Sulistari Rahayu

Guru PAI SD. Tinggal di Jatilor Kecamatan Godong Grobogan Jawa Tengah. Suka menulis tetapi lebih sering menulis puisi....

Selengkapnya
Navigasi Web

JANGAN BUANG AKU!

"Syifa, demi kebaikanmu, sementara kamu harus tinggal bersama nenek di Surabaya." Ucap Ayahnya.

DEG!

Syifa sontak membelalakkan matanya dan berkata, "Apa Ayah akan membuangku ke sana?"

"Bukan begitu, sayang..." kali ini ibunya yang menjawab.

"Kalian sama saja! Kapan kalian mengerti keadaanku? Kapan?!" Syifa berteriak dengan suara tertahan. Tanpa sadar, buliran air mengalir membasahi pipi mulusnya.

Syifa kecewa kepada kedua orangtuanya. Sangat kecewa. Setiap hari mereka sibuk mengurusi bisnisnya. Tidak pernah sekali saja menemani anaknya yang selama ini menunggu diperhatikan oleh orang yang disayanginya. Namun apa? Mereka bahkan tidak pernah mau tahu apa yang sudah dilakukan anak mereka di luar rumah. Sampai mengambil raport setiap semester pun, malah bi Sumi sang pembantuanya. Sungguh, Syifa sangat kecewa pada mereka.

Dan kini, mereka akan mengirim dirinya jauh ke kota baru yang belum pernah dikunjunginya. Ya, walaupun di kota tersebut adalah tanah kelahiran ibunya, namun belum pernah sakalipun dia diajak oleh ibunya ke tempat itu. Jangankan berkunjung ke rumah neneknya, bahkan untuk menemaninya jalan-jalan ibunya selalu saja menolak dengan alasan sibuk. Ayahnya pun demikian.

"Kenapa harus ke sana, Ayah...? Aku tidak ingin pindah, Yah. Aku ingin di sini bersama ibu," rengek Syifa. Ia berusaha mengiba pada Ayahnya. Berharap orang yang selalu dinanti kasih sayangnya itu merubah keputusannya. Syifa tidak ingin pindah. Ia hanya ingin bersama ibunya. Walau tidak pernah ada waktu untuk sekedar kumpul bersama, setidaknya ia bisa setiap hari melihat ibunya. Walau hanya melihatnya di tengah malam.

"Keputusan Ayah sudah bulat. Kamu akan sekolah di sana dan tinggal bersama dengan nenek Lestari. Ayah harap, kamu bisa belajar sambil mendalami ilmu agama di sana. Karena maaf, Ayah sama ibu belum bisa membimbingmu untuk hal itu. Jadi, menurutlah apa kata Ayah. Ini demi kebahagiaanmu, sayang.." perkataan Ayahnya yang panjang lebar ini malah tak dihiraukan oleh Syifa. Namun, di kat terakhir yang diucapkan oleh Ayahnya seketika membuatnya menolehkan kepala.

"Iya, sayang.. Kami menyayangimu. Makanya kami mengirimmu ke sana. Kami yakin, kamu akan mendapatkan kebahagianmu nantinya di sana." Sahut ibu Asyifa. Saat ini pun beliau juga sudah banjir air mata. Sebenarnya ada ketidak relaan terpancar dari sinar matanya, namun ini demi masa depan anak semata wayangnya. Ia tidak ingin anaknya memiliki nasib sepertinya.

.

.

.

Bersambung..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post