Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web

LESBIAN

#Tantangangurusiana(177)

Aku sedang menunggu Siska. Berharap dia datang dan berdiskusi denganku tentang perasaan berdosanya.Tapi sampai jam sekolah berakhir, dia tak kunjung menemuiku.

Keesokannya aku mencari BPS (buku pribadi siswa) milik Siska. Kubaca dengan seksama semua catatan tentangnya yang terekam sejak kelas X. Sejauh ini tidak ada hal yang kurasa aneh dengan dirinya.

"Sahabat dekat Siska siapa ya," tanyaku pada sekretaris kelas saat mengumpulkan jurnal absensi.

"Siska, Bu? Tidak ada. Dia bergaul dengan semuanya,"

"Begitu, ya? Nomor gawainya ganti, ya? Saya tidak bisa menghubungi,"

"Iya mungkin, Bu. Saya ada nomornya...,"

Aku mendapat nomor Siska yang langsung aku chat. Chat dibaca tapi tak direspon. Aku merasa ada yang aneh. Biasanya setiap siswa yang aku sapa selalu merespon dengan cepat. Perasaanku mengatakan ada sesuatu yang dirahasiakan. Menelusuri kasus secara sengaja memang tidak mudah.

Hingga suatu hari.

"Gung, Siska itu cantik, ya," pancingku pada Agung, ketua OSIS, saat bertemu di perpustakaan sekolah. Saat itu perpust sedang sepi. Agung sedang mengerjakan proposal. Entah proposal apa.

"Cantik sih, Bu. Tapi sayang...,"

"Iya, sayang ya. Cantik begitu...,"

"Bu Ara sudah tahu, ya?"

"Tahulah, meski gak banyak," jawabku sok tahu.

"Tahu awalnya dia bisa begitu, Bu?"

Aku sejenak berpikir. Harus hati-hati memilih jawaban. Karena yang sebenarnya aku tidak tahu apa-apa.

"Gak tahu sih. Tahunya ya saat ini saja," kataku akhirnya. Sementara Agung mulai menghentikan pekerjaannya. Dia menghadapku, tetapi aku tak berani beradu tatap. Aku takut perasaannya mampu menangkap kebohongan yang sedang kuperankan.

"Gara-garanya itu putus sama Randy!" ungkap Agung dengan tegas. Aku semakin tegang tetapi tetap berlagak cuek. Kubuka halaman tertentu dari sebuah buku yang kuambil begitu saja. Mataku menatap buku, tetapi pikiranku bekerja keras menggiring Agung pada satu infornasi yang kuinginkan.

"Putus cinta itu kan biasa. Kalau gak mau sakit hati jangan pacaran. Belajar saja yang baik," Aku tak tahu jawabanku nyambung atau tidak.

"Benar, Bu. Siska sangat mencintai Randy. Makanya dia sakit hati sekali dan menjadi seperti itu,"

Kesabaranku rasanya sudah hampir hilang karena belum menemukan titik terangnya.

"Apakah ada yang tahu Siska seperti itu?" tanyaku akhirnya.

Tetap tak memberi tatapan fokus.

/Kalau sukses itu adalah bonus. Kalau gagal ya cari cara lain. Selalu ada jalan menuju Roma/

"Ya iyalah, Bu. Lah Bu Ara aja udah tahu kalau Siska itu lesbian..,"

Jleg!

Buku yang pura-pura kubaca hampir saja jatuh saat kebenaran itu terucap dari bibir Agung.

/What? Lesbi?/ pekik hatiku. Informasi yang kudapat dan penjelasan Agung tentang Siska, sudah cukup menjadi alasan untuk memanggil Siska menemuiku.

"Assalamualaikum, Bu," ujar suara tipis yang terkesan gelisah. Tak sebanding dengan aromanya yang HARUM. Sosoknya yang tinggi semampai dengan wajah MANIS berdiri di depanku. Bibirnya merah ranum dengan hidung yang lancip manis. Pasti banyak pemuda tertarik padanya. Tapi mengapa informasinya justru suka pada sesama?

"Duduklah, Sis. Bu Arah ada sedikit keperluan. Kau saat ini sehat-sehat saja, kan?"

Setelah berbasah-basih bertanya tentang kabar dan kelancaran belajar, aku mulai memasuki informasi inti.

"Kira-kira tahu tidak Sis, tujuan panggilan ini?"

"Merabah sedikit sih, Bu,"

"Heeeemmm, tentang apa ya menurutmu?"

"Tentang materi perasaan berdosa kan, Bu? Itu pertanyaan saya kemarin ya?"

"Bagus!" seruku. Siska bukan gadis bermasalah. Prestasi ademiknya masuk lima besar di kelas. Meski tampak sedikit pendiam tetapi dia berprestasi di akademik.

"Bisa kita mendiskusikannya?"

"Sepertinya tidak ada yang perlu didiskusikan, Bu. Hanya asal kok," jawabnya mengelak.

Aku menatapnya lurus. Kecurigaanku semakin mengental. Tapi aku lebih suka Siska berbicara tanpa ancaman ketertiban sekolah. Aku ingin dia bicara sukarela agar akar masalah yang ditangani. Bukan pemojokan fakta bahwa itu melanggar aturan sosial serta ketertiban sekolah. Aku akan menggiring logikanya saja. Dia berhak menentukan butuh bantuan atau tidak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasisdh sy follow

21 Aug
Balas

Terimakasih ya...

21 Aug



search

New Post