Mentari mulai menampakan cahayanya. Pagi ini sudah janji sama suami dan eyangkung. Hendak pergi berjiarah ke makam makwek, pakwek dan mbah putri. Sekalian mampir juga ke makam pakwo yang tidak jauh dari makam mbahti.

Bergegas mengambil bahan makanan di dalam kulkas. Menu yang sudah direncanakan untuk makan sarapan dan makan siang. Bahan makanan diolah dengan cekatan. Berharap siap dalam waktu yang sudah ditentukan.Takut tak siap pada waktunya suami dan eyangkung kecewa. Persiapan kemakampun tak lupa disipkan.

Tepat waktu yang sudah disepakati berangkat menuju kemakam. Diperjalan agak lengang, wabah melanda negeri tercinta mengakibatkan toko-toko disepanjang perjalan banyak yang tutup. Dilampu merah acapkali pengamen berebut mobil yang hendak dihiburnya. Kali ini tak ada satupun dari mereka yang tampak.

Berderet para pedagang bunga menjajahkan daganganya disekitar makam. Sambil tersenyum menyambut para jiarah berharap dagangannya dibeli. Lumayan juga ad mereka agak terbantu juga para jiara tidak menyiapkan bunga dari rumah.

"Om dibantu om?"

"Bu kami bantu ya bu?"

"Pak saya bantu ya?"

Suara-suara ramai mengikuti para jiara, menawarkan jasanya untuk membantu.

"Kami 3 ya om?"

"Siapa namanya om, biar dicarikan?"

Sambil mengikuti dari belang mereka siap membantu. Kembali lagi mereka menawarkan jasanya.

"Oh ini ya om?"

"Orang tau om ni ya?"

Sambil tangan kecil mereka membantu mengutipi sampah, menyapu dan melap nisan. Tak henti mereka membantu dan sekali-kali melihat suami dan eyangkung.

"Oh dua ya om?"

Setelah kedua makam bersih lantunan doa-doa dikirimkan, tak luput mereka juga ikut mengaamiinkan.

Berbinar mata mereka setelah beberapa lembar uang dibagikan. Senyum simpul mereka memberi tanda pus mereka telah membatu dan mendapat imbalan.

"Terimakasih om?"

"Terimakasih om?"

Mereka berlalu dan menghampiri pejiara yang lain.

Suharningsih,M.Pd,.

Medan, 18 April 2020