Suhartatik

Menulis adalah ibadah. Menulis bisa menginspirasi bagi diri sendiri dan orang lain. Dia dilahirkan di Mojokerto, 18 Juli 1976. Guru SDN Warugunung Pacet Mojoker...

Selengkapnya
Navigasi Web

Hafalan Al-Qur'an (5)

Hafalan Al-Qur'an (5)

#Tagur hari ke-37

Virus korona melanda negeri. Santri tidak boleh pulang, orang tua juga tidak boleh menjenguk anaknya. Padahal waktu itu Aza sedang sakit. Bu Tika hanya bisa menelpon. Betapa sedih dan cemas hati bu Tika memikirkan anaknya.

"Aza kamu tidak apa-apa nak?" tanya bu Tika sedih .

"Masih sakit Bu, jangan khawatir Bu saya sudah dibawa ke klinik pondok. Teman-teman seperti saudara Bu, saya dirawat oleh teman-teman seperti saudara sendiri," ucap Aza dengan sabar.

"Baiklah nak kalau begitu ibu tidak terlalu gelisah. Begitulah kehidupan di pondok saling menyayangi seperti keluarga sendiri. Bahkan di kamar dibuatkan silsilah keluarga agar benar-benar seperti keluarga. Meskipun setahun tidak pulang sudah biasa karena seperti hidup dalam keluarga.

Lima tahun sudah Aza menimba ilmu di pondok pesantren. Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Acara wisuda tahfidz Al-Qur'an. Semua orang tua pasti senang dan bangga memiliki anak yang hafal Al-Qur'an. Bu Tika pergi ke pondok naik bus. Karena lalu lintas ramai Bu Tika terlambat datang dan hampir saja tidak bisa melihat putrinya diwisuda. Dengan berlari-lari akhirnya bu Tika duduk di tempat tersebut. Dengan haru penuh syukur bu Tika menyaksikan putrinya di wisuda tahfidz Al-Qur'an.

"Ya Allah terima kasih Engkau telah menjawab doa-doaku. Aza bisa mewujudkan keinginan ayahnya," ucap bu Tika dalam hati. Dengan penuh air mata bu Tika menangis bahagia. Setelah selesai acara bu Tika memeluk Aza dengan bahagia.

"Aza ibu sangat bahagia kamu telah berhasil mewujudkan keinginan ayah kamu. Ayah kamu pasti bahagia di syurga," kata bu Tika.

Setelah wisuda mereka pulang karena liburan semester. Sesampai di rumah Aza dan ibunya langsung ke makam untuk mengungkapkan kebahagiaannya.

"Ayah Aza sudah hafal Al-Qur'an sesuai dengan keinginan ayah. Terimalah persembahanku yah," ucap Aza.

Setelah ujian sekolah Aza mencoba ikut daftar ke Perguruan Tinggi Negeri fakultas kedokteran jalur prestasi hafalan Al-Qur'an. Ternyata Aza diterima di fakultas kedokteran melalui jalur hafalan Al-Qur'an. Aza kuliah di fakultas tersebut dan mendapat beasiswa.

Begitulah perjuangan Aza dalam menimba ilmu di pondok pesantren. Mencari ilmu di pondok pesantren banyak sekali manfaatnya banyak ilmu yang bisa diperoleh. Ilmu agama, ilmu umum, berbagai keterampilan. Memiliki banyak pengetahuan, pengalaman, teman, saudara. Sekolah di pondok pesantren tidak harus menjadi Kyai dan Bu Nyai. Bisa juga menjadi dokter. Karena Aza pandai berpidato Aza menjadi dokter juga menjadi Bu Nyai. Dia sering diundang dalam acara-acara agama. Aza dan ibunya hidup bahagia meskipun ayahnya sudah meninggal dunia.

Mojokerto, 6 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah... cita-cita dan harapan dikabulkan Allah SWT..

07 Feb
Balas



search

New Post