Suherniwita

I am a wife for my hubby, a mom of my Fadlan/Fadlin, an English teacher at SMKN 1 KOTO BESAR DHARMASRAYA SUMATERA BARAT....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kaylila - The Untold Story 3 (Berdamai dengan masa lalu)

Kaylila - The Untold Story 3 (Berdamai dengan masa lalu)

By Suherniwita, S.Pd

Hari-hariku kembali sepi semenjak kepergian Kaylila. Tiada lagi kampus dengan berjuta romansa seperti yang ku rasakan dahulu saat kami bersama. Tiada lagi yang menungguku dengan senyuman manis di luar kelas setelah perkuliahan usai. Tak bisa ku pungkiri semua itu sangat menyiksa bagiku.

Beruntung aku memiliki seorang sahabat karib di kampus. Namanya Adam. Walau tampangnya 'selengekan', tapi dia berhati baik. Rambutnya sering acak-acakan karena tidak diberi minyak rambut. Tingginya sekitar 175 cm, hampir menandingi tinggiku. Hobinya main basket di lapangan basket di kampus.

Dulu kami sering bermain basket bersama teman-teman yang lain, namun semenjak aku sering menghabiskan waktu dengan Kaylila, aku jadi jarang bermain dengan mereka. Rasanya aku malu jika kembali ke lapangan setelah Kaylila tiada. Seolah-olah aku meninggalkan teman-teman karena seorang wanita. Tapi Adam meyakinkan aku bahwa mereka selalu menerimaku dengan tangan terbuka.

Sore ini setelah sholat Ashar, aku dan Adam berencana untuk main bersama dengan teman-teman. Aku sudah rindu untuk berlari dan men-dribble bola seperti dulu lagi. Aku memakai kostum basket yang sudah lama tersimpan dalam lemariku. Ku raih sepatu olahraga yang telah disimpan Ibu dengan rapi di rak sepatu. Aku duduk di kursi teras depan dan memasang sepatuku. "Naaah gitu dong, ini baru namanya anak ibu" Suara ibu mangagetkanku ketika aku sedang asik memasang tali sepatu.

"Main basket lagi nih? Dimana?" Selidik Ibu.

"Iya, Bu. Kangen rasanya kembali ke lapangan basket kampus" Aku menjawab singkat. Semilir angin serasa menambah semangat padaku.

"Ibu senang melihatmu bersemangat kembali, Ibra. Untuk melupakan seseorang kita harus mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih berarti. Daripada bengong nggak karuan, kan?!" Ujar Ibu.

"Siap, Bu. Sepertinya Ibra lebih baik sendiri dulu ya, Bu. Fokus kuliah dan menjadi kebanggaan Ibu" Aku tersenyum sambil menatap wajah ibu yang mulai tampak menua.

"Ibra, anak ibu yang baik. Ini untuk minum di Kampus ya" Ibu tersenyum dan menyodorkan botol berisi air minum kepadaku.

Ibu masih menatapku yang sedang sibuk stretching, melatih otot-ototku yang sudah lama tidak ku pakai berolahraga.

"Kenapa belum berangkat? Nanti balik sebelum Maghrib ya!" Perintah Ibu.

"Ibra nunggu Adam dulu, Bu. Dia masih di jalan" Aku menjawab singkat.

Tiba-tiba aku mendengar bunyi motor Adam dari jauh. Adam pun berhenti di depan rumah dan segera turun melangkah ke arahku dan Ibu yang sedang duduk di kursi teras.

"Assalamualaikum, Ibu" Adam menyalami Ibu.

"Waalaikumsalam. Udah siap berangkat nih, Dam?" Tanya Ibu.

"Iya, Bu. Adam ajak Ibra main Basket lagi. Kasian bengong terus semenjak ditinggal Kaylila" Adam tersenyum sambil melirik ke arahku.

"Kamu ngaco aja nih, Dam. Bu, Ibra berangkat dulu ya!" Aku dan Adam menyalami Ibu.

"Hati-hati ya. Jangan ngebut di jalan!" Ibu mengingatkan kami sambil melototkan matanya. Segera motor kami pun melesat di jalanan kota sore itu.

*****

"Wow..wow.. Welcome back, bro. Sudah move on sepertinya nih" Tommy sang kapten menyambut kedatanganku dan Adam.

Dia menyalamiku dengan salaman khas klub kami. Anak-anak yang lain pun menyalamiku dengan hangat. Mereka sangat senang aku kembali. Kami pun mulai bermain. Gerakanku tak selincah dulu. Mungkin karena sudah lama tidak bermain, seringkali bola di tanganku diambil alih oleh Tommy atau pun Adam.

"Ayo Ibra. Come on.. Mana Ibra yang dulu" goda Adam sambil mengambil bola lagi dari tanganku.

Aku kembali berlari, terpancing oleh perkataan Adam. Ku rebut bola itu, dan ku lemparkan ke keranjang. Yup! Akhirnya masuk. Aku berhasil mencetak skor setelah puas menjadi bulan-bulanan teman-teman.

Permainan pun usai ketika azan maghrib berkumandang. Kami pun melangkah ke luar lapangan.

"Adam. Kita sholat maghrib dulu ya di mesjid kampus" Aku mengajak Adam sambil mengambil tas yang tersangkut di motor. Semenjak Kaylila memberikan hadiah seperangkat peralatan sholat, aku selalu membawanya kemana-mana.

"Yuk. Tapi nanti ku pinjam peralatan sholat kamu ya. Soalnya aku kelupaan. Kan nggak mungkin aku sholat pakai celana pendek" ujar Adam sambil cengengesan.

"Dasar kamu. Kelupaan atau nggak niat!" Balas ku sambil tertawa.

Adam pun menyalakan motor dan menuju ke mesjid kampus.

****

Setelah selesai melaksanakan sholat Maghrib, aku dan Adam duduk di pelataran Mesjid sambil melepas lelah. Banyak mahasiswa yang masih berada di kampus walau pun sudah lepas Maghrib.

"Ibra..?" suara seorang wanita menyapaku.

Aku menoleh ke sumber suara dan menatap seorang gadis yang ku kenali.

" Tiara...!"

(Bersambung...)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjutkan

29 May
Balas

Bagus ceritanya Bu, ditunggu sambungannya ya Bun

29 May
Balas

Trma ksh bun

29 May

Ditunggu lanjutannya ya

29 May
Balas



search

New Post