Sukadi_andro

Manusia dilahirkan untuk terus belajar. Belajar dengan siapa saja. Dengan menulis kita bisa belajar apa saja....

Selengkapnya
Navigasi Web
Empati Vs Rasa Iba

Empati Vs Rasa Iba

Penulis : Sukadi.

#TantanganMenulis365Eps2

#Gurusiana Hari ke-586

//

Tiada beda dari hari biasanya. Mentari tetap setia memancarkan sinarnya untuk alam semesta. Cahaya emasnya selalu jadi penyemangatku meniti kehidupan. Hari ini aku terlambat datang ke sekolah. Pukul 06.50 WIB baru sampai. Maklum proses pembelajaran semester ganjil telah usai. Sementara guru tetap masuk, meski siswa sedang berlibur.

Ku parkir kendaraanku di depan sekolah. Begitu keluar dari mobil, aku dihampiri seseorang yang ingin menemuiku. Beberapa kalimat keluar dari percakapan cukup singkat. Dari gerbang pintu masuk saat kaki melangkah menuju ruanganku, samar-samar suara terdengar petugas kebersihan sedang menyapu halaman. Ya itu pasti Pak Sur begitu panggilan warga sekolah kepada beliau.

Aku meletakkan tas punggung ke kursi tempat duduk. Kurogoh saku celanaku sambil mengeluarkan gawai dan membuka aplikasi Si Apik untuk absensi. Nampak suasana sepi pagi ini. Aku persilahkan tamuku masuk, dan duduk di kursi depan meja kerjaku. Rasanya tidak asing lagi sosok seseorang yang dulu pernah menjadi guru tidak tetap di sekolah ini. Karena sesuatu hal ia memilih keluar. Dan hari ini ia datang kembali untuk bergabung menjadi guru di tempatku bekerja. Antara rasa iba dan empati itulah yang aku rasakan. Aku bisa merasakan apa yang dirasakan saat dia bercerita di depanku. Seolah aku pun ikut merasakan jika berada di posisinya.

Namun karena regulasi dan kebijakan jelas, dengan terpaksa suaraku mengalir deras bagaikan air terjun di pegunungan yang jatuh ke bumi, meski terasa dingin tetapi membuatnya agak kecewa. Dari raut wajahnya aku bisa merasakan kekecewaan mendalam karena aku tidak bisa menerimanya lagi menjadi guru tidak tetap di sekolah ini. Dia pun akhirnya pamit meninggalkan ruanganku.

Aktifitas hari ini seperti biasa aku mengecek kebersihan lingkungan sekolah. Mungkin karena anak-anak tidak masuk sekolah, beberapa sudut kelas nampak kotor. Lantai terpercik air hujan bercampur debu, sementara daun-daun kering tertiup angin jatuh juga di lantai. Kuambil sapu dari salah satu kelas untuk membersihkan lantai yang kotor. Itung-itung sambil olahraga mengeluarkan keringat. Pak Sur menghampiriku, bersalaman dan mengatakan agar beliau saja yang membersihkan lantai. Ya tentu saja aku tidak mengiyakan. Setelah lantai bersih, aku bergegas menuju ruanganku. Ada pekerjaan yang hsrus segera diselesaikan. Kubuka laptop dan mengkonsep agenda MKKS bulan sekaligus tahun depan. Mengingat kegiatan MKKS akan digelar pada 3 Januari 2024 bertempat di SMPN 1 Magetan.

Saking asyiknya di depan laptop, tak terasa suara adzan Jumat berkumandang. Kumatikan laptop kulepas sepatu dan berganti sendal jepit menuju Masjid. Aku memang berencana untuk salat Jumat di Masjid Bani Solan yang jaraknya tidak jauh dari sekolah. Sekalian usai salat Jumat ada kegiatan di Dikpora.

Ambil wudhu, salat dua rekaat dan duduk dengarkan khotib khutbah. Ada yang membuatku trenyuh saat khotib menyampaikan kehidupan ini seperti roda yang berputar. Kadang diatas dan kadang di bawah. Seperti siang dan malam yang akan tiba pada waktunya. Kita percaya segala sesuatu yang terjadi sudah menjadi kehendak Allah SWT.

Dalam menjalani kehidupan, tentu banyak cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang. Ujian atau cobaan sakit misalnya. Ujian sakit yang kita alami adalah bentuk kecintaan Allah SWT kepada hambaNya. Ketika sedang sakit, kita sadar bahwa nikmat sehat begitu sangat berharga dan anugerah Allah yang luar biasa. Kita harus yakin bahwa ada hikmah di balik musibah sakit yang kita alami. Berdoa meminta kesembuhan dari penyakit dapat meningkatkan keimanan. Bersabar, menerima dengan ikhlas lalu berdoa meminta kesembuhan dari penyakit kepada Allah, dan berikhtiar dengan menjalani pengobatan. Selalu berpikir positif dan berprasangka baik apa yang ditetapkan Allah adalah kebaikan untuknya.

Khotib merujuk doa riwayat HR. Bukhari yang artinya “Hilangkanlah rasa sakit Ya Allah Rabb manusia. Sembuhkanlah, sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dariMu, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.”

Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang sabar menghadapi segala cobaan dan ujian serta penuh ketaqwaan. Aamin.

//

Magetan, 29 Desember 2023

Salam literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

30 Dec
Balas



search

New Post