Sulistyowati

Sebagai guru MTsN 1 Banyuwangi, menyelesaikan pendidikan S-1 di IKIP PGRI Banyuwangi dan menyelesaikan pendidikan S-2 di Universitas Negeri Gorontalo Beberapa ...

Selengkapnya
Navigasi Web

BAGIAN 2 BAB 1 MERAJUT ASA

Waktu pendaftaran mahasiswa barupun tiba, Tyas bersama empat teman perempuannya berangkat menuju kampus untuk mendaftar. Karena memang jarak rumah dan kampus relatif jauh maka Tyas bersama keempat temannya menginap di rumah saudaranya Wita.

Masa SMA memang masa yang paling membahagiakan. Masa belajar menjadi orang dewasa dan bahkan bersikap sok dewasa. Namun masa itu harus ditinggalkan, terus melangkah menyongsong masa depan demi sebuah cita-cita. Untuk mewujudkan cita-citanya Tyas dan tema-temannya mengawalinya dari sini.

Pelaksanaan test penerimaan mahasiswa barupun tiba, dua hari sebelumnya Tyas dan Santy janji ketemuan membicarakan masalah tempat kost selama pelaksanaan test, tiba- tiba teman Tyas yang bernama Nina menawarkan tempat kost kakaknya yang kebetulan saat pelaksanaan test penerimaan mahasiswa baru kakanya libur. Tanpa berpikir panjang akhirnya mereka menyetujuinya. Keesokannya hari mereka sepakat untuk berangkat ke tempat kost. Tersebut. Nina muncul bersama seorang laki -laki, kebetulan Tyas dan Santy sudah duluan datang.

"Nina….mana kakakmu kok lama" tanya Tyas sambil menengok ke kanan kea rah rumah Nina.

"Kami kan sudah datang dari tadi" jawab Nina.

Tanpa dikomando Tyas dan Santy berucap secara bersama-sama sambil membelalakkan mata, "hah….kakakmu laki-laki". "Terus gimana dong…"tanya Tyas.

"Tenang mbak, kakakku jinak kok" kata Nina setengah bergurau. Dengan beberapa kesepakatan akhirnya mereka bertiga berangkat ke kost-an kakaknya Nina.

Mereka bertiga naik dokar menuju terminal. Setelah bus yang ditunggu tiba, naiklah mereka bertiga ke atas bus. Sembari tengok sana-tengok sini akhirnya mereka bertiga dapat tempat duduk masing-masing. Belum juga duduk Tyas dikejutkan dengan suara, "Tyas….Tyass…" suara yang tidak asing didengar Tyas.

"Tody….." sapa Tyas. Sambil menunjukkan tempat duduknya kepada Tody, Tyas pun duduk di sebelah penumpang yang lain. Karena tempat duduk mereka menyebar, sehingga ketiganya tidak ada yang saling bercakap-cakap termasuk juga pada Tody. Tyas tidak tahu kalau Tody mau kemana, apakah dia sementara perjalanan ke rumah kakaknya atau ada keperluan lain. Pertanyaan itu yang mengganggu pikirannya selama dalam perjalanannya.

Tiga jam berselang merekapun telah sampai di terminal yang di tuju, Tody ikut turun sejenak untuk menemui Tyas dan Santy. “Hati-hati”, pesan Tody kepada mereka berdua.

“Apakah kamu sudah mau berangkat ke rumah kakakmu” Tanya Tyas penasaran. Santy yang mendengar pertanyaan Tyas ke Tody jadi ikutan nimbrung berbicara.

“Kamu mau pergi kemana Tod…?”.

“Aku mau ke Jogja tinggal sama kakakku, aku juga mau kuliah di sana”, jelas Tody sambil memandang Tyas yang berdiri di hadapnnya.

“Oh…gitu, tapi bagaimana dengan yang di sebelah saya ini”, Tanya Santy sambil memalingkan wajahnya ke arah Tyas. Mendapat pertanyaan seperti itu Tody hanya diam saja, hanya ekspresi wajahnya yang mengisyaratkan kesedihan.

Dengan tatapan penuh kasih Tody melepas Tyas. Melihat tatapan Tody kepada Tyas, Santy merasa ada sesuatu yang telah terjadi antara keduanya. Namun Santy hanya menyimpannya dalam hati. Dengan melambaikan tangan kepada Tody dan saling berpandangan sejenak tanpa ada kata yang terucap mereka berpisah di terminal tersebut. Tody menatap kepergian Tyas hingga hilang di balik kerumunan penumpang lain.

Rumah yang sangat sederhana bahkan cenderung tidak bagus, menjadi tempat menginap Tyas dan Santy saat akan mengikuti test masuk perguruan tinggi. Sesampai di depan pintu Deny memberikan penjelasan tentang keadaan rumah kostnya. “Tak apalah yang penting ada untuk menginap toh cuma tiga hari saja” jawab Tyas. Tyas dan Santy di persilahkan masuk ke ruang tamu sebelum dipersilahkan untuk istirahat di kamar Deny. Deny masuk ke kamarnya dan terdengar suara tebasan sapu lidi untuk membersihkan kasur, tak berapa lama kemudian Deny mempersilahkan mereka berdua untuk istirahat di kamarnya. Sementara Deny masuk ke kamar lainnya bersama teman laki-lakinya.

Malam sebelum ujian mereka mempelajari materi materi pelajaran sesuai dengan mata ujian esok paginya. Sesekali mereka berduapun saling canda, sampai suatu ketika mereka mulai mengantuk dan memutuskan untuk tidur.

Pelaksanaan test sudah memasuki hari terakhir, dan ujianpun telah selesai. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pulang, "terima kasih Mas, sudah ditumpangi menginap" sambil menyerahkan amplop Tyas dan Santy berpamitan. Namun amplop yang berisi uang ala kadarnya ditolak Deny.

"Gak usah ini, apa-apaan kayak dengan siapa aja", tegas Deny. Akhirnya dengan ucapan terima kasih mereka berdua pamitan. Denypun menghantarkan mereka berdua di pinggir jalan sampai mereka mendapatkan angkot, barulah Deny kembali.

“Semoga asa yang kita perjuangkan ini tidak kan sia-sia”, kata Santi setelah beberapa saat duduk di dalam angkot.

“Iya semoga mimpi-mimpi kita akan menjadi kenyataan”, jawab Tyas sambil menengadahkan tangan dan mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Aamiin”, sahut mereka bersama-sama.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Essip bu sulis...

13 Feb
Balas

Keren cerpennya Bun. Salam sukses selalu

06:08
Balas

Mantab cerpennya bu. Salam sukses dan sehat selalu

08 Apr
Balas

Mantab kisahnya Bun. salam sukses selalu

06 Apr
Balas



search

New Post