Tertawa tapi Tak Bahagia
Kisah di bawah ini muncul saat membaca di grup Guru Bisa Menulis (GBM) yang diketuai Bu Budiyanti. Ada pertanyaan, “Siapa yang pernah salah memasukkan amplop atau salah tempat ketika menghadiri pesta pernikahan?”
Pertanyaan tersebut ternyata dari Bu Budiyanti. Tertawa geli, itu yang spontan saya lakukan. Kenapa? Karena keduanya pernah saya alami.
Sebenarnya kisah ini pernah saya tulis beberapa tahun yang lalu sebelum pandemi. Namun, saya belum masuk grup GBM. Jadi, saya akan mengulasnya kembali sebagai ajang silaturahmi di grup GBM.
1. Salah memasukkan amplop ke kotak sumbangan. Kejadian ini saya alami ketika hadir pada pernikahan teman di Desa Jatirunggo Kecamatan Pringapus.
Sebelumnya, saya mengajar ekstrakurikuler seni tari di SD Girisonta. Salah seorang guru memesan kostum tari yang ditulis di kertas dan dimasukkan amplop. Selain berisi catatan tari, amplop juga sekalian diisi uang honor saya. Uang honor saya ambil, lalu saya masukkan dompet.
Amplop untuk sumbangan sudah saya persiapkan. Nah, ketika saya memasukkan amplop ke kotak sumbangan, ternyata bukan amplop berisi uang melainkan amplop berisi catatan tari.
Keesokan hari, saya balik ke rumah yang punya gawe. Soalnya, dalam amplop tertulis catatan tarian yang tertuju ke Yth. Bu Lastri guru tari. Nah, kalau saya nggak balik, kan ketahuan kalau amplop itu punya saya. Hahaha ….
2. Salah tempat. Kejadian ini ketika menghadiri pernikahan anak tetangga di Semarang. Saya bersama tetangga, dengan jumlah 6 orang.
Dalam satu lokasi, ada beberapa gedung yang disewakan. Kami asal saja masuk ke gedung. Di situ ada acara pernikahan.
Sebelum masuk, kami memasukkan amplop sebagai syarat utama. Saat masuk saya merasakan keanehan. Pertama, musik pengiring acara pernikahan menggunakan gamelan. Kedua, tidak bertemu satu pun wajah orang Arab. Karena tetangga yang menikah kebetulan keturunan Arab. Dan, yang membuat kami tambah kaget tak terelakkan, ketika menuju tempat pelaminan. Kami bersalaman dengan orang berwajah Indonesia, bukan berwajah Arab. Ini jelas salah besar! Hahaha ….
Akhirnya, kami langsung keluar dan kabur. Amplop diikhlaskan sebagai tanda penutup malu. Lagipula jika mengambil uang yang di kotak, kunci dibawa yang punya gawe. Gak mungkin kan kami menunggu hinggal sore.
Sepanjang jalan kami membahas kejadian yang baru saja kami alami, hingga menemukan tetangga kami yang sesungguhnya. Tawa kami tak bisa dielakkan. Tertawa tapi tak bahagia.
Kab. Semarang, 10 Januari 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tertawa tapi tak bahagia. Luar biasa
Ketahuan deh hahaha
Persis dengan yang pernah saya alami sendiri ya Bun.... hehehehe
Haha... malu, tapi bisa tertawa. Salam bahagia, Bunda Lastri.