Patil Ikan Lele
Lele, selain dikembangbiakkan untuk dikonsumsi, bisa juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar agar kotoran bisa menghilang. Lele yang diletakkan di tempat kotor harus diberok (dipelihara pada air mengalir selama beberapa hari agar bersih) sebelum di konsumsi. Terkadang lele diletakkan di sawah agar memakan hama, atau di tempat air menggenang untuk mencegah tumbuhnya jentik-jentik nyamuk. Lele juga memiliki sepasang patil, yaitu duri tulang yang tajam pada sirip di dadanya. Patil pada ikan lele beracun, sehingga apabila terkena patilnya dapat mengakibatkan panas tinggi (https://id.m.wikipedia.org)
Pagi tadi, sebelum berangkat ke sekolah, tetiba saja aku pengin menggambar. Seketika terlintas pengin menggambar ikan. Ikan yang mempunyai kenangan ketika aku masih kecil. Ikan yang mempunyai patil dan kumis. Tentu saja bukan seperti kumisnya bapak-bapak. Kalau aku katakan, seperti sungut.
Harus berhati-hati jika berhadapan dengan ikan lele. Patil ikan lele apabila terkena kulit dapat mengakibatkan bengkak memerah. Seperti kejadian yang dialami kakak saat aku masih kecil.
Belakang rumahku ada sungai. Di pinggiran sungai yang berlumpur sering ditemukan ikan lele. Suatu hari, kakak keempat mencari ikan lele dan memperolehnya. Entah bagaimana cara memperolehnya, yang aku ingat, ikan lele sudah berada di ember kecil.
Sampai di rumah, kakak siap membersihkan dari kotoran. Namun apa yang terjadi?
Tetiba kakak berteriak kesakitan. Teriakannya yang lumayan keras membuat seiisi rumah berlarian ke arah sumber suara. Kakak bilang bahwa baru saja kena patil ikan lele. Kakak yang lain segera mempunyai inisiatif. Kakak ketiga segera beraksi. “Lepas celanamu. Kasih luka patil pakai air senimu,” ucap kakak ketiga sambil memelorotkan celananya dan memaksa untuk mengeluarkan air seni. Karena dipaksa, air seni tak bisa keluar. Akhirnya, kakak ketigalah yang terpaksa memberikan air seninya.
Tak sampai satu jam, kakak keempat sudah bisa tersenyum. Sakit yang diderita karena terkena patil ikan lele, tidak bengkak alias sembuh. Berkat air seni.
Kab. Semarang, 17 November 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Racun ketemu racun jadi tawar.
Iya betul, Mbak Surti.