“Buat apa murid diajak bikin ini, bikin itu, banyak kegiatan, sering keluar kelas. Bikin capek saja. Yang penting itu mereka bisa mengerjakan soal ujian dengan baik, dapat nilai yang bagus, bisa melanjutkan ke sekolah favorit. Lha, yang Pak Wawan lakukan itu buat apa? Buang-buang waktu dan tenaga saja,” kata Pak Bagja saat ngobrol dengan Pak Wawan di ruang guru. Pak Wawan sangat dekat dengan murid. Dia sering mengajak murid-muridnya mengerjakan proyek dan membuat acara. Tidak seperti guru lain di SD Harapan Jaya, yang lebih suka memberi tugas dan soal latihan. Pak Bagja melanjutkan, “Yang penting anak-anak banyak hafalannya. Itu yang mereka perlukan.”

“Pak, nanti ayam ini digulai, ya. Aku pulangnya malam. Nggak bakalan sempat masak. Bapak saja yang masak. Bisa kan? Kan sudah menghafalkan resepnya kemarin,” pesan Bu Mala sebelum pergi arisan sore itu. Pak Bagja mengiyakan, yakin bisa.

“Pak, gulainya enak banget. Seperti yang di Rumah Makan Ledjat. Besok masak lagi, ya. Tiap hari dibikin gulai ayam juga gapapa kok,” kata Bu Mala. Pak Bagja tersenyum kecut. Bisa bangkrut kalau setiap hari harus ke Rumah Makan Ledjat. Tadi terpaksa dia ke sana. Hafalan resep tak cukup membuatnya sukses menggulai ayam. Tiba-tiba, agak curiga, Bu Mala bertanya, “Kok ayamnya lebih banyak, Pak?”