Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
CINCIN MERAH DELIMA

CINCIN MERAH DELIMA

Aku masih dalam keadaan terbengong, ketika Putri, temanku sebangku, mengusap lembut bahuku.

"Kuambilkan botol minumanmu, ya?"

Aku hanya mengangguk. Aku mencoba bersandar pada dinding kelas. Kulihat Celsea dipindahkan ke UKS dengan tandu. Sengaja aku menjauhi kerumunan agar tidak ditanya macam-macam. Aku sangat tidak menyukai keramaian dan perhatian yang berlebihan.

"Minumlah," ujar Putri menyodorkan botolku yang berisi air putih. Sejenak aku hendak menerimanya ketika mendadak badanku mengejang. Botol minuman yang ada di tangan Putri adalah botol pemberian mbah Munah. Aku bahkan melihat seolah Putri berubah menjadi mbah Munah. Aku tersentak mundur. Kutahan mulutku untuk tidak teriak.

"Minumlah," kembali Putri menyodorkan botol pemberian mbah Munah. Aku mencoba menguatkan pandanganku, dan mendapatkan memang Putri yang melakukan semua untukku. Dengan segera kuteguk habis air dalam botol.

"Terimakasih ya, Put?"

"Sama-sama. Apa kau ingin ke UKS?"

"Tidak!"

Sejenak kami saling bertukar pandang, hingga aku teringat sesuatu.

"Put, katamu aku tertidur lama di kelas. Apakah kau melihat aku datang ke sekolah?"

"Ya iyalah. Aku melihatmu. Tapi kau diam saja saat kutegur. Kulihat kau semakin pendiam sejak kepergian nenekmu. Dan tadi saat guru tidak ada, tidurmu nyenyak sekali. Kayak tidur di kasur gitu. Memang semalam tidur jam berapa?"

"Aku?" tetiba aku teringat sesuatu. Beberapa hari ini aku merasa susah tidur. Aku merasa gelisah tapi tak tahu apa sebabnya. Tetiba aku ingin menangis. Serasa sesak dada ini. Tapi mengapa aku ingin menangis?

"Ikhlaskanlah semua. Doakan selalu jika kau memang merasa kehilangan," ucap Putri seolah memahami isi hatiku. Aku mengangguk lirih. Perlahan airmata jatuh di pipiku. Aku merasa sedih dan hampa. Putri menarikku dalam peluknya. Dan aku makin terseduh di bahunya.

Tetapi kejadian itu masih menyisakan banyak tanya yang membingungkan. Mengapa aku berada di sekolah tanpa aku menyadarinya? Yang kutahu justru merasa ada di kamar mbah Munah dan tertidur di sana.

"Tapi kau katakan Putri melihatmu datang di sekolah, kan?" tanya Mutia, sahabat selisih dua tahun dan sudah kuliah pada jurusan psikologi. Malam setelah kejadian di sekolah, aku berkunjung padanya.

"Iya, begitu kata Putri. Tapi mengapa aku merasa berkunjung ke kamar mbah Munah dan tertidur di sana. Setelah bangun justru ada di sekolah," terangku. Sejenak kami terdiam. Mutia memandangiku dengan teliti.

"Apa kau merasa sangat kehilangan?"

"Tidak! Biasa saja. Hanya aku selalu teringat aktifitas setiap pagi saat belum berangkat sekolah,"

"Terkadang orang yang depresi tidak mampu merasakan beban kesedihannya?"

"Maksudmu?"

"Mungkin kau perlu mengurai keadaanmu pada orang profesional,"

"Apa aku menunjukkan gejala kegilaan?"

"Tidak secepat itu mengambil kesimpulan. Tapi susah tidur dan tidak mampu merasakan kesedihan yang sedang dialami bisa menjadi beberapa indikasinya,"

"Kamu ngomong seperti yang sudah buka praktek. Bikin takut, tahu?" sungutku kesal.

"Hahahaha..., maaf. Udah jangan terlalu dipikir. Buat hepi aja. Besok ikut aku ke kafe, yuk? Di sana ada karaokenya. Kau suka menyanyi, bukan? Aku kenalkan pada cowok yang sudah lama ingin kenalan denganmu,"

"Aku benci laki!" sungutku, merasa Mutia mengalihkan pembicaraan.

"Lupakan yang pernah menyakitimu. Move on. Buat apa kau merusak hatimu sendiri?"

"Kau sih nggak pernah mengalami. Jadi enak aja ngomongnya,"

"Tapi dengan selalu mengingatnya apa kau merasa bahagia?"

Sejenak aku terdiam dengan pertanyaannya. Yang dikatakan Mutia memang benar. Aku harus melupakan semuanya. Termasuk melupakan perbuatan mantan yang hampir memperkosaku di malang ulang tahunnya.

