SUMARMI MARMI

Guru SMA Negeri 4 Pekanbaru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Keikhlasan dan Kepasrahan Seorang Ibu, Tantangan gurusiana hari ke-68

Keikhlasan dan Kepasrahan Seorang Ibu, Tantangan gurusiana hari ke-68

Keikhlasan dan Kepasrahan Seorang Ibu

#Tantangan gurusiana

#Tantangan hari ke-68 

Suara pengajian Al-Quran di masjid membangunkan Bagas , waktu  masih menunjukkan pukul 04.00 pagi dan Bagas pun segera bergegas  menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil air wudlu  persiapan menjalankan sholat subuh. Udara masih begitu dingin namun seluruh penghuni rumah sudah bangun. Ratih adiknya juga sudah bangun sudah membereskan kamar dan juga sudah bersih-bersih diri dan sedang bersiap-siap. Sementara itu,  Ibunya sudah sibuk di dapur  membikin sarapan, hari itu Mak Atun tidak berjualan dan tidak membuat gorengan karena semalam sibuk  menyiapkan bekal untuk anaknya. Mak Atun membuat sambal terasi, goreng ikan asin pedo kesukaan Bagas  dan membuat dendeng ragi, srundeng dicampur daging kesukaannya Ratih. Semua sudah disiapkan Mak Atun tadi malam dan sudah dibungkusnya rapat-rapat di dalam toples plastik  dan nantinya dibawakan untuk bekal kedua anaknya bisa untuk beberapa hari di Jakarta.

Selesai sholat subuh berjamaah, mereka pun  sarapan bersama. Rencananya Bagas dan Ratih berangkat pagi ini dengan kereta api Fajar utama berangkat dari Yogya pukul 07. 00 pagi. Hati Bagas sudah siap setelah semalam Ibunya menenangkannya dan memberi restu keberangkatannya ke Jakarta. " Bagas, berangkatlah  Nak besuk  pagi demi adikmu Ratih, Ibu ikhlas  kalian mengejar cita-cita kalian, Ibu ridhlo, insyaalloh tidak terjadi apa-apa dengan Ibu, kamu tidak usah khawatir Bagas" kata Ibunya malam itu karena Ibunya merasa Bagas masih gelisah.

"Baiklah Bu, Bagas mohon doa restu, Bagas sudah  pesan tiket dua hari yang lalu, karena lusa Ratih harus mengumpulkan berkas-berkas untuk persiapan pengenalan kampus. Hari berikutnya Bagas sudah harus mulai bekerja Bu" kata Bagas dengan perasaan mulai tenang. Bagas sudah siap demi masa depan adik dan keluarganya, hatinya sudah mantap untuk meninggalkan kota Yogya menuju Jakarta.

Selesai sarapan Bagas dan Ratih bergegas menyiapkan perlengkapan yang mau dibawa, juga bekal yang sudah disiapkan Ibunya, setelah semua beres Bagas pun memesan gojek untuk berangkat ke stasiun. Saat itu pukul 05.00 pagi, jarak rumah Bagas ke stasiun kira-kira ditempuh selama 20 menit, jadi tidak terlalu buru-buru. Tak berapa lama 2 gojek sudah sampai di depan rumah.

Sebelum berangkat Bagas dan Ratih pun berpamitan pada Ibunya "Bu, Bagas berangkat ya Bu, doa kan Bagas ya Bu, semoga semuanya lancar  Bu" kata Bagas berpamitan dan mohon doa restu Ibunya. Kemudian Ratih pun menyusul berpamitan pada Ibunya,  "Bu, Ratih berangkat ya Bu, maafkan Ratih ya Bu karena keinginan Ratih untuk kuliah, Ibu harus tinggal sendirian di rumah, doakan Ratih  Bu, kuliah Ratih lancar  dan Ratih bisa segera bisa segera menyelesaikan kuliah dan membahagiakan Ibu" kata Ratih berpamitan dengan air mata yang tak bisa dibendung. Mereka pun berpelukan dan tak bisa menahan tangis mereka. Mereka berpelukan seakan berpisah dalam waktu  yang sangat lama.

" Bagas, tolong jaga adikmu ya Nak, semoga kamu bisa melindunginya saat dia dalam kesulitan, dan kamu Ratih belajar sungguh-sungguh disana dan nurut pada Masmu, dan untuk kalian berdua jangan lupa sholat sesibuk apa pun kalian " kata Mak Atun pada kedua anaknya, Bagas dan Ratih dengan suara parau karena menahan tangis.

" Baik Bu, assalamu alaikum " Bagas dan Ratih bersamaan mengiyakan pesan Ibunya. Dan keduanya segera naik motor gojek yang sudah menunggu beberapa saat. Motor pun segera melaju dengan kencang menuju stasiun diiringi lambaian tangan Mak Atun.

Mak atun menjawab salam kedua anaknya dan menguntapkan kedua anaknya sampai depan rumah. Mak Atun berusaha menahan air matanya menetes di depan kedua anaknya  karena ia tak ingin kedua anaknya ragu meninggalkannya. Dia ikhlas ditinggal sendiri oleh kedua anaknya demi masa depan kedua anaknya. Dia yakin yang Maha Kuasa akan melindungi dirinya dan kedua anaknya. Dengan terus bermohon dan berdoa Mak Atun berharap bisa menatap masa depan kedua anaknya dengan penuh  kebahagiaan.  Mak Atun yakin suatu saat  akan bisa berkumpul kembali dengan kedua anaknya dengan kondisi yang lebih baik.....

Bagaimana kehidupan Mak Atun setelah ditinggal merantau oleh kedua anaknya?

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren. Terima kasih atas kunjungan Ibu tadi.

08 Jul
Balas

Sarat makna. Terima kasih telah berkunjung.

08 Jul
Balas

Luar biasa. Lanjutkan!

07 Jul
Balas

Mantap bu... Seakan ku hadir dalam cerita itu

07 Jul
Balas

Lanjut ibu ceritanya seru

07 Jul
Balas

Lanjutt, Bu

07 Jul
Balas



search

New Post