Kaylila - The Untold Story 5 End (Awal yang Baru)
By Suherniwita, S.Pd
Hari silih berganti, waktu pun terus berjalan. Walau terkadang kenangan tentang Kaylila di kampus membuatku sesak, aku tetap melanjutkan hidup sebagai seorang mahasiswa. Sesuai janjiku pada Ibu, aku lebih memilih sendiri, tanpa ada lagi cinta di kampus ini. Tekadku sudah bulat untuk fokus kuliah dan tamat dengan IPK yang bisa membuat ibu bangga. Dari kecil Ibu membesarkan ku sebagai seorang single parent, mendidikku dengan baik, tanpa kenal lelah. Aku pikir inilah saatnya aku membalas jasa-jasa ibu, tamat kuliah dan segera mendapatkan pekerjaan.
Berada di semester akhir, kali ini membuatku sibuk ke kampus untuk bimbingan skripsiku. Walau sering banyak revisi, tapi itu tidak menyurutkan tekadku untuk bisa wisuda tahun ini. Aku semakin menyibukkan diri dengan mengerjakan skripsi dan penelitianku sehingga sedikit demi sedikit bisa menghilangkan kenangan Kaylila dalam hatiku. Sorenya terkadang aku bermain basket bersama Adam dan teman-teman.
Yah.. Demi melupakan kenangan Kaylila pula lah aku menolak Tiara. Entah kenapa dia menyukaiku, mantan sahabatnya sendiri. Benar dugaan Adam, kalau Tiara memiliki perasaan padaku. Masih ku ingat ketika dia mulai mendekatiku dengan sering memberi komen pada TS ku. Setiap aku update TS, dia selalu melihat dan memberikan komentar. Aku membalasnya karena Tiara pernah menjadi sahabat Kaylila. Itu saja. Tak kusangka kalau keramahanku membuatnya hanyut dan mulai menyukaiku sehingga dia berani mengungkapkan perasaannya padaku walaupun lewat chat WA.
Waktu itu aku benar-benar minta maaf pada Tiara karena tidak bisa membalas perasaannya. Aku tidak bisa mengkhianati Kaylila dan juga tidak ingin bayangan Kaylila hidup dalam diri Tiara. Lagipula Adam juga menyukai Tiara. Tidak mungkin aku menikung sahabatku sendiri. Untungnya Kami jarang bertemu di kampus karena akhir-akhir ini aku ngampus hanya untuk bimbingan dengan dosen saja. Itu membuatku lega, karena rasanya berat apabila bertemu dengan Tiara.
Sampai pada suatu hari, Adam bercerita kalau dia sudah berhasil menaklukan hati Tiara. Aku pun tidak pernah mengatakan pada Adam kalau Tiara pernah menyukaiku. Biarlah jadi rahasia. Toh, hanya aku dan Tiara yang tahu. Itu pun hanya lewat dunia maya.
Hari yang aku tunggu-tunggu pun datang. Sidang kompre skripsi bisa ku lewati dengan baik hari ini. Ku buka pintu ruang sidang dengan senyuman bahagia. Di luar ruang sidang, Adam dan Tiara sudah menungguku.
"Congratulation, Bro. Selamat ya udah jadi sarjana" Adam memelukku memberi ucapan selamat.
Tiara pun menyalamiku, "Selamat ya, Ibrahim Prasetya, SE. Semoga segera mendapatkan pekerjaan" ucap Tiara tampak senang dengan keberhasilanku.
"Terima kasih, Adam dan Tiara. Semoga kalian segera menyusul. Udah kangen kan ke pelaminan?" Aku tertawa sambil menggoda mereka berdua.
"Rencananya kami mau menikmati romansa kampus dulu nih haha" Adam membalasku dengan candaannya. Tiara mencubit pinggang Adam, lalu tersenyum manis.
Ah... kemesraan mereka mengingatkan ku kembali pada Kaylila. Aku kembali membuyarkan lamunanku dan merapikan berkas-berkas ujian kompre yang sedari tadi aku pegang.
"Oh ya, nanti kalian berdua datang ya ke acara wisudaku hari Sabtu depan" ujarku pada Adam dan Tiara.
"So pasti, Bro. Kalau kami tidak datang siapa yang akan jadi pendamping wisudamu nanti, ya kan Tiara?" Adam meminta persetujuan Tiara.
"Iya, InsyaAllah kami akan datang" jawab Tiara singkat.
"Oh ya, sudah siang. Ayo kita makan. Kali ini aku yang traktir" Aku mengajak mereka makan di rumah makan yang berada di depan kampus.
****
Sabtu pagi aku datang ke acara wisuda bersama ibu dan keluarga yang ada di kampung. Ibu mengundang Om Herman dan tante Rita beserta kedua orang anaknya yang masih duduk di sekolah dasar. Selain Ibu, om Herman dan tante Rita lah keluarga terdekatku. Om Herman adalah adik laki-laki ibu satu-satunya. Mereka tinggal di kampung karena Om punya usaha peternakan yang menjadi mata pencahariannya sehari-hari.
Aku duduk di barisan kursi wisudawan-wisudawati Fakultas Ekonomi. Satu per satu nama kami di panggil dan disebutkan yudisiumnya. Wisudawan-wisudawati pun langsung berdiri dan berjalan menuju podium untuk melakukan prosesi pemindahan jambul.
Sampai lah pada namaku, MC acara memanggil namaku dengan lantang "Ibrahim Prasetya, anak dari Alm. Budiman Prasetya, dengan yudisium "Dengan Pujian"!"
Aku pun berjalan menuju podium sambil diiringi tepuk tangan yang gemuruh. Aku terharu, ada rasa hangat yang menjalar di dadaku. Akhirnya aku bisa membuat ibu bangga dengan prestasi yang kuraih hari ini. Tidak percuma aku berusaha keras untuk menyelesaikan skripsiku tepat waktu.
Aku berjalan dengan gagah menuju podium. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah bayangan putih yang berada diantara hadirin yang duduk di deretan kursi tamu. Aku tersentak!. "Kaylila" gumamku pelan. Aku memelankan langkah, ku lihat dia tersenyum menatapku. "Ah... tidak mungkin!" Ucapku dalam hati, kemudian melanjutkan langkahku menuju podium.
End
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren buk