negri tercinta. Aamiin.
Medan, 10 Mei 2020
Suharningsih, M.Pd
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar