BATASAN BERCANDA
#Tantangangurusiana(188)
Terkadang kita orang dewasa tanpa sadar melewati batas bercanda. Begitu pula dengan siswa.
Hari masih pagi. Pelajaran pertama belum juga berakhir, ketika Bu Widia datang mengantar dua siswa dengan baju yang pada ke luar.
"Mereka berantem, Bu?" sungutnya sambil menunjuk dua siswa dengan dagu cantiknya.
"Saat pelajaran? Sempat juga, ya,"
"Tanyakan sendiri aja, Bu. Saya lanjut ngajar. Daripada mereka ganggu pelajaran saya," tanpa menunggu jawabanku Bu Widia meninggalkan keduanya.
Sejenak aku menatap mereka yang tertunduk dalam-dalam.
"Ada yang mau bercerita?"
"Saya, Bu," jawab Eky cepat. " Dio keterlaluan, Bu. Masa kentutnya diraupkan pada wajah saya. Baunya itu luar biasa gak enak, Bu. Terus saya pukul dia. Tapi gak terima, malah balas pukul. Terus kami berkelahi!"
"Terang aja gak terima, Bu. Dia pukul kemaluan saya, Bu. Suakit. Ya saya balas," sahut Dio tak mau kalah. Setelah itu keduanya saling buang muka. Mereka duduk pada bangku yang sama, paling belakang searah pintu kelas.
Aku mengernyitkan alis.
"Kok bisa ya begitu. Ada gurunya pula. Tujuannya apa?" tanyaku sambil menatap keduanya.Meminta penjelasan.
"Hanya bercanda, Bu. Saat itu kulihat dia agak-agak ngantuk. Terus saya isengi saat perut saya mules. Niatnya ya buat dia terbangun. Masa pagi udah ngantuk?"
"Itu urusanku!" sela Eky meradang. Untung Dio tidak menjawab. Aku menatapnya tajam-tajam agar tak bereaksi sama.
"Bagaimana caramu iseng?" tanyaku akhirnya.
"Saat itu perut saya mulas, Bu. Dan melihat Eky terantuk-antuk. Mendadak aja pingin ngusilin agar dia terbangun. Lalu saat saya buang gas, udaranya saya tangkap di tangan. Kemudian saya balurkan di wajahnya. Bercanda Bu, maksud saya. Terus dia pukul kemaluan saya. Ya saya gak terima, Bu. Suakit..,"
"Heeeemmm, jadi begitu ya ceritanya? Coba sekarang jawab pertanyaan saya. Tahu tidak berapa kecepatan maksimal saat berada di jalur tol?"
"100 Km per jam, Bu," jawab keduanya hampir besamaan.
"Kalau di dalam kota?"
"40 Km/jam,"
"Pada pinter kalian. Untuk apa aturan itu dibuat?"
Mereka tampak berpikir.
"Supaya tidak kecelakaan, Bu,"
"Bagus. Dibuat batasan supaya tidak terjadi kecelakaan. Hal itu juga berlaku pada bercandaan. Ada batasannya agar tidak terjadi kecelakaan. Seperti saat ini, terjadi petkelahian karena batasannya dilanggar,"
Sejenak keduanya terdiam.
"Saya minta maaf, Bu," sahut Dio akhirnya. "Tapi bukannya Eky juga melanggar batasan, Bu?
Kutatap Eky. Meminta pendapatnya.
"Kalau kamu gak gitu aku juga gak bakal gitu!" jawabnya keras.
"Tapi kira-kira melanggar batas keamanan tidak?" selaku.
"Iya sih, Bu,"
"Aslinya saya juga salah, Bu, tapi...,"
"Dibuang dulu tapinya. Kita lihat konteks secara utuh. Menyebarkan bau gas itu melanggar batas bercanda. Memukul kenaluan juga sama. Melanggar batasan. Artinya?"
"Saya juga salah. Harusnya tidak seperrti itu cara mengingatkannya!"
"Itu yang saya maksud! Jadi sekarang bagaimana?"
"Saya juga perlu minta maaf," jawabnya masih dengan suara tidak rela.
"Saya tahu, di hati kalian masih pada rasa jengkel. Merasa bersalah tapi sudah mendapat ganjarannya. Jadi menurut kalian itu impas. Tapi ukur dengan hati kalian sendiri, adakah ukuran impas dalam hidup ini? Di situ perlunya menimbang rasa. Secara umum kalian berdua bersalah. Tapi pemicunya ada padamu, Dio,"
Dio menunduk dalam-dalam.
"Oke, selesaikan diantara kalian. Karena ini menyangkut rasa. Timbang dengan hati kalian masing-masing. Bagaimana seharusnya setelah semua terjadi. Setelah itu silakan kembali ke kelas,"
Aku mengakhiri dan meninggalkan mereka tetap di ruang konseling. Mereka juga harus bisa menangani solusi selanjutnya. Agar mampu mengingat dan tidak melanggar lagi batasan dalam bercanda.
Keadaan tersebut juga tidak jarang terjadi pada gurunya. Melewati batasan dalam bercanda. Di saat terjadi pertikaian, akan sulit mengukur mana yang benar dan yang salah. Harusnya yang bersangkutan yang menyelesaikannya sendiri. Agar lingkungan sekutarnya tak terpecah memberikan pembelaan versi masing-masing.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hmmm...kisah yang sering terjadi di lapangan. Memang harus diselesaikan dg bijaksana. Keren Bu
Terimakasih bu...
Mantab Bu. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu.
Terimakasih yaa...
Bgus sekli bu kisahnya. Sukses sellu ya bu
Terimakaaih...