MENUJU TITIK TERANG (23)
#TantanganGurusiana(111)
Segala suatu pasti ada batasnya.
Aku bergegas mengikuti mobil ambulance yang membawa Ningrum. Dalam mobil itu sudah ada salah satu wakasek yang mendampingi.
Secepatnya aku menghubungi ayah Ningrum. Tetapi tidak terjawab. Maka kutinggal pesan.
"Ningrum kecelakaan di sekolah. Mohon segera menuju rumah sakit,"
Tapi nyatanya hingga tigapuluh menit, pesanku tidak juga dibaca. Sedang aku tidak tahu nomor gawai neneknya.
"Apa perlu bertanya pada Fikri?" tanyaku pada wali kelas Ningrum.
Tapi aku belum sempat melakukan niatku, Fikri bersama seorang wanita paruh baya berdiri menyambutku. Fikri pasti lebih dulu dapat kabar dari temannya di sekolah.
"Fikri?"
"Bagaimana Ningrum, bu?" tanya Fikri.
Kujelaskan bahwa aku belum mengetahui keadaannya yang terbaru. Semua masih dalam penanganan dokter.
Tak berapa lama Ningrum dipindahkan ke salah satu ruangan yang hanya boleh dijaga oleh satu orang saja. Aku menghampiri temanku yang tadi berurusan dengan dokter.
"Bagaimana?"
"Dokter membutuhkan keluarga pasien,"
"Neneknya sudah datang," kataku sambil mengenalkan sang nenek. Tak lama kemudian dengan diantar temanku, neneknya menuju ruangan dokter.
"Ningrum kenapa, bu?"
Kulihat Fikri tak mampu menyembunyikan air mata dan kecemasannya. Aku menepuk bahunya dan berlalu darinya. Tak kuat hatiku melihat keadaan Ningrum.
Aku berunding dengan wakasek.
"Sepertinya kita harus mempercepat melaporkan tindakan Dio, pak. Ini darurat. Bagaimana kalau saya yang menyampaikannya?"
"Iya bu, sebelum ayah Ningrum mengetahuinya dari kita. Biar sekolah Dio yang memberitahunya. Saya khawatir ini ada hubungannya dengan Dio,"
"Kalau begitu biar aku yang ke sekolah Dio. Bapak bantu nunggu nenek Ningrum. Kasihan kalau ditinggal sendiri. Tidak ada teman berunding...,"
"Oke, siip. Langsung ketemu di sekolah, ya?"
Aku berlalu menuju sekolah Dio bersama wali kelas Ningrum. Belum mencapai pintu ke luar, Fikri mengejarku.
"Bu, apakah semua ini ada kaitannya dengan Dio?"
Sejenak aku memandangnya. Dan mengambil keputusan dengan cepat.
"Saya hanya berharap, kau tetap bertahan menjadi anak baik. Ingat, jangan kembali terjebak. Semua masih dalam penelitian...,"
Berkata begitu aku tak memberinya kesempatan bertanya lagi.
Aku berjalan lebih cepat menuju parkiran motor. Beruntung gawaiku tidak tertinggal di meja kerjaku. Semua bukti ada di sana. Flashdisk juga tersimpan rapi dalam tas, dimana laporan kasus ini belum tercetak. Sehingga semua bukti dapat aku paparkan.
"Bagaimana bisa seperti ini?" kudengar gumam bapak kepala sekolah, saat aku menunjukkan bukti-bukti perbuatan Dio.
Tak berapa lama beliau memanggil dua wakaseknya untuk ikut bergabung mendengar laporanku. Sedang temanku mencetak laporan dibantu petugas TU sekolah.
"Saat ini Ningrum berada di rumah sakit. Kecelakaan. Saya belum tahu apakah hal ini ada kaitannya dengan Dio, atau tidak. Yang jelas kami akan memberikan informasi yang sebenarnya pada ayah Ningrum, yang juga ayah Dio. Pun orangtua Fikri,"
Keadaan menjadi terbalik. Sekolah Fikri menjadi sibuk, dan sekolahku sudah menemukan titik terang dari kasus yang saling berkaitan. Tinggal menunggu Ningrum untuk bisa diminta keterangan.
"Atas nama sekolah kami minta maaf sebesar-besarnya, bu Ika. Sampaikan salam hormat kami semua pada bapak kepala sekolah...,"
Aku mengangguk tipis dan berlalu dari ruang kepala sekolah Dio. Aku kembali menuju sekolah untuk menyampaikan laporan jika semua sudah kulakukan sebagaimana keinginan kepala sekolahku.
Sepanjang perjalanan ke sekolah, aku hanya membayangkan Ningrum yang akan dikonsultasikan pada psikiatri. Demikian kabar dari temanku yang sudah kembali ke sekolah.
Setiap manusia tidak pernah tahu bagaimana takdir hidupnya.
14 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren..
Terimakasih...
Super
Tq ya...
Super
Terimakasih...
Super
Alhamdulillah...
Super
Hehehehe...
Super
Tq....supportnya...
Super
Matur nuwun...
Super
Salam kenal...