THE END
#Tantangangurusiana(115)
Apa obat dari gelisah hati. Rindu setengah mati?
"Lupakan aku...,"
Yasmin mengatakan tanpa berani memandang wajah Seno di depannya.
"Yas..., aku tahu tidak selayaknya memintamu sebagai istriku. Yang kedua lagi..., tapi...,"
"Tidak ada tapi, Sen. Kita punya halangan masing-masing. Kau memiliki istri. Dan aku meski sudah single, anakku ketiganya lelaki. Mereka tak merelakan mamanya...,"
"Yas...,"
Tetiba Seno sudah bersimpuh di depannya dengan mata yang penuh harap.
"Kau mencintaiku. Juga aku. Tidak cukupkah itu bagi kita?"
"Kalau dulu kau menanggapi perasaanku, itu lebih dari cukup. Tapi yang sekarang..., anakku juga memiliki hak atas mamanya. Aku tidak mampu melukai hati mereka...," jawab Yasmin dengan sedih.
Yasmin sudah jatuh cinta pada Seno sejak SMP. Yasmin berpikir itu hanya sebatas kekaguman saja. Seno yang favorite dan kapten sepak bola.
Yasmin memang bagai punguk merindukan bulan. Menyukai pemuda yang saat itu menjadi idola. Yasmin tidak cantik, tidak pula pandai.
"Sapalah, biar dia memperhatikanmu," kata sahabat sebangkunya. Yasmin hanya bisa pasrah. Tak memiliki keberanian untuk menarik perhatian Seno.
Seno hanya mimpi di siang bolong baginya. Jangankan tersenyum manis, matanya bahkan terkesan meremehkan. Sakit luar biasa dalam hati Yasmin.
"Anaknya memang seperti itu. Cuek. Tapi baik kok. Atau butuh mak comblang?"
"Aku tak serendah itu!" sentak Yasmin.
Sakit hatinya atas sikap Seno. Sakit hati yang tersimpan dalam alam bawah sadar. Membuat kebencian tiada tertanggungkan. Hingga lulus SMP tak pernah berkata-kata layaknya seorang teman.
Saat SMA sakit hati itu tetap ada. Yasmin memiliki dendam atas cinta diam-diamnya. Dia mencoba memperbaiki diri. Belajar bagai orang gila. Mengikuti beberapa ekstra kurikuler dan menguasai dengan baik.
Tetiba Yasmin telah menjelma menjadi gadis favorite. Dicintai banyak pemuda. Berpacaran dengan berbagai jenis dan model pemuda terfavorite. Mencoba melupakan Seno.
"Kenapa sih kau ganti-ganti pacar?" tegur hatinya.
"Suka saja. Mereka gak seperti yang kuinginkan."
"Kau inginkan pemuda yang bagaimana?"
"Entahlah!" jawab Yasmin tak acuh.
Hingga perguruan tinggi Yasmin tak berubah. Berbagai pemuda silih berganti mengisi hari-harinya. Yasmin tak menyadari keadaannya. Tak mampu melupakan sakit hati atas sikap Seno padanya.
Saat memutuskan menikah juga tidak menyadari keputusannya. Bahkan saat memutuskan bercerai dengan suaminya, dia tak tahu apa tujuan hidupnya.
Tapi saat waktu kembali membawanya pada Seno, dia sadar. Siapa yang diinginkan dalam hidupnya. Tapi terlambat. Seno sudah memiliki pasangan.
Takdir cintanya ternyata belum berhenti. Dendam dan cinta melecut ke luar begitu saja. Tidak terlalu sulit memikat Seno.
"Apa mama rela menjadi istri kedua om Seno?"
Tanya panji anak pertamanya yang sebentar lagi menjadi sarjana.
"Mama boleh menikah, tapi bukan dengan om Seno. Panji dan adik-adik tak merelakan, ma...,"
Yasmin pasrah. Bukan hal yang sulit baginya mencari pengganti suaminya. Yasmin tidak cantik tetapi berkarakter. Itu yang membuatnya tidak sulit mencari pengganti suaminya.
Tapi dia hanya menginginkan Seno. Cinta masa lalunya.
"Aku bahkan merelakan seandainya dia hanya menyiriku," keluh Yasmin tak berdaya. Aku memandangnya penuh iba.
"Ternyata hanya dia yang kuinginkan dalam hidupku...," lenguhnya lirih. "Tapi anak-anakku tak mengijinkannya...,"
"Seandainya mereka mengijinkan, kau yakin dengan perasaan istri pertama Seno?"
"Aku tak meminta banyak. Cukup seminggu sekali dia menemuiku...,"
"Dan itu yang menyakitkan hati anakmu. Pernikahan macam apa itu?"
Tapi malam ini Yasmin bagai orang gila menahankan kerinduan untuk bertemu. Tak jauh berbeda dengan Seno.
"Aku akan memohon pada anak-anakmu...," ujar Seno pada pertemuan terahir.
"Jangan merendahkan diri seperti itu. Aku tidak akan merelakannya. Istrimu, bagaimana?"
"Aku belum membicarakannya,"
Yasmin tersenyum. Meski hatinya sangat menginginkan, tapi nuraninya tak mampu menyakiti hati wanita lain.
"Kita memang tak berjodoh. Jangan memaksa lagi."
Perlahan Yasmin berdiri. Menatap wajahnya yang terpantul dalam cermin. Diraihnya lipstik merah jambu.
Dengan cepat digoreskan kata: the end! Berhari-hari dibiarkan kaca riasnya tertuliskan demikian. Dia meyakini keputusannya. Tak sanggup baginya melukai wanita lain, bahkan seandainya anak-anak mengijinkan!
Cinta sejati bukan takdirnya, tapi hati nurani tak sanggup diingkarinya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren, bun. Cinta jangan sampai menyakiti hati yang lain. .
Hehehe...iya...terimakasih supportnya...
Keren Bunda dan tepat hehehe
Tq ya....barokallah...
Cinta tak bs dipaksa dan tak harus memiliki
Benar sekali...tq ya...