"Aku tidak membencinya, tapi aku juga merasa tidak percaya dengan yang namanya pacar" ralatku menjelaskan.

Mutia memandangku penuh simpati. Dia meraih jemariku. Sesaat dia termangu saat jarinya menempel pada cincin merah delima milik mbah Munah yang melingkar di jari manisku.

"Ini cincin mbah Munah?"

"Iya. Begitu saja ada di jariku saat mbah Munah tiada,"

"Maksudmu cincin ini tiba-tiba saja ada di jemarimu?"

Aku mengangguk tipis. Kulihat Mutia mengawasiku dengan seksama.

"Mungkin kau harus datang pada layanan bantuan profesional,"

"Bukannya kamu jurusan psikologi?"

"Tentu saja itu bukan kapasitasku. Lulus juga belum,"

Sejenak aku termangu.

"Menurutmu hal gaib itu benar ada atau tidak?" aku bertanya dengan penasaran. Kulihat Mutia menghela napas panjang.

"Semua agama mengakui hal itu, bukan?,"

"Kalau menurut psikologi?"

"Juga mengakui. Tetapi tentang individu yang dengan mudah masuk pada pengaruh alam gaib, sepertinya masih menjadi pertentangan,"

"Maksudnya?"

"Begini, aku kasih contoh pengalaman yang sudah terjadi padamu, ya. Kau katakan bisa melihat mahluk tembus tembok. Melihat dengan jelas sosok wanita cantik dengan ekspresi mengerikan dari jarak puluhan meter, yang saat diulangi lagi hal itu tidak mampu dilakukan. Melihat adikmu di tempat lain, padahal kau menemukannya di kamar dan lain-lainnya. Sekarang pertanyaanku, saat kau mengalami semua itu bagaimana kesadaranmu?"

"Hya, aku merasa seolah sedang melamun,"

"Artinya batas kesadaranmu tidak berada di ambang normal atau standart. Begitu ya?"

Dengan ragu aku mengangguk.

"Karena kesadaranmu tidak maksimal saat itu, maka kamu sedang mengalami hal yang disebut halusinasi. Sekarang kamu ingat, dari semua pengalaman aneh yang terjadi padamu, adakah yang kamu alami dengan sepenuh kesadaran? Misal tadi pagi, saat melihat mbah Munah ke luar dari kamar mandi, bagaimana kesadaranmu saat itu? Saat kau berbincang dengannya juga tidak terjadi komunikasi dua arah, bukan?"

Aku termenung dengan penjelasan panjang lebar itu. Tetapi masih ada pertentangan dalam hatiku yang membuat teori Mutia tidak dapat aku terima sepenuhnya.

"Tapi gerakan reflek saat kipas putus, bagaimana kau mengurainya? Aku saat itu merasa mbah Munah yang memberitahuku jika akan terjadi kecelakaan dan mendorongku untuk memberi bantuan,"

Kembali Mutia menatapku lekat. Pada kedua matanya aku lihat rasa khawatir akan keadaanku. Sesaat tangannya menepuk lembut bahuku.

"Henidar, plis jangan membuat dirimu semakin kacau. Kau bisa membantu dirimu sendiri dengan memilah mana yang nyata dan mana yang sekadar lamunan. Oke, orang berbakat indigo memang ada. Pertanyaanku, kau ingin menjadi indigo atau manusia pada umumnya. Kurasa kau ada keturunan kalau berminat untuk memperdalamnya. Karena kakek dari pihak ibumu seorang paranormal, bukan?"

Aku tertunduk lesuh. Tujuan untuk mencari pencerahan tak kudapat. Justru kebingungan semakin kurasa.

"Jika kau tidak berkenan datang pada profesional, kukenalkan pada temanku yang sudah lulus. Mungkin dia bisa jadi teman bicara,"

Aku tak menjawab juga tidak menolak. Aku merasa membutuhkan teman bicara untuk mengurai semua hal aneh yang aku alami. Malam itu aku pulang dengan kecewa.

"Setelah sampai rumah segeralah untuk tidur. Jangan berpikir apapun. Tanamkan kesadaran bahwa alam kita berbeda dengan alam kematian. Biarkan mbah Munah tenang di alamnya. Biar tidak kacau pikiranmu,"

Aku mendengar semua pesan Mutia dengan takzim. Dan mencoba melakukannya. Tapi yang kudapati tidak seperti itu. Sampai di rumah kutemukan kedua orangtuaku sedang bertengkar hebat. Apa pekaranya, aku tidak tahu. Karena mereka sudah terbiasa melakukannya. Aku hanya merasa tidak bisa secepatnya tidur. Suara keduanya saling bertingkah dengan tekanan kata-kata kasar.

Dan kudengar tawaran itu sebagaimana biasa jika orangtuaku sedang bertengkar.

"Ayo tidur di kamar mbah saja, ya?"

Aku mengangguk tanpa bisa memilih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post