BELAJAR DEMOKRASI ALA SISWA DI PEDALAMAN
Tahun pertama mengajar di SMP Negeri satap Umandundu. Aku melihat ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Salah satunya tentang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Osis sangat penting. Untuk melatih siswa untuk bergorganisasi. Untuk melatih siswa berani tampil di depan. Menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran.
Menurut pak Adi, memang osis disini bisa di bilang tidak hidup. Belum pernah di adakan pemilihan ketua OSIS. Dari tahun ketahun hanya asal tunjuk saja. Siapa yang paling rajin dan berani memimpin apel. Itulah yang di anggap sebagai ketua OSIS.
Berbekal informasi tersebut. Aku, bersama teman-teman guru merancang untuk mengadakan pemilihan ketua OSIS secara Demokratis. Sebagai guru PPKn saya merasa bertanggung jawa untuk mengajarkan demokrasi kepada anak-anak. Momennya juga sangat pas. Kebetulan saat itu bertepatan dengan pelaksanaan Pilkada Sesentak di seluruh Indonesia.
Aku mulai mengumumkan kepada siswa. Agar yang berminat menjadi ketua OSIS segera menyetorkan nama. Jika tidak ada yang mendaftar, maka seluruh kelas bisa menyetorkan nama wakilnya. Didapatlah dua pasangan calon. Wanti berpasangan Aldo melawan Andro berpasangan dengan Jivon.
Dua pasangan yang di tetapkan harus menyusun rencana program. Aku mempersilahkan mereka meminta saran dari sanak saudara mereka. Agar mereka tak bingung. Mereka harus mengkampanyekan program tersebut menjelang pemilihan di mulai. Aku bersama teman guru juga mendampingi mereka hingga saat pemilihan tiba.
Menjelang pemilihan, semua rekan guru membantu untuk menyiapkan piranti yang di butuhkan. Aku membuat beberapa buah kardus untuk membuat kotak suara dan bilik suara. Lalu mengh aluskan beberapa biji kunyit untuk pengganti tinta. Tahapan pemilihan di atur sedemikian rupa. Mirip dengan PEMILU sesungguhnya.
Anak-anak sangat antusias. Pagi hari mejelang pemilihan mereka meneriakkan nama jagoan mereka masing-masing di sepanjang jalan. Lebih lagi ketika masing masing pasangan calon kampanye menyampaikan programnya. Sorak sorai para pendukung bergemuruh mendunkung jagoanya.
Pemilihan dimulai. Dua pasangan calon duduk di dalam ruangan. Layaknya pemilihan kepala desa. Dari luar kelas, anak-anak berjalan menuju meja panitia. Mengambil kartu suara. Lalu berjalan menuju bilik suara untuk mencoblos nama jagoanya. Bilik suara dari kardus cukup nyaman untuk memilih, dan menjamin kerahasiaan pemilih. Sebatang paku disiapkan untuk mencoblos. Usai mencoblos lalu berjalan menuju kotak suara. Memasukkan kartu suara kedalanya. Kemudia tanda tangan daftar hadir. Terakhir menyelupkan jari mereka kedalam kunyit yang dihaluskan. Sebagai ganti tinta. Usai memilih anak-anak duduk dikursi untuk menuggu proses perhitungan suara.
Anak-anak sangat antusis mengikuti pemilihan. Suasana tegang terjadi saat perhitungan suara. Satu persatu suara dibacakan. Dengan menuliskan jumlahnya di papan tulis. Sampai akhirnya didapatkan hasilnya. Andro dan Jivon berhasil meraih suara terbayak. Andro terpilih sebagai ketua OSIS, sedangkan Jivon sebagai wakilnya.
Sederhana saja namun penuh makna. Besar harapanku somoga pembelajaran ini bisa memberikan pengalaman berharga bagi mereka. Sehingga kelak mereka bisa menerapkan demokrasi yang bersih, jujur dan adil.



Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kalau di sekolah kami, guru juga ikut memilih pak, jadi makin seru