KADO TERINDAH

Catatan Suhartatik, Banyuwangi ,17092020

“Tehiiin … thiiiiiin… thiiiiin,” klakson yang tak sing siapa tuanya. Bergegas ku buka kan pintu ,tanpa sapa panjang. Lalu ku tuangkan nasi dalam piring, kemudian ku kipasin, dia tidak biasa makan dalam kondisi panas. Hal ini ku lakukan, setiap kali menyambut suami pulang dari kerja. Beliau membiasakan diri makan di rumah. Seusai ritual zuhur, kami pun berbincang asyik di meja makan sambil nyolat- nyolet sambel Lombok hijau dan tempe mendol. Dan melanjutkan istirahat di depan televisi.

“pa, kok kurang” tanyaku saat membuka amplop berlogo yayasan. Ku hitung berkali kali, jumlahnya tetap beda dengan angka yang tertera di ujung bungkusnya. Lalu ku bawa mendekat ke suami untuk dihitungnya, “ya” jawab nya.

Keesokan hari nya, aku pun tertegun saat menjawab salam seseorang dari balik pintu, sembari ia membawa kue Tart. “ Selamat ulang tahun ya Bu, ini pesanan bapak . Dengan mata berbinar binar aku menerima kue itu, seraya tak percaya suami ku seromantis ini, tidak seperti biasanya. Saat itu juga sepeda papa melaju. Sesaat kemudian “ happy besde my love” suara memecahkan suasana di ruang tamu. Dan akupun menagis histeris sambil menghujani ciuman pada papa, tanpa memperdulikan sedang ada tamu sekalipun.” Sekarang sudah pas bukan , jumlah isi amplom dengan angkanya” cetus papa. Aku pun mengguk dengan isyarat faham. Kebiasaan suami ku, selalu memberikan penghasilanya sesuai angka kalkulator bendara.