TELEPON CINTA
#Tantangangurusiana(120)
"Kau bener gak suka dia. Lucu gitu kesan anaknya. Ramai dan smart!"
"Bukan tipeku,"
"Tapi dia suka sama kamu loh,"
"Aku tahu. Tapi rasa tak bisa dipaksa. Dia baik, lucu, menceriakan suasana. Tapi hatiku tak mengikutinya. Kau naksir, ya?"
Radit terdiam dengan pertanyaan mendadak itu. Tapi enggan untuk mengakuinya.
"Nggak lah. Masa bekas teman sendiri mau?"
"Bekas apanya. Sembarangan aja...,"
"Maaf.., maaf...," tapi Radit menjadi lega. Setidaknya dia sudah memastikan sejauh mana hubungan diantara keduanya.
Gadis itu bernama Nindita. Radit tidak tahu, apa yang membuatnya tertarik pada gadis beda jurusan itu.Tapi sebaliknya, Nindita justru memberi perhatian pada Elang, teman sekamarnya. Kepalang tanggung, Radit mencari cara untuk menaklukkan gadis yang menarik perhatiannya itu.
Pagi itu Radit sedang menunggu kamar mandi yang masih dipergunakan oleh Elang. Ketika dia melihat gawai temannya itu bergetar.
"Nindita...," desisnya kala melihat siapa yang sedang menghubungi teman sekamarnya itu. Tiba-tiba saja rasa ingin tahu menggodanya. Tanpa pikir panjang, dijawabnya dering panggilan itu.
"Hallo...,"
"Lama banget, si Lang...,"
Radit terkejut. Gadis itu mengira dirinya adalah Elang. Tiba-tiba ada debar bahagia yang membuatnya meneruskan aksinya.
"Kuliah jam berapa?"
"Kosong untuk hari ini. Ada apa?"
Lalu percakapan itu berlanjut hingga Elang selesai mandi. Sejak saat itu Radit selalu menghubungi Nindita melalui gawai Elang.
"Yang kau lakukan tidak benar," tegur Elang.
"Aku tahu. Biarlah sementara begini...,"
"Lalu...,"
"Kalau memang dia akan menjadi bagian dari cerita hidupku, jalannya akan terbuka sendiri...," jawab Radit santai. Elang mengendik cuek. Sahabatnya itu memang tampak seenaknya. Tapi hatinya baik.
Yang ditakutkan Elang menjadi kenyataan. Nindita berpikir yang selalu rajin menghubunginya adalah Elang. Tetapi setiap bertemu mengapa Elang senantiasa dingin? Tidak seromantis dalam sapaan dan candaan. Nindita menjadi bingung.
"Lihatlah, apa kau tidak tahu Nindita dalam kebingungan...," tegur Elang tak enak pada Nindita.
"Baiklah. Akan aku selesaikan semuanya. Kalau memang dia jodohku, semua akan menjadi lebih baik...," jawab Radit. Pedih hatinya jika Nindita tetap tak bisa ditaklukkan hatinya.
Tapi apa yang dikata tak semudah yang dilakukan.
"Mengapa masih juga belum dikelarin?"
"Kalau dia marah, aku bisa memahaminya. Tapi kalau dia merasa malu dan menangis, aku pasti tak bisa memaafkan salahku,"
Elang melihat Radit berada dalam kebingungan yang tak berujung.
"Tapi kau bilang cinta akan menemukan jalannya...,"
"Aku gak masalah dia tetap menolakku. Tapi tak mampu melihatnya patah hati karena berpikir ulahku adalah dirimu...,"
Radit terjebak dalam keisengannya sendiri. Tapi semua dilakukan hanya karena dorongan cinta.
"Hadapi kenyataan, apapun itu...,"
Sudah lama Radit tak menghubungi Nindita. Demikian pula sebaliknya. Radit tak tahu, apa semua kebetulan. Biasanya Nindita menghubunginya melalui gawai Elang. Atau dia yang melakukannya.
