Sulistiyo

Saya seorang Guru Garis Depan (GGD) yang ditempatkan di Pedalaman Sumba Timur NTT...

Selengkapnya
Navigasi Web
PERGI KARENA TUGAS, PULANG KARENA RINDU
Mengankat motor menyebrangi sungai

PERGI KARENA TUGAS, PULANG KARENA RINDU

Aku sangat bersyukur kepada Allah SWT atas kemurahanNYA. Istriku diberikan jalan untuk berkarir di sini berdampingan denganku. Awal Februari 2016 Istriku lolos seleksi Pegawai Tidak Tetap (PTT). Formasi guru bahasa inggris yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Timur. Tetapi, aku juga merasa sedih harus berpisah dengan istriku, karena penempatannya agak jauh.

Sekolah istriku berjarak sekitar 20 kilo dari sekolahku. Namanya SMPN Satu Atap Langira. Sebenarnya 20 kilo meter tidaklah jauh. Namun jalan yang rusak, berbatu, berlumpur, bahkan sungai yang belum memiliki jembatan membuat jarak terasa jauh. Kebiasaan hidup bersama-sama akan segera berganti. Tetapi aku sadar segala sesuatu mempunyai resikonya masing-masing.

Setelah menerima SK Penugasan, aku mengantar istriku menuju tempat tugasnya yang baru. Aku berangkat mengendarai motor. Menuruni bukit dengan jalanan terjal. Melibas bebatuan lepas. Menyebrangi sungai tanpa jembatan.

Sekolah istriku satu arah ketika hendak menuju kota waingapu. Jika menggunakan motor kira-kira 1 jam lamanya dari sekolahku. Itupun jika cuaca sedang baik.

Sampai disana tepat siang bolong. Terik matahari terasa sangat menyengat kulit kami. Kami bertemu dengan Bapak Kepala Sekolah, Pak Jemi namanya. Aku sendiri sudah bebarapa kali bertemu tanpa sengaja dengan Pak Jemi, jadi kami sudah tidak canggung lagi. Disana juga ada kawan GGD Pak Nizar dan SM-3T Zuyyina dan Asri.

Setelah berbincang-bincang cukup lama, kami dipersilahkan untuk melihat-lihat mess yang akan ditempati istriku. Karena mess sudah penuh jadi istriku akan bergabung dengan adik-adik SM-3T yang masa mengabdinya tinggal 5 bulan saja.

Malam ini aku menginap disini. Aku tidak tega langsung meninggalkan istriku seorang diri. Walaupun di mess sebelah ada bapak wakil kepsek dan guru yang tinggal. Istriku seorang yang penakut. Dia tidak bisa tidur jika seorang diri di tempat yang baru. Apalagi penerangan disini hanyalah pelita. Pastilah halusinasinya menjadi liar.

Pagi mulai menyapa, cahaya matahari muai terlihat dari sela-sela lubang angin. Kulihat jam tangan yang ku gantungkan sudah menunjukkan pulul 06.30 wita. Aku segera bangun. Mengambil handuk dan sabun. Aku naik ke atas menuju kamar mandi sekolah yang letak tanahnya sedikit lebih tinggi dari mess istriku.

Tak kulamakan lagi mandiku. Aku segera berkemas untuk ke sekolah. Tak lupa sebelum berangkat ku sempatkan sarapan bersama istriku. Aku lihat wajah sedih istriku. Serasa tak ingin berpisah dariku. Aku mengerti mungkin dia merasa sepi karena tidak ada teman perempuan untuk diajaknya mengobrol. Tetangga mess mayoritas laki-laki. Rumah wargapun jauh dari sekolah.

Aku berpamitan dengan istriku, dengan berjanji akan mengunjunginya 2 hari lagi. Segera ku angkat tas ranselku. Bismillahirohmanirohim . Aku melaju dengan lumayan kencang. Aku takut terlambat datang ke sekolah. Syukurlah tadi malam tidak hujan, jadi air sungai tidak meluap.

Aku terus memacu kuda besiku. Di tiga perempat perjalanan aku bertemu gerombolan muridku yang berjalan menuju sekolah. Baju kaos yang basah, muka yang lusuh, nafas yang tersengal-sengal, dan keringat yang mengucur deras tampak dari mereka di jalanan mendaki.

‘’selamat pagi pak guru’’

‘’selamat pagi’’ jawabku

Aku merasa iba dengan mereka. Aku sejenak menghentikan laju motorku. Mengamati mereka satu-persatu yang penuh dengan peluh di wajah.

‘’ ayo semangat’’ kataku

‘’ Iya paaaaaak’’ seru mereka kompak.

‘’ sebenarnya pak guru ingin muat kalian, tapi karena jumlah kalian yang banyak tidak cukup motor pak guru, kalo hanya satu atau dua orang yang pak guru muat nanti kasihan yang lain’’

‘’ iya pak! ’’ jawab mereka

‘’ ya sudah pak guru jalan dulu ya’’

‘’ iya pak! ’’ teriak mereka dengan penuh semangat.

Aku sangat bersyukur murid-muridku memiliki semangat belajar yang tinggi meskipun dengan segala keterbatasan. Bahkan anak-anak lain di luar sana yang hidup serba berkecukupan belum tentu memiliki semangat seperti mereka.

Sekitar sepuluh menit berlalu. Sampailah aku di mess sekolah. Segera aku mengganti jaket dan celana jeans-ku dengan pakaian dinasku.

Aku mengajar dan bersenda gurau seperti biasa dengan muridku. Sepulang sekolah perutku keroncongan. Maklum terlalu bersemngat mengajar tak terasa tenagaku terkuras habis.

‘’masyaAllah... priok nasiku masih kosong’’

Aku lupa pagi tadi aku sarapan di mess istriku. Segera ku meraih beras dan memasaknya di kompor. Dari sebelah dapur bapak dari tiba tiba berteriak.

“Halo pak guru…”

“Iya bapak Dani” Jawabku

“Bisa masak ko, kalau tidak biar anak-bantu masak”

“Bisa bapak Dani, aman saja”

Aku bersyukur orang tua yang satu ini tak henti mengkhawatirkanku. Kali ini beliau kawatir kalau aku tidak bisa masak. Beliau sangat menyayangkan istriku harus pindah ke Langira.

Suka dan duka mewarnai perjalanan hidup ketika menjalani pisah tugas. Cobaan berat datang saat musim hujan. Sungai Apu Uru bajir besar. Airya sangat deras. Siap menghayutkan apapun yang di terjangya. Aku harus berjuang mengangkat motor menyebrangi sungai. Dengan cara menunggu bala bantuan dari warga sekitar. Atau menunggu sesama pengendara yang akan lewat. Tak jarang, aku harus kembali pulang jika tidak ada yang membantu menyebrang.

Namun ada suka di balik itu. Hati terasa bahagia ketika melihat anak-anak menyambutku di sekolah. Setelah melihat perjalanan mereka yang berat menuju sekolah. Hati juga terasa gembira. Saat istri menyambut kedatanganku dengan senyum bahagianya. Setelah dua hari berpisah.

Sumba Timur, 07. 06. 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tetap semangat Pak, berpisah dengan istri hanya sementara untuk mencerdaskan anak bangsa.

07 Jun
Balas

Super sekali Pak. Sebaiknya masuk kategori cerpen.

07 Jun
Balas



search

New Post