Masuk Sumur
Jika harus membahas pengalaman, maka aku punya pengalaman yang paling berkesan dan akan selalu teringat. Pengalaman itu adalah masuk ke sumur. Sama seperti sumur warga yang lain di kampungku, sumur Kek Kasidi juga berada di luar rumah. Tak berdinding batu bata atau batako. Tak ada pula atap sebagai penaungnya. Tempat mandi di sumur itu hanya dikeliling oleh karung goni bekas yang dijahit sedemikian rupa. Sedangkan tepat di sisi-sisi sumur hanya dikelilingi oleh batang-batang pohon ubi. Jangan takut dengan hadirnya pengintai karena orang-orang di kampungku tidak terpikir untuk melalukan hal tersebut. Dengan kondisi sumur yang sangat jernih dan lebar, maka aku dan beberapa kawan-kawanku sangat senang bermain di sumur itu. Karena kejernihan airnya, dasar sumur itu pun terlihat. Suatu ketika, sedang asyiknya melempar lembaran-lembaran jantung pisang, tiba-tiba pinggiran sumur tempatku berpijak runtuh. Tanpa sempat berpegangan dan memang tidak ada benda apapun yang dapat kupegang, maka aku langsung terjun ke dalam sumur. Teman-temanku yang lain berteriak histeris. Sedangkan aku hanya pasrah ketika tubuhku terendam air jernih yang lumayan dingin.
Tak selang berapa lama, Wak Sutino datang menolongku. Beliau kebetulan sedang berada di teras rumah mengasah arit yang akan digunakannya mencari rumput untuk lembu yang dipeliharanya. Posisi rumah Wak Sutino memang tidak terlalu jauh dengan sumur Kek Kasidi. Hanya berjarak sekitar lima puluh meter saja. Wak Sutino segera melompat dari tempatnya ketika mendengar teriakan teman-temanku. Beliau mencampakkan arit dan alat pengasah yang sejak tadi menyita waktunya. Lalu berlari menuju sumur Kek Kasidi. Dibantu anak perempuan beliau yang paling besar, Wak Sutino berupaya keras mengeluarkanku dari sumur. Satu tangannya berpegangan pada tali timba yang sengaja diulurkan oleh anak perempuannya, sedangkan tangannya yang lain berupaya menggapai tubuhku. Entah bagaimana kondisi waktu itu seolah semua diserang panik. Teman-temanku masih juga berteriak-teriak dan semakin lama justru semakin histeris. Setelah berusaha sekuat tenaga, akhirnya tangan Wak Sutino berhasil meraih rambutku. Aku langsung ditariknya ke pinggir sumur. Setelah mengumpulkan tenaga, Wak Sutino mendorong tubuhku ke atas. Lalu teman-temanku yang berada di atas segera menarikku. Drama masuknya aku ke sumur Kek Kasidi telah usai. Air sumur yang sebelumnya keruh, perlahan-lahan menjadi jernih kembali dan tenang. Hanya menyisahkan lembaran-lembaran jantung pisang yang kami lemparkan sebelumnya.
Berita tentang masuknya aku ke dalam sumur Kek Kasidi segera menyebar ke seisi kampung. Tak butuh waktu lama, berita itu sampai juga ke telinga mamakku. Begitu aku sampai di rumah, aku langsung mendapat omelan. Bahkan pahaku dicubit sampai biru.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mas Zahid ku suruh masuk sumur lah,biar pinter kayak Om Nanok