Kerinduan yang mendalam, membuatnya rela mengambil resiko. Didatanginya kos Nindita. Ini akan menjadi malam yang membuka jalan atau tertutup jalan, Radit sudah siap menghadapinya.
"Nin..., sebelumnya aku mau minta maaf...,"
Nindita mengejang tubuhnya. Hampir satu bulan kemarahan mengungkung dirinya.
"Yang menjawab dan yang meneponmu bukan aku, tapi Radit," kata Elang menyampaikan pada Nindita.
Nindita hancur hatinya, terutama rasa amarah merasa dipermainkan.
"Jika kau tak suka padaku, tidak begini caranya. Apa salahku? Apa jatuh cinta itu salah? Kau sungguh tega...,"
Sejak kebenaran itu Nindita menunggu Radit untuk berani menjelaskan duduk pekaranya. Tapi pemuda itu tak muncul-muncul. Hampir dia yang mendahului datang, saat Radit menemuinya lebih dulu. Tapi kemaran Nindita tak berkurang.
"Apa maksudmu berlaku seperti itu? Apa hendak mengolok perasaanku. Suatu saat kau akan merasakan bagaimana rasanya cinta bertepuk sebelah tangan...," Nindita meluapkan segenap kemarahannya. Dan berakhir dengan pengusiran.
"Semua karena aku mencintaimu, Nin. Maafkan aku salah telah melakukan semua ini. Tak ada niat jahat...,"
"Pergi!" bentak Nindi tak mampu menguasai kecewa hatinya.
Retak sudah impian Nindita. Dia sangat membenci Elang dan juga Radit. Tetiba saja hatinya menjadi sekeras batu.
"Radit tidak sepenuhnya salah. Kau yang memanggilnya Elang. Herannya, mengapa kau tidak bisa membedakan suara Elang atau bukan. Jadi kau juga salah. Jangan hanya menyudutkan Radit. Kau tahu cinta tak pernah salah, bukan?" ucap Ratih, sahabatnya.
Malam ini Nindita dapat menimbang semua ucapan Ratih. Radit tidak sepenuhnya salah. Dirinya juga ada salah. Hanya cinta yang tidak pernah salah. Cintanya pada Elang, bukan kesalahan. Cinta Radit padanya, juga demikian.
Pemikiran itu membuatnya merindukan Radit. Kedekatan tanpa sengaja dari sebuah telepon cinta. Kepribadian Radit lebih dia sukai, daripada Elang yang selalu jaim. Radit lebih terkesan sederhana, jujur, dan humoris. Humoris yang membuatnya terlihat romantis.
"Hallo..., tolong jangan tutup dulu," suara Radit memelas. Nindita menahan napas. Radit menghubunginya melalui nomornya sendiri.
"Maafkan aku. Janganlah terus marah padaku. Aku terima kau tidak mencintaiku...,"
"Radit!" pekik Nindita. Dia tak mampu membohongi isi hatinya. Kali ini dia tak mau kehilangan untuk yang kedua.
Di tempat tak jauh dari Nindita berada, Radit ada di sana. Mengawasi Nindita dari belakang. Segera ditutupnya suara panggilan, sesaat dia sudah di depan Nindita.
"Maafkan aku. Cinta memang tak bisa dipaksakan...," ujar Radit sambil mengulurkan tangan.
Nindita tak tahu harus berbuat apa. Perasaannya telah bersemi untuk Radit, tetapi pemuda itu tak mengetahuinya.
"Boleh aku memulai dari awal?" tanya Radit. "Aku akan menghubungimu melalui nomorku sendiri.
"Kau?"
Radit mengerling jenaka. Itu adalah dirinya yang sebenarnya. Kejenakaan yang mampu membuat Nindita jatuh cinta meski salah mengeja nama. Tapi cinta memang tak pernah salah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bucan.....akhir yg bahagia
Terimakasih...