Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ADA CINTA

ADA CINTA

#Tantangangurusiana(116)

"Hai, kenapa motornya? Mogok ya?"

Tetiba Danang sudah berdiri di sampingku. Motorku suka ngadat. Dan aku selalu gak kuat kalau menghidupkan pakai engkel. Berat rasanya membuat tegak posisi maticku.

"Sini aku bantu. Perhatikan, ya?"

Kemudian dengan perlahan Danang mempraktekkan bagaimana agar posisi maticku menjadi seimbang, dan memainkan engkelnya.

"Rong..., rong..., rong...," motor berbunyi keras.

"Sekarang kau naik. Dorong ke depan dengan kaki agar posisi berubah siap untuk siap berjalan...," instruksinya. Aku mengikuti. Tetapi tidak semudah yang diperintahkan. Aku tetap diam di tempat. Tanpa diperintah Danang mendorong dari belakang.

"Terimakasih ya...," ujarku bahagia. Kulihat dia tertawa lebar. Aku suka melihatnya tertawa begitu.

"Hai, kenapa kau dari tadi senyam-senyum?"

"Ha..he..., aku...,"

"Sedang jatuh cinta, ya? Siapa? Kulihat kau dari tadi menatap lapangan olga sambil senyam-senyum...,"

"Apa sih," sergaku malu dan berlalu dari temanku yang sok julit.

"Tapi kau memang suka padanya, bukan?" tanya hatiku tetiba.

Aku berhenti melangkah. Kupegang dasi yang kutemukan tersangkut pada bagian dalam jok motorku. Aku ingat Danang membuka jok motorku mencari kunci motor. Saat itu dasinya tidak ditali. Terjatuh tanpa disadarinya.

Tanpa sadar kucium dasi di tanganku.

"Lagi apa berdiri di sini?"

Suara itu menyadarkanku. Danang di sepanku. Serempak aku menjadi salah tingkah. Apa dia melihat kelakuan konyolku, ya?

Reflek kuulurkan tanganku. Menyerahksn dasi yang barusan aku cium. Dan berlalu tanpa berkata. Sempat mataku menatap matanya. Mata yang ceria karena bibir yang merekah tawa.

"Lisa...," sempat kudengar panggilannya. Tapi tak kuhiraukan. Aku merasa malu dengan perilakuku yang diketahuinya.

Beberapa kejadian itu membuat hatiku menghangat. Aku memang diam-diam menyukainya. Pemuda tinggi jangkung hitam manis dengan senyum yang renyah mereka.

Tapi apa yang kulihat di depan mataku hari ini mengubah semuanya.

Aku melihatnya turun dari motor dengan seorang gadis di belakangnya. Keduanya tampak ramah bercengkrama. Mendadak sakit hatiku. Aku berbalik meninggalkan keduanya dengan hati tak terkira rasanya.

"Kenapa kau. Habis nangis ya. Ada apa sih. Kemarin senyam-senyum. Sekarang nangis. Sesusah itu ya cinta. Ribet!" temanku si ratu julid menegurku. Aku tak menghiraukannya. Kepalaku langsung menelungkup pada meja. Aku menangis. Entah untuk berapa lama, aku tak tahu.

Sesaat aku mengangkat kepala, karena pelajaran hendak di mulai. Betapa terkejutku melihat Danang telah duduk di sampingku. Di mana ratu julit yang biasa duduk bersamaku?

"Sakit ya?" tanyanya. Matanya tampak khawatir. Sejenak pemandangan tadi menyeruak di mataku, hatiku kembali sakit.

"Aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing."

Kulihat Danang mengangguk, dan berpindah tempat duduk.

"Mengapa kau bersikap begitu baik. Jika sudah punya pacar?" bisikku lirih. Ada rasa sakit hati dan nelangsa.

Tapi cinta tetaplah cinta. Meski aku mencoba menghindar hati tak mampu berdusta. Anehnya tetap saja Danang bersikap baik meski aku belajar tak menghiraukannya.

"Lisa...,"

Aku menghentikan langkah ke kantin. Danang selalu saja tahu cara menemukanku.

"Mau ke kantin juga?" ajakku basa-basi. Kuhindari matanya, agar dia tak tahu betapa debar hati setiap melihat senyumnya.

"Ke taman yuk. Aku ada perlu,"

Aku tak menjawab. Tapi mengikuti langkahnya.

"Lis, apa aku punya salah, ya?" ujarnya tiba-tiba. Tentu saja pertanyaan itu sangat mengejutkanku. Dan kembali merobek hatiku.

"Beberapa hari ini, kau dingin sekali!"

"Kurasa itu hanya perasaanmu saja. Aku biasa saja. Sama seperti yang dulu!

"Lis, aku sayang padamu. Tidakkah kau tahu?"

Aku bergetar mendengar ungkapan itu. Tapi benarkah?

"Untuk jadi yang kedua?" tanyaku hampir berbisik.

"Maksudmu?"

Dengan hati hancur kucetitakan apa yang telah kulihat beberapa hari yang lalu.

"Ha..ha..ha...," tetiba meledak tawanya.

"Pasti Sri yang kau maksud. Aku hanya memboncengnya dari ujung jalan. Kebetulan saja...,"

Aku melongo. Sekolahku memang masuk perumahan dan tidak ada angkutan kota. Kecuali gojek.

"Berarti, lain kali aku tidak boleh memboncengnya, ya. Juga yang lain,"

Aku menunduk malu. Menyadari kebodohanku.

"Lis, kau belum jawab perasaanku,"

"Jika aku tak menginginkan kau membonceng siapa pun, apa kau mau?" jawabku diplomatis.

"Tidak masalah. Asal kau tak lagi bersikap dingin padaku!"

Aku tersenyum bahagia. Kulihat mata Danang yang juga bersinar bahagia. Cinta terkadang rumit, meski sebenarnya sederhana.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post