Sulistiana

Saya Sulistiana guru Bk di SMA N 1 Kebomas Gresik. Salam Kenal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SANG PAHLAWAN (25)

SANG PAHLAWAN (25)

#Tantangangurusiana(113)

Masalah dari ketiga muridku cukup menguras energi. Tapi yang paling membuat para guru terbelalak adalah kasus ketiganya saling berhubungan. Berawal dari Ilyasar dan berakhir pada Ningrum. Semoga tidak merembet pada kasus yang lain.

"Assalamualaikum...,"

Suara seseorang pada pintu masuk kantorku yang terbuka.

"Waalaikumsalam...," jawabku.

Aku terkejut saat mendapati yang berdiri di depanku adalah kedua oran tua Fikri. Aku berdoa semoga membawa kabar baik atas kelanjutan kasus putranya.

"Saya sebenarnya sudah tidak ada keperluan, bu...," ucapnya lirih.

"Jangan sungkan seperti itu, pak. Jika tahu bapak sudah mendarat, saya yang akan berkunjung ke rumah bapak. Saya sudah pesan itu pada Fikri...,"

"Fikri sudah menyampaikan, bu. Karena merasa Fikri bukan siswa sini lagi, saya yang berniat berkunjung...,"

"Terimakasi, pak...,"

Beberapa saat suasana hening. Aku merasa tidak terlalu nyaman untuk bertanya, mengingat Fikri sudah menjadi korban hingga dipindahkan sekolahnya.

"Sebelumnya, saya sungguh minta maaf ya, pak," kataku akhirnya. Karena kulihat ayah Fikri belum juga bicara.

"Saya sudah mendarat seminggu yang lalu, bu. Sudah mendengar cerita dari istri saya. Sebagai seorang ayah, saya merasa terpukul dengan kenyataan yang ada....,"

Ayah Fikri berhenti sejenak.

"Ingin sekali saya menuntut balik, bu...,"

Lalu disampaikan bahwa niat itu tidak dilakukan karena dicegah oleh Fikri.

"Selama ini saya banyak berfikir hal buruk tentang anak saya. Dan mendapati kenyataan bahwa Fikri telah menjadi pemuda dengan pemikiran yang bijaksana...,"

Aku menarik napas lega. Sudah bisa menerka apa yang menjadi keputusan wali murid di depanku.

"Fikri memang anak baik, pak. Meski sedikit temperamen. Tapi dengan berjalannya waktu akan semakin mengalami kematangan...,"

"Yang diinginkan Fikri hanya perasaan tenang dalam belajar. Dia tak ingin kasusnya diperpanjang lagi...,"

Lelaki itu tampak menghapus air matanya. Kulihat istrinya memberi kekuatan dengan menggenggam jemari suaminya. Sepertinya aku melihat pemandangan yang mesra di hadapanku.

"Sikapnya itu yang membuat saya akan mengajukan pengunduran diri kerja di laut, bu. Saya sudah mengirim permohonan untuk pindah di darat. Menjadi satpam juga tidak apa-apa...,"

Aku melongo dengan kabar baru yang tidak kusangka-sangka.

"Saya ingin mendampingi masa tumbuh kembang anak saya. Untung istri saya pandai berhemat, sehingga ada modal yang cukup untuk berwiraswasta. Lagipula biaya pendidikan Fikri sudah ditanggung orangtua Dio...,"

"Alhamdulillah, pak...,"

"Tapi bukan karena ayah Dio saya melakukan semua ini. Saya hanya berpikir, jika Fikri yang sekecil itu tak mau lagi memperpanjangnya, mengapa saya yang sudah tua masih merasa ngotot?

"Cukuplah bagi saya memiliki kesadaran bahwa semua yang terjadi bukan kesalahan Fikri semata. Saya terlalu keras terhadap anak itu, juga terhadap adik-adiknya, dan juga kepada istri saya...,"

So sweat....

Aku merasa terharu saat ayah Fikri memeluk istrinya di depanku.

Aku merasa sangat bersyukur dengan semua keajaiban yang terjadi di depan mataku. Akhir yang indah meski harus rela menekan ego yang ada.

"Berarti ayah Fikri sudah mengikhlaskan semuanya, ya bu? Kasus Dio selesai ya?" tanya wali kelas Fikri setelah kujelaskan semua maksud kedatangan orangtua Fikri.

"Orangtua Fikri tidak menuntut balik kasus putranya. Sudah menyampaikan duduk pekaranya bersama ayah Dio pada pihak kepolisian. Fikri juga tidak perlu wajib lapor lagi. Nama baiknya akan segera dipulihkan," terangku panjang lebar penuh semangat.

Ada perasaan lega dan bahagia saat aku juga menyampaikan kabar serupa pada kepala sekolah dan guru-guru yang lain.

"Bijaksana sekali orangtuanya...," ujar kepala sekolahku.

"Bukan orangtuanya, pak. Tetapi Fikri yang memintanya...,"

Kepala sekolah menatapku luruh.

"Kita salah dalam menilainya, bu...," ujar kepala sekolahku penuh penyesalan.

"Saya juga tak mempertimbangkan keberatan bu Ika...,"

"Bukan begitu pak. Saat itu kita tak memiliki bukti kuat untuk membelanya...," jawabku untuk mengurangi bebannya.

"Atur tanggalnya bu, kita akan melaksanakan pemberian penghargaan. Untuk sekadar mengembalikan namanya...,"

"Siap, pak. Terimakasih. Segera saya lalukan!"

Pelangi akan muncul setelah hujan lebat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaallah, setiap anak fitrahnya baik. Orang tua, lingkungan dan sistemlah yang mewarnai.

16 Jun
Balas

Terimakasih bu...hadirnya...

16 Jun

Lincah, sopan dan keren!

16 Jun
Balas



search

New Post