Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
RAMBUT PALSU

RAMBUT PALSU

#Tangangangurusiana(136)

 

Pada salam yang ketiga, baru terdengar jawaban.

 

"Waalaikumsalam. Mohon maaf, apa saya pangling ya?" tanya seorang wanita sepuh yang masih jelas terlihat kecantikannya. Badannya tinggi semampai.

 

"Ibu memang belum mengenal kami," jawab Rio ramah. "Tetapi kami ada sedikit keperluan," lanjut Rio.

 

"Oh kalau begitu, monggo silakan masuk. Silakan duduk. Rumahnya sederhana saja,"

 

"Terimakasih, bu," sahutku."Tapi ini benar rumah Mbak Miriam ya, bu? Kami temannya,"  aku bertanya dengan sedikit berbohong.

 

Sejenak wanita di depanku termangu. Raut kesedihan seketika membias di wajah cantiknya.

 

"Benar, tidak salah. Duduklah. Sebentar ya nak, saya ambilkan air putih dulu," ujar ibu cantik itu sebelum aku sempat mencegahnya, sudah berlalu cepat.

 

Sejenak kulihat Tasya. Kusenggol Rio sebagai isyarat melihat Tasya.

 

"Kau baik-baik saja, Tas? Kau sedikit pucat?" tanyaku khawatir, meski aku sudah menyiapkan mental untuk menerima kejutan dari perilakunya.

 

"Entahlah, aku merasa gelisah dan badanku serasa gak enak. Kayak masuk angin begitu,"

 

"Biasa, pengaruh yang wajar. Saat ini kita sedang di rumah Mbak Miriam. Energi rambut coklatnya semakin menguat,"

 

"Kau menakutiku, ya?"

 

"Tidak. Banyak baca sholawat saja. Semoga semua akan baik-baik saja. Kita berniat baik kok,"

 

Tak berapa lama kudengar motor yang menderu hingga depan ruang tamu, dimana kami berada. Sekilas kulihat wanita dewasa yang mengendarainya. Tak berapa lama masuk dan menyapa.

 

"Wah, ada tamu ya," ujarnya menghadap kami tempat duduk kami. Tapi saat pandangannya jatuh pada Tasya, wajahnya berubah sedikit pucat.

 

"Dia Tasya, teman saya. Saya Dea, dan dia adalah Rio," kataku memperkenalkan diri. Tapi tatapnya tetap fokus kepada Tasya. Sedang Tasya kulihat mulai gelisah. Jemarinya yang masih kugenggam terasa semakin dingin. Aku memantau keadaannya melalui suhu tubuhnya.

 

"Eh, saya Aisyah. Kakak dari Miriam," ujarnya sambil tak lepas mengamati Tasya. Kulihat ada kesenduan di matanya.

 

Aku akan angkat bicara ketika si ibu cantik datang dengan nampan berisi air. Kakak Miriam beranjak ke dalam. Tak berapa lama kembali lagi dengan membawa kacamata yang diulurkan pada wanita yang membawa air minum itu.

 

"Buk, monggo dipunagem. Kersane saget mirsani Mbak Tasya yang mirip Miriam," ujarnya. Sang ibu menurut. Aku menunggu detik-detik yang menegangkan saat sang ibu telah memakainya.

 

"Duh Gusti Allah, mengapa persis seperti ini?" ujar sang ibu berteriak tertahan. Tak berapa lama airmatanya menetes dengan tangannya menekan dada.

 

"Dia Tasya, Bu. Bukan Mbak Miriam. Tetapi memang rambutnya milik Mbak Miriam," terangku hati-hati.

 

"Maksudnya?"

 

Maka aku bercerita bagaimana Tasya membeli rambut Miriam dari salon Bang Ucok. Tentu saja tidak sepenuhnya aku ceritakan. Hanya kusampaikan yang penting-penting saja.

 

"Bang Ucok selalu menyertakan nama pemilik rambut  Bu. Jadi jelas siapa pemiliknya," ujarku menerangkan.

 

"Kami ke sini sekadar bersilaturahmi,  karena kata Bang Ucok Mbak Miriam sedang sakit. Benarkah itu, Bu?" tanyaku dengan sangat hati-hati.  Aku hanya takut mereka salah paham.

 

"Miriam memang tidak mujur nasibnya," begitu sang Ibu memulai bercerita. Sedang Aisyah, tampak terpekur di sampingnya.

 

Semua keluarga Miriam telah mengetahui siapa Sony. Karena Sony sudah pernah datang berkunjung. Dan sekeluarga merestuinya, meski saat itu Sony belum memiliki pekerjaan yang layak. Mereka orang desa yang selalu berpikir sederhana tentang sebuah kehidupan.

 

"Miriam sepenuh hati mencintai Sony, entah karena apa tak tahu. Tapi itu kenyataannya," Aisyah mulai nimbrung.

 

"Saya sudah mengatakan untuk segera menikah. Tak baik berlama-lama pacaran. Tapi Sony merasa tidak siap,"

 

"Tak sedikit pengorbanan Miriam untuk Nak Sony...hikhikhik...," kali ini ibu cantik itu menangis. Duduknya mendekati Tasya. Lembut membelai rambutnya. Tasya menunduk dalam. Aku juga tenggelam dalam kesedihan.

 

"Saat Miriam menyatakan kalau Sony membutuhkan biaya operasi, kami sekeluarga bahu membahu mencari jalan ke luarnya. Miriam bahkan rela menjual rambutnya. Belum termasuk tabungan yang dia punya dan pinjaman untuk memenuhi kekurangannya," suara Aisyah lirih menjelaskan. Jelas sakit hati menyertai ucapannya.

 

"Sebenarnya kami ingin mengikhlaskan semuanya, agar Miriam lapang menuju jalan pulang. Tapi Sony sama sekali tak punya belas kasihan pada Miriam?"

 

"Keadaan Mbak Miriam, bagaimana Bu?" tanyaku tak sabar.

 

"Saat setelah kecelakaan dia masih baik-baik saja. Hanya pikirannya yang terkadang tidak baik. Sering menangis berlama-lama. Lama-lama dia seolah tak mampu mengenali kami. Atau sangat lama untuk mengingat satu per satu dari keluarganya," 

 

"Setiap hari yang disebut hanya nama Sony dan mencari rambutnya!"

 

Aku dan Rio saling berpandangan. Sejenak kami menatap Tasya yang masih terus menunduk. Entah apa yang dipikirkannya.

 

"Setahun ini semakin memburuk. Matanya terbuka tapi badannya terdiam. Matanya terus terbuka pagi dan malam," kali ini Aisyah tak sanggup untuk membendung airmatanya. Ibunya juga menangis. Aku pun demikian. Terisak dengan diam-diam.

 

"Kalian pasti ingin melihatnya. Ayo kita ke kamarnya," ajak sang ibu. Kami bertiga mengekor di belakang menuju kamar Miriam.

 

Sesaat pintu kamar Mbak Miriam dibuka.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

ada sambungannya ya Bu...salam

10 Jul
Balas

Iya...ikuti ya...terimakasih...

10 Jul

Keren Bun, ada sambungan nya ya?

10 Jul
Balas

Iya...

10 Jul

keren bun, salam literasi

10 Jul
Balas

Terimakasih ya...

10 Jul



search

New Post