Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web

21 HARI

#Tantangangurusiana(182)

Semua terjadi begitu cepat. Tidak sampai satu bulan. Dimulai pada hari Sabtu, aku masih bertemu dengannya. Hari Selasa-nya kudengar jatuh sakit. Satu minggu berselang aku telpun juga masih sakit. Sakit magh.

"Terus kondisimu saat ini bagaimana?"

"Susah makan. Setiap makan muntah,"

"Balik aja ke rumah sakit. Aku dulu waktu magh akut diinjeksi, terus bisa makan. Kali kasusnya sama,"

Rabunya aku berkunjunh ke rumahnya. Kudapati wajah yang sangat pucat. Dia berusaha menyambutku dengan duduk dari pembaringan. Aku berada di kamarnya.

"Sudahlah, santai aja!"

Kemudian kulihat anak gadisnya membawa sepiring nasi liwet lemes semacam bubur.

"Gak bisa makan, Te," ujar anak gadisnya. Kulihat sahabatku menerima makanan dan memasukkan ke mulutnya secara perlahan.

"Hoek...hoek...," kulihat dia setengah mati menahan diri agar makanan dapat masuk ke mulutnya.

"Apa yang kau rasakan?" tanyaku khawatir.

"Kembung saja. Nyeri punggung sudah hilang,"

Aku mengangguk kecil.

"Sabar ya," ujarku saat berpamit pulang. Dia tersenyum.

"Lis...," panggilnya saat aku hendak mencapai pintu kamar. Aku menoleh.

"Titip anakku, ya?" Anaknya adalah muridku. Saat itu aku tak memiliki firasat apapun dari pesan itu.

"Ini masih pandemi. Siswa masih sekolah daring. Lagian si Babe gak perlu perhatian khusus. Dia tertib dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik," sahutku.

Aku menjuluki anaknya dengan sebutan Babe karena badannya yang tambun tinggi besar seperti papanya. Sekali lagi tak memiliki firasat apapun. Aku berbalik kembali melanjutkan langkah pulang. Sekilas aku melihat dia melambai layaknya orang pergi jauh. Dan senyum itu tampak cantik dan lugas. Bodohnya aku tak menyadari semuanya.

Setelah kunjunganku, aku tak berupaya menghubunginya lagi. Entahlah. Seperti orang keslimur (lupa). Tetiba Minggu menjelang Mahrib, putrinya men chat aku.

"Maafkan segala dosa mama, te. Mama telah berpulang,"

Aku yang saat itu sedang memegang gawai bagai tersambar petir. Berita tanpa salam dan pembuka itu membuatku duduk terjengkang.

"Mbak...," aku langsung menghubunginya.

Dengan terisak lirih disampaikan padaku bahwa setelah kedatanganku, Jumat kembali kontrol. Diminta rontgen paru dan diketahui ada bercak putih pada paru-parunya. Dirujuk ke rumah sakit. Masih dalam rangka persiapan Swab, Minggunya sudah tiada.

Innalillahi wainnailaihi roojiun. Selamat jalan sahabat. Semoga husnul khotimah.

"Kami diminta isolasi mandiri, Te. Mungkin tante sebaiknya juga melakukannya, ya. Saat menjenguk mama tante tidak bermasker kan?"

Alamaaakkk. Aku baru sadar akan hal itu. Maka kulakukan saran dari anak temanku itu. Alhamdulillah semua berjalan sehat. Aku menguhubungi anak temanku, sekeluarga juga dalam keadaan sehat wal afiat.

Hari ini aku berangkat ke sekolah sebagaimana biasanya. Meski siswa daring, kami gurunya tetap piket ke sekolah. Setiap hari dengan jam kerja yang lebih pendek.

"Bu, tadi lihat Babe tidak?" tanya temanku yang mengelola perpust. Setiap hari dia membagi buku pinjaman pada siswa.

"Kenapa?" jawabku merasa tak enak. Tetiba teringat sahabatku menitipkan anaknya padaku.

"Tampak seperti bukan Babe, Bu. Badannya kurus sekali sampai aku gak mengenalinya,"

Deg!

"Sekarang di mana?"

"Sudah pulang, kan tidak boleh berkerumun. Setelah selesai ya pulang,"

Aku termenung. Sedih dan prihatin. Temanku adalah ibu rumah tangga yang melakukan semuanya dengan sangat baik. Melayani suami sebagai raja, dan anak-anak sebagai putera raja. Semua dininabobokkan dengan pelayanannya yang luar biasa. Saat dia harus kembali, sungguh itu menjadi pukulan yang hebat. Laksana anak ayam kehilangan induknya. Pasti saat ini sedang kacau keadaan Babe.

Aku sampai di rumah sahabatku hari itu juga setelah pulang ngantor.

"Tante?" kulihat keterkejutan pada anak gadisnya.

"Babe mana?" tanyaku langsung. Aku sungguh mengkhawatirkannya.

"Sejak mama pergi, dia pindah tidur di sana bersama papa. Sehari-harinya di sana. Kami bingung, te," kakaknya bercerita sambil berurai airmata.

Saat Babe menemuiku, aku benar-benar tak mampu mengenalinya. Badannya kurus, wajahnya memucat meski dia mencoba tersenyum.

"Assalamualaikum Bu Lisa," katanya sambil mencium tanganku. Babe adalah anak tambatan hati bagi sahabatku. Demikian juga bagi Babe. Perpisahan ini pasti tak mudah untuk dihadapi.

Aku mencoba mengajaknya bicara dari hati ke hati. Dia menangis di pangkuanku. Perasaanku juga ikut larut. Sahabatku terlalu menguasai kebaikan dalam keseharian. Sehingga tak berpikir membangun kemandirian pada anak dan suami. Saat semua terjadi, kemudi itu bagai dihempas badai.

Selamat jalan sahabat. Kau sangat dicintai oleh temanmu. Dan banyak yang merasa kehilangan karena pandemi Covid ini. Semoga temanmu dapat bersaksi dari segala kebaikan yang pernah kau lakukan. Aamiin...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yang mampu memainkan emosi pembaca. Semoga almarhumah husnul khatimah.

26 Aug
Balas

Terimakasih pak..barokallah..

26 Aug

Terimakasih pak..barokallah..

26 Aug

Selalu keren bunda... Sedih... Semoga covid 19 segera sirna...

26 Aug
Balas

Terimakasih ya..

27 Aug

Menggenang air di mata saat baca ini Bund. Sungguh hati terasa pilu. Sukses selalu dan barakallahu fiik

26 Aug
Balas

Sampei lupa doa untuknys, allahummagfirlaha warhamha waafiha wa'fuanha. Insyaallah husnulkhatimah

26 Aug

Cerpen keren Bu Sulis.

26 Aug
Balas

Terimakasih pak..barokallah

26 Aug

semoga husnul khotimah, pagi bun

26 Aug
Balas

Terimakasih...barokallah..

26 Aug



search

New Post