RAMBUT PALSU (9)
#Tantangangurusiana(130)
Aku nyampe kos saat pracangan bu kos sudah tertutup rapat. Alamat aku terkunci. Aturan di kos ku memang ketat. Kayak anak kos SMA. Pukul sembilan sudah harus di dalam kos, kecuali ijin telat. Padahal aku belum ijin sebelumnya.
"Tas, aku di luar. Bukain pintu, dong," tilpunku pada Tasya.
Tak berapa lama Tasya turun. Aku tergeragap waktu dia memakai rambut coklat. Reflek aku merapat pada Rio.
"Stttt...," bisik Rio menenangkanku. Tapi tubuhku sudah bergetar hebat.
"Loh, malam-malam sama Rio. Memang kalian jadian ya? Ujar Tasya. Suaranya ringan dan cempreng. Itu memang suara Tasya.
"Di rumah ngapain pake rambut coklat?" sentakku.
"Memang kenapa? Untuk nakuti kamu. Jadi gagal deh ada Rio!"
"Gak lucu!" sentakku sambil menjambak rambut coklatnya, saat aku sudah masuk dalam pagar. Di saat itu aku sempat mencium aroma rambut. Harum, tidak berbau air comberan seperti tempo hari.
"Rio, makasih ya," ucapku dan berlari sebelum Tasya menyadari. Aku tak mau berada di belakangnya melewati tangga kos yang gelap gulita.
"Enak aja main ninggalin," kudengar suara Tasya yang tidak aku hiraukan. Secepat angin aku berlari menuju kamar kos dan:
"Clik!" segera kukunci pintu kamar. Sudah beberapa hari ini aku merasa tidak nyaman jika Tasya main ke kamarku dengan rambut coklatnya.
"De..., Dea...," kudengar Tasya memanggil dan memutar handle pintu kamarku berkali-kali. Aku memperhatikan dengan rasa takut.
"Aku capek Tas. Maaf!" teriakku mengusirnya.
"Cerita bentar dong. Jadian ya sama Rio?"
Aku tak menjawab. Pura-pura tertidur. Tak berapa lama kudengar langkahnya menjauh dari kamarku. Aku menarik napas lega. Segera menuju tempat tidur. Aku tak ingin tidur larut malam dan bertemu dengan kejadian yang mengerikan lagi.
Sejak Tasya memiliki rambut coklat, hubungan kami agak renggang. Aku selalu mengunci pintu kamar dan pura-pura tertidur, saat dia memintaku membuka pintu.
"De, kamu kenapa sih kok seperti menjauh dariku?" tanyanya suatu hari. Saat itu dia memakai rambutnya sendiri.
Sejenak kutatap wajahnya. Aku ragu untuk berkata jujur. Tapi aku juga tidak pandai untuk berbohong.
"Asli aku ketakutan setiap kau memakai rambut coklat,"
"Takut apa?"
"Wajahmu berubah menyeramkan. Tuh lihat fotomu dengan rambut coklatmu. Persis seperti yang punya rambut!"
"Ya memang itu rambut Mbak Miriam. Kalau menjadi mirip saat kukenakan ya wajarlah. Aku pake model Cleopatra, kau juga tidak takut. Padahal orangnya sudah mati. Ini Mbak Miriam masih hidup loh. Apa alasanmu menjadi takut?"
Aku terdiam dengan keterangan panjang lebar yang masuk di akal. Sejenak aku tidak dapat membantah argumentasinya.
"Tapi rambut itu memiliki aura negatif, Tas. Rambut itu simbol cinta suci yang tersakiti,"
"Heleh, sejak jadian dengan Rio bahasamu jadi kayak sastrawan kesiangan,"
"Aku serius Tas. Apa yang kau rasakan saat memakai rambut itu?" tantangku. Tapi harus menelan pil kekecewaan saat Tasya tidak menggubrisnya.
"Tidak merasa apa-apa selain perasaan eksotik,"
"Rambut itu memiliki aura negatif dan positif yang saling tarik menarik. Itu sebabnya terkadang kau adalah dirimu, dan kau adalah Mbak Miriam?
"Terus hubungannya dengan aku, apa?" sentak Tasya. Sejenak aku gelagapan tak dapat menjawab.
"Kalau memang mau berteori itu yang bener....,"
Aku tersenyum kecut. Tak tahu harus berkata apa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kasihan liat si Dea yang ketakutan karena rambut palsu Tasya. Mantap ceritanya,bu. Sukses selalu.
Terimakasih ya...