Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENELAN MATAHARI

MENELAN MATAHARI

#Tantangangurusiana(192)

Aku merasa bahwa hidupku tak lagi berguna. Aku malas untuk bahagia, keinginan buruk yang aku undang sendiri. Yang kelak sangat kusesali, tapi tak memiliki kesempatan untuk mengulangnya lagi.

Namanya Alfian, jodoh yang dipilihkan nenek untukku. Aku menerimanya, tapi tidak tahu apakah aku ikhlas menerimanya. Ada rasa marah yang menyertai penerimaanku. Nenek selalu membuatku sakit hati sejak aku masih kecil. Tapi aku terus mencoba berdamai. Ini adalah puncak perlakuan yang kuanggap sangat melecehkan, menjodohkanku dengan seenaknya. Seandainya Nenek sedikit saja memiliki kasih untukku, kuserahkan nyawa untuknya.

"Mbak dokter tidak harus menerima usulan nenek. Ini bukan perjodohan. Ini usulan saja. Dan saya sadar, siapa diri saya bersanding dengan mbak dokter," ujar Alfian. Suaranya lirih dan takut-takut. Aku dapat melihat kebaikannya.

"Pendapatmu memang benar. Aku bisa memilih pasangan sesuai keinginanku. Aku tidak cacat dan sehat. Tapi yang ada di pikiranku bukan itu...," aku berhenti sejenak. Menimbang perasaan Alfian dengan sifat keterbukaanku.

"Jika jodohku adalah dirimu, kemana pun aku berlari jatuhnya akan kembali padamu. Demikian sebaliknya. Jadi mari kita buktikan, apakah kita memang berjodoh...," bisikku lirih.

Hatiku menjerit. Meradang tak karuan. Seandainya aku mampu, ingin kutelan matahari. Biar gelap dunia. Biar meledak kupunya raga. Selesai sudah! Tapi kenyataannya? Aku bahkan tak mampu meledakkan diriku sendiri.

Aku tak ingin menangis di depan Alfian. Itu akan menyakiti hatinya. Dalam hal ini Alfian tidak memiliki kesalahan. Nenek hanya ingin membuatku hancur dan tidak memiliki kebanggaan apapun. Nenek bebar-benar melakukan pertarungan denganku, tanpa aku tahu apa salahku.

"Aku akan memenuhi permintaan Nenek, Ma. Menikah dengan Alfian. Tapi izinkan aku meminta syarat, mengetahui jati diriku sebenarnya. Siapa orangtuaku sebenarnya. Jika mereka memang telah tiada, di mana kuburnya?"

Mamaku tercekat mendengar permintaanku. Tak lama airmatanya mengalir. Aku tak tega melihatnya. Mengapa Mama kujadikan sasaran kemarahanku? Bukankah selama ini aku sudah tidak pernah mempertanyakannya? Karena tahu hanya akan melukai Mama. Kenapa sekarang malah kujadikan syarat? Pada siapa aku sebenarnya ingin marah? Bukannya pada Nenek?

"Maafkan aku, Ma. Baiklah, aku akan menikah dengan Alfian tanpa syarat apapun," berkata begitu kutinggalkan mama dengan derita hati yang mendera-dera. Langkahku gontai menuju kamar. Aku tidak hanya merasa terpuruk. Aku merasa terkubur hidup-hidup.

Aku ingin marah. Aku ingin marah! Tapi pada siapa? Benarkah pada Nenek? Pada Mama? Pada Alfian? Pada Allah yang menggariskan takdirku? Astaghfirullahaladzim!

"Houuuwwwaaaahhh," tangisku benar-benar meledak tak tertahankan lagi. Aku menangis meraung dengan menjadikan bantal sebagai penutup wajahku. Bantal dacron kecil menutup sepenuh wajah. Samar aku mendengar suara Mama mengetuk pintu kamarku. Tapi aku tak peduli. Aku ingin sendiri, dan meruntuki penderitaanku.

"Nuning..., sayang...., bukain pintu dong,"

Begitu Mama merayuku. Tapi aku tak ingin melakukannya. Saat ini aku merasa ingin marah pada semua orang. Aku tak ingin Mama menjadi sasaran kemarahanku. Aku juga merasa marah pada takdirku, yang seumur-umur hanya dianiaya Nenekku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaallah, cerpen yang keren luar biasa. Sukses selalu dan barakallahu fiik

07 Sep
Balas

Makasih ya bu...

07 Sep

Quote sahabat Literasi: "Baca tulisan sahabatmu, dan tulisanmu akan dibacanya" Sukses sahabat literasiku.

07 Sep
Balas

Terimakasih pak...telah diingatkan...

07 Sep



search

New Post