TERBITNYA MATAHARI
#Tantangangurysiana(112)
Setelah sampai di sekolah, aku dan para pengantar lainnya, melakukan pertemuan.
"Bagaimana pak hasil sementara kasus Ningrum?"
"Neneknya mengatakan Ningrum dalam kondisi tidak stabil. Butuh terapi. Saat ini sudah ada surat ijin tidak masuk dari rumah sakit,"
"Berarti kita hanya menunggu bagaimana sekolah Dio mengatasi kasusnya, ya?"
"Menurutku demikian. Ilyasar mengundurkan diri untuk terapi perilaku. Fikri kembali nama baiknya, dan Ningrum semoga segera membaik serta menemukan jalan ke luar dari kasusnya. Kuncinya ada pada Dio. Aku rasa Dio juga butuh penanganan medis," pungkasku.
------
Tiga hari Ningrum tidak masuk, ada sepasang suami istri elegan menungguku pagi-pagi. Keduanya adalah orang tua Dio.
"Kami tidak menyangka bu, Dio bisa berbuat tega kepada adik tirinya...," ayah Dio membuka pembicaraan. Tampak penyesalan yang dalam pada kedua matanya.
Aku belum pernah bertatap muka dengan Dio. Tapi sekilas melihat tampilan kedua orang tuanya, tampak keduanya tidak bermasalah. Mereka tampak elegan dan harmonis. Aku lihat ada kasih sayang pada keduanya.
"Kami memang sedang memperbaiki hubungan, bu. Ada banyak hal yang harus diselesaikan diantara kami. Sama sekali tidak menyangka aksi yang Dio lakukan. Kami kecolongan bu. Semua karena salah saya di masa lalu...," ujar ibu Dio.
Aku masih belum bicara. Terpaku dengan kasus yang sedemikian memprihatinkan. Mengorbankan anggota keluarga sendiri, juga masa depan siswa lain.
Aku lihat ayah Dio gelisah dan tegang.
"Saya malu, bu. Sungguh-sungguh malu. Telah membawa kasus Fikri pada pihak berwajib. Tak tahunya, anak saya sendiri kedok dari semuanya,"
Kulihat ada nada tertekan dari suaranya.
" Saya juga menyesalkan tidak ada waktu untuk Ningrum. Hingga anak itu jarang berkomunikasi dengan saya,"
Aku membiarkan ayah Dio terus berkeluh kesah.
"Ningrum dan neneknya akan tinggal bersama kami bu setelah Ningrum sembuh. Saya tahu itu sudah terlambat. Tapi saya tetap berharap mampu memperbaiki keadaan..,"
"Dio?"
"Sementara kami bawa pada terapis bu. Sambil menunggu bagaimana reaksi orang tua Fikri...,"
Aku hening. Ibu Fikri memang sudah diberitahu kebenarannya. Tapi ayahnya masih melaut. Bulan depan baru merapat kapalnya. Kemarin sekolah meminta tidak menyampaikan secara berita. Tapi membicarakannya bersama jika sudah sampai di rumah.
"Dari ibu Fikri memaafkan dan tidak melakukan tuntutan apa-apa. Semoga pemikirannya diterima suaminya...,"
"Ya Allah...," sahut ibu Dio dan menangis sesengukkan. Suaminya tampak sedikit lega dengan pemberitahuanku.
" Saya akan datang ke rumah Fikri, bu. Saya akan memberinya beasiswa hingga menjadi sarjana. Bukan berarti saya membeli kasus ini. Fikri sudah menjaga Ningrum sejak EsDe. Itu bukan hal sepele,"
Istrinya mengagguk setuju. Memang, orangtua Dio tak kan mampu membalas jasa Fikri yang telah menjaga Ningrum dari segala mara bahaya kakak tirinya.
"Saya pasrah bu, jika ayah Fikri membawa masalah ini pada pihak berwajib. Saya dapat memahaminya sebagai yang sudah saya perbuat untuk anak saya...,"
Kulihat ibu Dio yang tak banyak menyela. Aku tidak tahu bagaimana mereka memantau kejiwaan Dio di rumah.
"Saya hanya merasa sangat gagal. Kenyataan ini seolah mengingatkan saya yang tak banyak waktu untuk anak. Tak mengetahui siapa teman pergaulan anak saya. Juga apa kebutuhan psikologisnya...,"
Penyesalan memang selalu datangnya terlambat.
"Kedua anak saya harus menghadapi terapi kejiwaan, ini kenyataan yang sangat menyakitkan...,"
"Alhamdulillah jika bapak ibu tidak saling menyalahakan. Anak-anak membutuhkan orangtuanya...," kataku akhirnya.
"Kami para guru tidak akan mampu menggantikan peran orangtua. Kami hanya memiliki warna untuk anak-anak... "
Keduanya mengangguk-angguk sepakat. Aku tidak banyak bicara. Menghadapi wali murid yang berpendidikan tinggi dengan pengalaman yang luas, aku tak perlu berteori.
Kedua orangtua Dio pulang setelah meninggalkan surat perpanjangan istirahat bagi Ningrum. Sementara Ningrum masih pulang ke neneknya. Tapi keduanya telah menyetujui untuk tinggal bersama ayah Ningrum. Satu keputusan yang kuharap dapat menyembuhkan luka batin Ningrum.
----
Seminggu kemudian datang utusan dari sekolah Dio. Empat wakasek dan walikelas. Mereka menyampaikan Dio belum dikembalikan pada orang tua. Tetapi Dio melakukan cuti untuk terapi berkelanjutan. Ada surat terapi dari dokter kejiwaan sebagai penguatnya.
"Tak lupa juga meminta maaf atas dikembalikannya Fikri pada orang tua,"
Kepala sekolahku tak mampu menjawab. Beliau terpekur diam-diam. Ada penyesalan bergelanyut pada sorot matanya.
Waktu akan terus berlalu. Betapa pun ingin mengembalikannya.
15 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantap,,, sukses selalu
Terimakasih ya..
Closingnya asyik mbak bikin aku terpana
Makasih say...menuju 135 hal ...masih di 105...smg lancar...