Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
RAMBUT PALSU (4)

RAMBUT PALSU (4)

#Tantangangurusiana(125)

Tanpa kusadari, aku menjaga jarak dengan Tasya. Bukan karena apa-apa, tetapi lebih kepada rasa ngeri pada perwujudannya. Tak banyak orang memperhatikan itu. Karena Tasya memang senantiasa berubah sesuai model rambut palsunya.

"Tas..., percaya tidak bahwa setiap benda baik mati atau hidup memiliki energi,"

"Iyalah. Benda mati menyerap energi dari benda hidup...,"

"Dan bersinergi jika terjadi kecocokan atau kebiasaan. Demikian pula dengan rambut palsumu,"

"Hem...," dengus Tasya cuek. Saat itu dia di kamarku dengan rambut aslinya.

"Rambut coklatmu akan menguasaimu, karena memiliki energi lebih kuat darimu,"

"Maksudnya?"

"Di setiap memakai rambut coklat, bukan hanya kepribadianmu yang berubah. Tetapi juga wajahmu,"

"Masa? Tapi lingkungan masih mengenaliku kok,"

"Itu karena mereka tidak memperhatikan dengan seksama. Coba lihat nih...," Aku menunjukkan wajahnya saat dipoto Rio.

"Ini aku, ya? Ini mbak Miriam!"

"Tas, Mbak Miriam, siapa?"

"Nama pemilik rambut coklat,"

"Kau mengenalnya?"

"Tidaklah. Bang Ucok yang cerita. Bahwa Mbak Miriam menjual rambut indahnya untuk pengobatan pacarnya. Tetapi pacarnya jadi tidak mengenalinya, dan meninggalkannya...,"

"Itu cerita benar atau karangan?"

"Apa bedanya? Kenal juga tidak," ujar Tasya santai.

"Kalau itu benar, energinya negatif, Tas!"

"Negatif bagaimana?"

"Wajahmu saja berubah, kepribadianmu akan mengikuti..."

"Aku kan tidak pakai setiap hari. Paling juga hanya kuliah. Tampil beda aja...,"

"Tapi Tas...,"

"Udah ah, males bahasan itu. Pokok aku gak merugikan orang lain. Juga dirimu!" ujar Tasya dan berlalu menuju kamarnya.

Ups! Tasya beneran marahnya. Dari cara menutup pintu kamarku tampak jelas kesalnya. Beberapa saat aku merenung. Ucapannya tidak salah. Aku terlalu intervensi.

"Tas...," panggilku sambil mengetuk pintu kamarnya. Aku harus minta maaf padanya.

"Boleh masuk, ya?" tak ada jawaban.

Sesaat kemudian aku serasa mendengar orang bernyanyi dengan suara lirih laksana gumaman. Kucari dari mana asalnya. Saat telinga aku tempelkan pada daun pintu kamar Tasya, aku mendegarnya dengan jelas.

Pelan aku mendorong pintu kamar Tasya. Dan tergeragap. Tasya sudah mengenakan rambut coklatnya. Dia menunduk seolah sedang melamun.

"Tas..," panggilku lirih. Tetap berdiri di depan pintu kamarnya.

Saat Tasya mengangkat wajahnya, aku melihat itu bukanlah wajah Tasya. Mungkin itu wajah mbak Miriam. Wajah yang dewasa dan dingin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post