Engkuk, si Burung Hantu
Judul di atas merupakan judul buku solo saya yang ke-17. Dengan alasan sibuk, saya baru menyelesaikannya beberapa hari yang lalu.
Kata “engkuk” saya peroleh ketika waktu kecil. Doeloe, di belakang rumah saya terdapat pepohonan nan rimbun. Satu di antaranya pohon bambu.
Doeloe, hampir setiap malam saya mendengar suara “engkuk … engkuk …” dari pohon bambu. Kata bapak, itu suara burung hantu.
Takut, itu yang seketika saya rasakan. Namun kenyataannya saat itu, saya malah penasaran dengan yang namanya burung hantu. Bayangan saya waktu itu, burung hantu suka dengan kegelapan dan memiliki bentuk wajah yang menakutkan.
Namun kenyataannya sekarang, burung hantu tak seheboh waktu doeloe. Wajah burung hantu yang menakutkan, ternyata hanya mitos. Burung hantu ternyata berwajah cantik dan menarik. Sangat menawan pokoknya.
Lha kok bisa?
Karena ia ada di cover buku saya yang ke- 17. Alhamdulillah. Barakallah. Aamiin.
Kab. Semarang, 17 Februari 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasannya
Mantap,Bunda. Saya juga engkuk, maksudnya nanti, hehe... Salam sukses.
Engkuk... Engkuk... Mantap. Berapa halaman buk.
Dulu tubuh saya merinding mendengar suara itu, Bu.Tapi melihat cover buku Bu Lastri, jadi tersenyum. Mantap ulasannya, Bu. Salam sukses selalu!