Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web

PERJODOHAN (13)

Kehidupan terus berjalan. Pasang surut selalu terjadi pada semua manusia.

Begitu pula dengan keluarga orang tua Pak dokter.

Pekerjaan wiraswasta yang ditekuni selama ini, mulai tampak surut. Dan bangkrut! Lirih suara Pak Dul. Seolah dia yang mengalaminya.

"Keluarga Pak dokter gulung tikar. Hutang dimana-mana," ungkap Pak Dul terbata. Aku melihat wajah tua yang bersimpati. Matanya meredup dengan bibir sedikit mengkerut

"Ayah Pak Dokter terkena stroke. Tak mampu menahankan derita hidup." Lanjut Pak Dul. Aku terkejut mendengarnya.

"Bagaimana mungkin bisa begitu, Pak?" Tanyaku. Sayup kudengar bel pergantian pelajaran. Artinya sudah 100 menit Aku mendengar cerita Pak Dul. Tiada lelah kurasa. Aku justru semakin merasa penasaran.

"Tidak tahu jelas tentang itu. Mengapa semua terjadi. Sepertinya masa transisi teknologi. Usaha manual terganti oleh mesin," terang Pak Dul. Aku manggut-manggut.

"Sungguh kasihan. Apa yang dilakukan Pak dokter? Mampu bertahan kuliah dan lulus?" tanyaku selanjutnya.

"Pak dokter memang cerdas, Bu. Seperti Ibunya. Beliau juga tegar!" Kata Pak Dul.

"Keadaan yang dihadapi keluarga, membuatnya berpikir untuk mendapat tambahan uang."

"Kuliah sambil bekerja. Begitu ya," tanyaku antusias.

"Benar, Bu. Pak dokter bekerja apa aja asal bisa dapat uang. Ngelesi siswa yang mau kuliah kedokteran, mengerjakan tugas teman, sales obat, entah apalagi. Semua dilakukannya,"

"Hebat, ya?" Seruku kagum.

"Padahal kuliah kedokteran sangat sibuk. Sempat juga melakukan semua itu." Aku dapat menggambarkan betapa kacau situasi saat itu.

"Sudah kepepet, Bu. Mau gimana lagi," jawab Pak Dul.

"Di saat itulah Allah kembali mempertemukan sahabat masa kecil. Setelah lepas SMA, keduanya jarang berhubungan. Tetiba bertemu kembali."

"Wow! Hidup serba kebetulan ya, Pak? Apa Bu Rr. Dian memberi bantuan?"

"Benar sekali. Beliau prihatin dan langsung membantu." Sebentar Pak Dul kembali berhenti.

"Bu Indah itu pandai memasak. Sama Ibu Rr. Dian diminta mengisi rangsum makan siang. Beliau membantu dengan merekomendasikan masakan Bu Indah pada beberapa perusahaan swasta kecil. Hasilnya sangat lumayan."

"Persahabatan yang luar biasa ya, Pak?"

"Harusnya begitu, tetapi tidak jadi begitu, Bu. Malah sumber masalah berasal dari situ!"

"Masa begitu? Memangnya ada apa, Pak?" Pak Dul tersenyum sendu. Dia menunduk sebelum menhawab. Tangannya saling bertaut. Aku menjadi penasaran.

Tapi tunggu, darimana Pak Dul bisa mengetahui semua kejadian secara detail? Siapakah Dia? Pak Dul tersipu saat kutanya.

"Hehehe, saat masih SMA saya sudah membantu di rumah Juragan, Bu. Sebagai pembersih taman dan lainnya. Bu Indah yang membantu saya bekerja di sana. Kami bertiga teman sepermainan," urainya malu-malu.

"Saya mengetahui hampir semua kejadian yang dialami Bu Rr. Dian dan lebih-lebih Bu Indah. Saya lebih dekat dengan Bu Indah. Mungkin karena kami selevel. Hehehe," Pak Dul tertawa lebar. Giginya kelihatan.

Saat lulus SMA Pak Dul dikursuskan nyetir untuk mengikuti Ibu Rr. Dian. Selanjutnya Ibu Rr. Dian menikah dan memiliki Puteri. Pak Dul diminta mengikuti putrinya. Saat ini Pak Dul mengabdi pada keluarga Puteri Ibu Rr. Dian, jelas Pak Dul satu persatu.

"Waduh rumitnya, Pak," keluhku mencoba mencerna penjelasan dengan baik. Pak Dul hanya tersenyum tipis.

"Wah, Bapak lama sekali mengabdi pada keluarga Juragan dan keturunannya?" godaku bercanda.

"Ya seumur hidup saya, Bu. Itu yang membuat Saya dapat bercerita," ungkap Pak Dul bangga.

Sejenak aku berpikir tentang rentetan cerita yang dikisahkan Pak Dul. Aku merekam dalam pikiran cerita yang disampaikan.

"Apakah istri Pak dokter adalah Puteri dari Ibu Dian, Pak?" tanyaku menebak.

"Benar! Tepat sekali, Bu! Mereka menikah karena perjodohan dari pihak Ibu Rr. Dian," tangkas Pak Dul menjawab.

Aku manggut-manggut. Meski mulai memahami cerita, tapi belum menemukan benang merah tentang ibu kandung Ilyasar. Cerita yang kudapat begitu rumit. Kepalaku bekerja keras untuk mengurainya satu demi satu.

Sejenak kami saling diam dengan pikiran masing-masing. Kulihat Pak Dul menelan air liur. Buru-buru Aku ambilkan air mineral. Mukanya yang pada awal cerita tampak terbebani, kini wajah itu mulai mencair lebih rileks. Ada senyum pada sudut bibir yang penuh dengan pengalaman batin itu.

"Saya lanjut ya, Bu," ujarnya menawarkan. Tanpa menunggu jawaban Dia melanjutkan.

"Perjodohan itu atas inisiatif Ibu Rr. Dian. Ibu Indah enggan menolak karena merasa terlalu sering menerima bantuan hidup sejak masih kanak-kanak hingga dewasa. Meski juga tahu anaknya telah memiliki kekasih."

"Ha? Dramatis sekali. Seperti cerita sinetron," selaku. Aku mulai menangkap benang merahnya. Tetapi lebih suka mendengar kepastian pikiranku dari uraian cerita Pak Dul.

"Benar sekali, Bu. Seperti cerita Sinetron. Itu adalah awal kisah perjalanan Pak dokter. Pak dokter menikahi Puteri Ibu Rr. Dian!" Pungkasnya lirih.

Setiap manusia tak mampu mengetahui dengan siapa akan berjodoh. Jika Tuhan telah menentukan, seharusnya itu adalah yang terbaik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul, Bu. Sukses selalu.

01 Jun
Balas



search

New Post