Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web

CINTA UNTUK SEMUA

Cinta itu milik siapapun. Tidak tua, tidak muda. Tidak lelaki, tidak wanita. Tidak kaya, tidak miskin. Berlaku pula bagi siswa berkebutuhan khusus. Saat panah Dewa Cupid telah bersarang, mereka memiliki hal yang sama: bergairah!

Demikian pula dengan Agreedita, gadis yang biasa dipanggil Agree. Gadis cantik berkulit putih dengan bibir semerah darah dalam bongkahan salju segar.

Agree adalah siswi SMA kelas XI. Badannya sedang, baik tinggi maupun beratnya. Gerakakannya selincah Menjangan muda, meski dia terkendala dengan penglihatannya. Ya, Agree adalah siswi dengan penglihatan lemah. Di sekolahku disebut dengan siswa low vision. Dia menjadi bagian dari layanan siswa berkebutuhan khusus.

"Agree itu cantik. Wajahnya seperti putri dalam cerita kartun. Sayang dia...,"

"Tidak ada kata sayang," sanggahku dengan cepat pada Pak Imam, wali kelasnya. Beliau tampak terkejut dengan reaksiku. Sejenak aku menatap lurus. Ada beberapa kali aku harus berulang meluruskan hal yang seolah tidak tampak pada rekan kerjaku. Pak Imam salah satunya.

"Kita semua ingin terlahir sempurna. Demikian pula bagi mereka yang mengalami hambatan. Mereka ingin diperlakuan sama sama tanpa kata sayang. Beri mereka target sesuai kapasitasnya," jelasku hati-hati.

Aku tak ingin ceramah tentang siswa berkebutuhan khusus, bahwa mereka ingin diberlakukan sama. Lingkungan yang harus menyesuaikan sesuai kapasitas siswa berkebutuhan khusus, tanpa harus mengasihani atau sejenisnya

Sebagai siswa berkebutuhan khusus, sensitivitas Agree memang berbeda dengan teman lainnya. Dengan penglihatan yang terbatas, Agree cenderung merespon orang lain dari intonasi suaranya. Atau dari cerita yang didengarnya. Ini alasan mengapa Agree sedikit lebih sensitif dari temannya.

"Apa Agree sedang dekat dengan salah satu teman lelaki di sekolah ini?" tanyaku pada Irma, teman sekelas Agree.

"Wah..., beritanya sudah sampai pada guru BK ya, Bu?"

Aku tersenyum tipis. Aku tahu makna penekanan guru BK, bukannya menyebut namaku. Di sekolahku berpacaran memang dianggap sebagai pelanggaran. Dan ada pointnya, tetapi siswa pandai menyiasati.

"Berarti iya. Begitu?" tanyaku selanjutnya.

"Gak tahu, Bu. Tapi norak cara si Agree menarik perhatian orang yang disukainya!"

"Memang siapa yang disukai Agree?"

"Lukman, Bu. Siswa kelas XII. Atlit pencak silat dari jurusan Bahasa,"

"Terus noraknya bagaimana?"

"Aneh gitu, Bu. Gak kaya kita pada umumnya. Agresif gitu!"

Aku terdiam mendengarnya. Meski sensitif, Agree adalah gadis ekspresif. Yang ada di hatinya, terpancar pada ekspresinya. Saat dia tersinggung, bisa demikian emosional. Saat bahagia, juga terlihat jelas pada bahasa tubuhnya. Mengapa dianggap norak?

"Sepertinya saya sudah menerangkan bahwa setiap orang memiliki karakter yang berbeda. Yang membuatnya berekspresi secara berbeda pula,"

"Eh iya, Bu. Maksud saya....," Irma gugup dengan pendapatnya.

"Gak papa Ir, jangan bingung. Saya hanya ingin menyampaikan tidak ada yang norak di saat seseorang sedang jatuh cinta. Itu ekspresi jiwa. Asal tidak melanggar norma. Saya memfasilitasi cara kalian berekspresi yang sesuai dengan usia perkembangan kalian. Tidak lebih dari itu,"

"Iya, Bu. Maaf jika saya melupakan materi yang sudah disampaikan," aku mengangguk pelan seiring Irma yang ke luar dari ruangan BK.

Mencari tahu sejauh mana hubungan Agree dan Lukman bukan hal yang mudah. Tetapi sejauh yang kutahu, Lukman adalah pemuda pendiam dan baik. Aku berharap Lukman tidak sedang mencobai Agree, karena Agree memang cantik. Menangani siswa dengan permasalahan putus cinta bagi siswa reguler saja bukan hal yang mudah. Apalagi untuk siswa dengan hambatan tertentu.

"Saya dengar Lukman sedang dekat ya dengan Agree," tanyaku pada Lukman. Pada akhirnya aku lebih memilih melakukan pendekatan pada Lukman. Anak lelaki lebih mudah diajak terbuka.

"Tidak, Bu. Kami hanya bersahabat," jawab Lukman berkelit.

"Baguslah kalau begitu, karena itu bagian dari pelanggaran tatib sekolah. Berpacaran di sekolah ada pointnya,"

"Iya bu, saya memahaminya,"

"Tetapi seandainya itu benar, saya berharap ini bukan upaya mempermainkan perasaan orang lain. Apalagi Agree,"

Aku tahu bahwa pacar belum tentu menjadi pendamping hidup, karena takdir di luar kuasa manusia. Aku hanya ingin mengajarkan, bahwa mempermainkan perasaan orang itu bukan satu atitude yang baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat pagi bu, semangat beraktifitas, semoga sukses selalu. Mantab ide ceritanya. Salam literasi

22 Oct
Balas

Terimakasih ya Bu...

13 Dec



search

New Post