ILMU MAGIC YANG TERLUPAKAN

Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke-55

Oleh: Suharti, S.Pd

Sudah sejak ba’da subuh Emak sibuk di dapur. Menyiapkan menu untuk hari Minggu. Sambal jengkol dengan minyak tanak sudah selesai. Tumis pakis cabe rawit dengan campuran teri nasi sudah siap disajikan. Tinggal membuat menu permintaan Dzaky, yang belum rampung dikerjakan Emak yaitu gulai rebung campur babat/babek. Menu luar biasa yang disajikan hari ini.

Emak menyiapkan bumbu untuk gulai dan memarut kelapa untuk diambil santannya. Sambil menunggu rebusan babat menjadi empuk, Emak memeriksa ketersediaan nasi, jangan sampai nanti lauknya selesai nasi tak cukup. Benar firasat Emak, nasinya hanya cukup untuk dua orang, maka Emak bergegas untuk menanak nasi. Cuci beras, ukur air dengan ilmu turun temurun dengan menggunakan ruas jari, dan periuk pun siap untuk dimasukkan kedalam penanak nasi listrik.

Emak bersiap membuat gulai. Menghaluskan bumbu rempah yang sudah disangrai, menghaluskan bumbu basah dan menyiapkan santan. Tumis bumbu basah yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas dan cabai sampai tercium aroma wangi. Tambahkan garam. Masukkan bumbu rempah yang sudah dihaluskan, tambahkan daun jeruk purut, sereh dan daun salam, tumis kembali. Masukkan babat yang sudah empuk aduk rata sampai tercampur bumbu kemudian masukkan santan. Wanginya sudah menggoda. Tiap sebentar Dzaky kontrol ke dapur sambil mengendus-endus, hidungnya kembang kempis sambil bertanya aroma apa ini bun?. Sudah masak Bun? Begitulah selalu si Adek kalau sudah menginginkan suatu menu kesukaannya.

Aduk terus santan agar tidak pecah, setelah mendidih sempurna masukkan rebung putih. Tunggu sampai empuk rebungnya, pertanda gulainya sudah matang. Icip rasa dan selesai.

Emak melanjutkan kegiatan dengan bersih-bersih dapur, rumah dan halaman sudah di bersihkan oleh kedua putranya. Pagi ini mereka tidak sarapan nasi, mereka sudah makan kurma. Kata mereka nasinya untuk siang saja.

Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Ayah mengajak Emak dan anak-anak untuk ke ladang melanjutkan menanam pinang. Mumpung musim hujan, begitu kata beliau. Mereka pun berangkat ke ladang yang letaknya tak jauh dari rumah, kira-kira 50 meter saja. Dengan berbagi tugas menggali lubang, membawa bibit dan memasukkan bibit ke lubang maka 50 batang pinang bisa diselesaikan sebelum waktu Duhur. Sebelum azan berkumandang mereka sudah berada di rumah.

Cuaca panas di tengah hari lumayan membuat badan menjadi lelah. Mereka mandi dan solat Duhur berjamaah. Setelah selesai salat, Ayah mengajak makan siang. Emak menyiapkan piring, Abang menyiapkan minum, dan Adik menyiapkan cuci tangan. Saat Emak membuka Magic Com, alangkah terkejutnya Emak. Beras yang sedari tadi dimasukkan ke Magic ternyata hanya berubah sedikit saja. Belum menjadi nasi. Emak lupa dengan ilmu Magic nya. Magic tidak akan berfungsi menanak nasi kalau belum dipindahkan tombol “Warm” menjadi “Cook”.

Emak pun meminta maaf pada semuanya. Makan siang tertunda lima belas sampai tiga puluh menit ke depan. Dengan hasil nasi yang lembek. Sambil bercanda ayah berkata, “Kalau nasi sudah menjadi bubur maka nikmati saja buburnya dengan gulai babek dan rebung, ditambah sambal jengkol”. Alhamdulillah, mereka lahap makannya. Entah karena Lapar entah karena doyan. Emak senyum-senyum sendiri. Semoga keberkahan untuk mereka semua. Mereka hebat, Paku (pakis) dan Bambu (rebung) saja dimakan. Semoga tidak keluar menjadi pagar.

Sawahlunto, 19 Juli 2020