suhud rois

Guru di SD Peradaban Insan Mulia. Penulis. Editor MediaGuru. Penggerak Komunitas Guru Belajar Nusantara. Pelatih Kampus Guru Cikal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Membaca Produktif: Transformasi dalam Memahami Membaca
Kegiatan literasi tidak boleh berhenti pada titik membaca dan melaporkan isi bacaan. Membangun generasi literat harus dimulai dari dini, dengan kegiatan yang lebih terstruktur. Jadikan membac sebagai kegiatan literasi yang menumbuhkan, bukan sekadar prestise yang diukur dengan kuantitas semata tapi miskin kualitas.

Membaca Produktif: Transformasi dalam Memahami Membaca

Jauh sebelum gerakan literasi menjadi viral, di awal menjadi guru (awal dekade 2000-an), untuk kelas yang saya pegang, saya sudah punya program membaca setiap pagi. Persis seperti sekarang yang banyak dipraktikkan, yakni sebelum mulai jam reguler. Waktu itu saya sangat yakin akan pentingnya kebiasaan membaca. Tentu saja sampai saat ini saya pun masih tetap yakin.

Begitu bersemangatnya, saya sampai membawa beberap koleksi pribadi ke kelas dan selalu menyempatkan berburu koleksi bacaan yang cocok bagi anak-anak. Tak ketinggalan, saya mengerahkan orang tua –lewat anak-anak tentu saja― untuk merelakan sebagian buku bacaan disimpan di kelas.

Mendapat beragam bacaan, anak-anak tentu saja antusias. Menceritakan hal-hal asyik dari sebuah buku menjadi sarana efektif memantik rasa penasaran anak-anak, yang mendorong mereka membaca dan membaca lagi. Tentu saja hati saya berbunga-bunga. Keinginan saya menyebarkan kegemaran membaca tercapai sudah. Wow!

Sama sekali tidak ada yang salah dengan kegiatan membaca. Namun apa yang saya lakukan, sering berjalannya waktu, memunculkan titik-titik jenuh. Semakin lama, titik-titik itu semakin banyak dan membesar. Awalnya saya berpikir itu sebuah kejenuhan yang wajar. Untungnya, saya cepat sadar. Ada sesuatu yang salah. Bukan semua, bukan kegiatan membacanya yang salah. Sesuatu yang lain. Tapi ada, saya belum tahu.

Fenomena itu membuat saya harus berhenti sejanak. Saya perlu jeda untuk melangkah lebih jauh. Jeda yang saya maksud tidak dengan menghentikan kegiatan membaca. Alih-alih menghentikan, saya justru mencari kegiatan lagi yang dilakukan setelah membaca.

Ide-ide beterbangan. Muncul sangat banyak dan dari berbagai sumber. Saya sangat bergairah kalau sudah begini. Maka, kegiatan membaca bertambah. Bukan sekadar membaca, ada kegiatan setelahnya. Menuliskan kembali isi buku tidak saya masukkan sebagai alternatif kegiatan. Itu sudah sangat mainstream dan punya potensi besar membuat kebosanan. Saya cari ide-ide yang lebih “gila”.

Menurut saya, hal terpenting membaca bukan mengerti apa yang dibaca. Saya ulangi: hal terpenting membaca bukan mengerti apa yang dibaca. Kok?

Ada yag lebih penting dari mengerti apa yang dibaca, yaitu mendapatkan ide baru. Ini bukan lagi penting, tapi sangat penting. Setidaknya menurut saya. Ide adalah barang mahal. Tidak semua kelas dan sekolah bisa menghadirkan ide-ide baru dalam proses belajarnya.

Nah, membaca harus menghasilkan ide. Itu yang saya pikirkan. Bahkan membaca cerita fiksi pun harus membuat anak berkembang kreativitasnya. Ternyata, ketika satu pintu terbuka, maka pintu-pintu yang lain akan terlihat dan terbuka. Kita tinggal memasukinya. Ketika saya mencoba sebuah kegiatan setealah membaca, maka saya menemukan alternatif kegiatann yang semakin beragam.

Dimulai dengan meneruskan cerita versi anak-anak, saya punya ide-ide lain. Misalnya, dibalik ceritanya. Misalnya bagaimana jika tokoh antagonis menjadi tokoh protagonis, dan sebaliknya. Mendapat sesuatu yangbaru, anak tertantang. Mereka antusias dan bebas mengembangkan imajinasinya. Satu hal lagi yang saya pelajari, yakni tantangan. Anak-anak perlu tantangan.

Sadar bahwa anak-anak selalu butuh tantangan dan hal baru, maka kegiatan setelah membaca pun beragam. Beberapa yang saya ingat adalah:

Merancang kaus sesuai dengan karakter tokoh Membuat menu makan siang kesuakaan tokoh Menulis surat kepada penerbit tentang buku yang dibaca Membuat cover baru Kalau ceritanya difilmkan, siapa aktor dan aktris yang cocok memerankan tokohnya? Kalau kamu jadi tokohnya, apa yang kamu lakukan? Mengapa? Kalau kamu jadi penulisnya, bagaimana membuat akhir ceritanya lebih dramatis? Membuat boneka Membuat buku pintar Tidak mungkin saya sebutkan semuanya.

Semua kegiatan itu ada benang merahnya. Benang merahnya adalah tidak akan dapat dilakukan kalau anak sekadar mengerti apa yang dibacanya. Anak harus punya ide baru, seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Ini saya sebut mengikat makna. Sesuatu ada maknanya kalau mempunyai daya guna. Sebuah bacaan akan bermakna kalau mempunyai daya menggerakkan pembacanya. Membaca akan bermakna bila setelahnya muncul kekuatan untuk bergerak dan produktif.

Ketika di usia sekolah dasar mereka mendapatkan stimulasi seperti di atas, perubahan besarnya tidak akan tampak dalam waktu singkat. Yang jelas kelihatan paling kegembiraan antusiasme saja. Namun, dampaknya akan terlihat beberapa tahun ke depan. Saya yakin.

So, kegiatan literasi tidak boleh berhenti pada titik membaca dan melaporkan isi bacaan. Membangun generasi literat harus dimulai dari dini, dengan kegiatan yang lebih terstruktur. Jadikan membac sebagai kegiatan literasi yang menumbuhkan, bukan sekadar prestise yang diukur dengan kuantitas semata tapi miskin kualitas.

Itu baru dalam tataran membaca. Keterampilan literasi yang lain juga harus dikembangkan. Literasi bukan sekadar membaca tulisan, tetapi juga membaca tanda-tanda. Tanda yang dimaksud bisa berupa papan petunjuk atau peringatan, bahasa tubuh, mimik muka, gejala-gejala sosial, sampai tanda-tanda (gejala-gejala) alam.

Pendeknya, usaha membuat masyarakat yang literat adalah usaha membangun kepekaan terhadap apa yang ada di sekelilingnya, sehingga mempunyai cukup alasan untuk memutuskan dan memilih sebuah aksi yang realistik, bukan karena ikut-ikutan.

Generasi literat seperti inilah yang harusnya menjadi konsern dunia pendidikan untuk diwujudkan. Praktik pendidikan harus bergerak semakin cerdas, sebab kalau tidak, kita hanya akan menjadi bangsa yang tergusur dalam lipatan sejarah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantaps Bund paparannya. Sukses selalu dan barakallahu fiiik

05 Dec
Balas

Terimakasih pak buku-buku bapak sangat membantu saya untuk mengisi hari-hari untuk senantiasa membaca. Buku sangat super milenial hebat dan merdeka belajarnya

06 Dec
Balas



search

New Post