SUJARNO, S.Pd., M.Pd.

Menemukan kesalahan orang lain amatlah mudah seperti mendulang air di luasnya lautan. Namun, ketika kita harus menemukan kesalahan sendiri adalah hal yang amat ...

Selengkapnya
Navigasi Web
RENDANG JENGKOL PENUH PIKAT

RENDANG JENGKOL PENUH PIKAT

Berbicara tentang makanan kesukaan, maka akan tertuju pada rendang jengkol. Bagi sebagian orang mungkin jengkol dianggap sebagai makanan yang kurang disukai karena aroma yang ditimbulkannya. Namun, anggapan itu tidak berlaku bagiku. Jengkol merupakan syurganya makanan bagiku. Bahkan karena saking sukanya dengan rendang jengkol, makanan ini tidak kujadikan sebagai kawan nasi. Rendang jengkol yang telah disiapkan oleh mamakku langsung kumakan begitu saja. Kujadikan rendang jengkol sebagai cemilan yang sangat mantap. Itu pun menurut versiku.

Entah sejak kapan aku sangat menyukai rendang jengkol. Kalau kubongkar-bongkar lagi ingatanku pun sepertinya aku tidak bisa menyatakan di umur berapa aku mulai menyukai rendang jengkol. Namun yang pasti, sejak aku masih kecil telah dibuat tergila-gila oleh makanan ini. Ada kejadian yang menarik terkait rendang jengkol. Kejadiannya seperti ini : (aku lupa di hari apa, tanggal berapa dan saat apa) mamakku membuat rendang jengkol yang cukup banyak, hamper satu kuali besar. Seperti mendapatkan durian runtuh, rendang jengkol yang dibuat mamakku bukan hanya kumakan dengan nasi tetapi kumakan begitu saja. Kalua dalam Bahasa sehari-hariku disebut dengan jambal. Tak hanya itu saja, ternyata kakak dan adikku juga suka sekali dengan rendang jengkol. Seperti gayung bersambut, kami bersepakat makan rendang jengkol bersama-sama tanpa memakai nasi. Entah berapa kali kakakku, aku atau adikku hilir mudik bergantian mengambil rendang jengkol yang masih diletakkan di atas kuali di atas kompor (kompornya tentunya dalam keadaan mati). Sambil menonton tayangan kartun kami bertiga begitu lahapnya menikmati rendang jengkol buatan mamak.

Waktu menjelang senja, ketika mamak pulang dari sawah. Setelah beliau selesai membersihkan badannya, beliau langsung duduk bergabung dengan kami bertiga. Dalam lelahnya beliau menyuruh kami makan nasi. Tapi kami bertiga menggeleng.

“Mamak capek dan mamak gak nyayur lagi.” Kata mamakku sambil mngibas-ngibaskan kain jarik untuk mengurangi lelah di badannya.

“Bapak nanti makan pakai apa, Mak?” tanyaku pada mamak

“’Kan masih ada rendang jengkol di kuali.” Kata mamak penuh keyakinan

Aku pun terdiam. Kakakku terdiam. Adikku juga terdiam.

“Terus kenapa kalian gak makan nasi?” Tanya mamak lagi

“Udah kenyang, Mak.” Jawab kakakku percaya diri

“Makan apa kalian rupanya?” Tanya mamak lagi seakan beliau penasaran.

“Makan jengkol, Mak.” Jawab kami serempak

Tanpa berbicara apapun mamak langsung beranjak ke dapur. Tak selang berapa lama, terdengar teriakan mamak dari dapur. Ia begitu kecewa karena rendang jengkol yang dibuatnya tadi pagi hanya tinggal kuahnya saja. Bukan hanya itu, kekesalan mamak tentunya bertambah-tambah karena beliau harus menyiapkan sayur lagi untuk makan malam bapak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Walah.. bikinkan lagi untuk mamaknya.

16 Feb
Balas

Weis mantab surantab tulisan Pak e Sekjen PGRI Kab. Langkat.Proud of you, Sir

16 Feb
Balas

Terima kasih banyak atas motivasinya, Bu.

16 Feb
Balas

Iya ni Bu Irmayulis. Saking sukanya dengan rendang jengkol.

16 Feb
Balas

Hahahaha.....pesona rendang jengkol

28 Apr
Balas



search

New Post