Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
RAMBUT PALSU (7)

RAMBUT PALSU (7)

#Tantangangurusiana(128)

Bang Ucok memberiku dan Rio secangkir teh hangat. Minuman yang serasa menghangatkan hati dan jiwa. Sejurus kemudian kami sudah tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Saat Tasya kembali dari gudang, wajahnya saat itu luar biasa gembira...," lanjut Bang Ucok beberapa saat.

Ucok masih ingat bagaimana Tasya memegang rambut Miriam dengan rasa suka cita.

"Bagus banget rambutnya, Bang. Mengapa gak ditawarin ke aku sih?"

"Sudah kumal begitu kau bilang bagus

Ngipi ya?"

"Ini luar biasa bagus, Bang. Eksotik. Aku suka...,"

Tasya tak puas-puasnya memegang dan memasang rambut berwarna coklat itu. Senyum terkembang lebar senantiasa menghiasi bibirnya.

"Bagaimana, Bang?" tanya Tasya meminta penilaian, saat rambut palsu sudah tertata rapi pada kepalanya.

Saat itu Bang Ucok melihat bahwa rambut itu memang sangat pantas di kepala Tasya. Poni yang menjadi ciri khas dan panjang bergelombang. Bang Ucok justru tidak melihat kumalnya rambut palsu yang sudah tidak terawat lagi. Rambut palsu itu serasa hidup pada kepala yang seharusnya.

"Luar biasa! Kau seperti berjodoh dengan rambut itu."

"Hahahaha...," Tasya tertawa senang.

"Apa Abang sudah pernah bercerita tentang siapa pemilik rambut itu?" sergaku.

"Tentu! Saat dia kembali lagi untuk perawatan rambut palsunya, aku sampaikan jika rambut itu milik Miriam yang dijual untuk pengobatan kekasihnya."

Tak lama terdengar adzan Mahgrib.

"Masih boleh lanjut kan, Bang? Tanggung nih?"

"Sesukamu aja. Lagian salon juga lagi santai. Aku ada beberapa foto album Miriam. Sekalian aku cari, ya?"

Bergegas dan bergantian, aku dan Rio menjalankan sholat Mahrib pada ruangan yang hanya cukup untuk seorang saja. Sesudah selesai, kami disuguhi semangkok bakso panas. Bersama karyawan yang lain kita menyuap bakso tanpa banyak bicara. Entahlah, suasana yang terjadi begitu senyap.

"Itu foto-foto Miriam. Sempat aku jadiin model contoh perawatan rambut," ujar Bang Ucok sambil membuka Album foto lama. Tampak keceriaan Miriam dalam bergaya. Mata dan bibir itu sangat aku kenal. Itu mata dan bibir Tasya.

"Jika keduanya begitu mirip, masa gak ada perbedaannya, Bang. Maksudku hobi Mbak Miriam apa ya?"

Sejenak kulihat Bang Ucok berpikir.

"Miriam itu atlit jalan cepat. Ceria tetapi tidak seperti Tasya yang banyak bicara. Tidak pendiam tidak juga ramai. Begitu!"

"Ha? Apakah Mbak Miriam jalannya cepat, begitu?"

"Tentunya! Dia kan atlit?"

"Berarti saat itu aku berangkat bersama Mbak Miriam. Bukannya Tasya!"

Dengan jantung berdebar aku bercerita saat berangkat kuliah, dimana Tasya tidak banyak bicara dan meninggalkanku di parkiran.

"Tasya asli sudah berangkat sebagai yang ibu kos bilang. Haaaaa," aku menangis ketakutan.

"Hei, mengapa kau menangis? Miriam itu masih hidup. Begitu yang aku dengar saat aku bertanya pada Sony...,"

"Oh ya? Di mana sekarang, Bang?" teriakku penasaran. Ketakutanku berkurang. Aku harus menemui Miriam. Mengembalikan rambut kesayangannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, makin seru. Sukses selalu dan barakallahu fiik

02 Jul
Balas

Terimakasih ya bu..

02 Jul



search

New Post