Sumarni

Sumarni bekerja sebagai kepala sekolah dasar Negeri 16, Mempunyai lima orang anak,dua putri tiga putra,dua menantu dan dua orang cucu. Sejak dari tahun 1994 me...

Selengkapnya
Navigasi Web
Nyanyian Rindu ( tantangan gurusiana hari 877)

Nyanyian Rindu ( tantangan gurusiana hari 877)

Nyanyian Rindu

Oleh : Buyang

Rindu suatu kata yang tak pernah lepas dari sebuah rasa. Adakah insan yang tidak pernah merasakannya?. Ya jelas adalah jika insan itu hatinya sudah membatu atau hatinya tidak berfungsi secara normal.

Jika rasa rindu itu dicurahkan kedalam goresan puisi maka judulnya akan berjibun seperti buih dilautan. Rasa yang satu ini akan selalu mendiami lubuk hati setiap insan. Rindu kepada Sang pemilik jiwa raga, rindu pada orang tua , pada kekasih hati yang jauh Dimata atau yang telah berbeda alam. Rindu kepada anak dan cucu yang jauh dirantauan. Pokoknya rindu itu buanyak banget tergantung kepada siapanya yang jelas rasa itu selalu menerpa pada insan yang memiliki perasaan.

Rasa rindu itu saat ini sedang berlangsung pada sekeping hati yang kumiliki. Rasa yang tak pernah reda. Paling juga cuma seketika ia sembuh jika obat rindu itu kudekap. Rasa itu akan kambuh kembali setiap kuingat mereka yang jauh dariku.

Rindu yang sangat menyiksa batinku. Setelah kepergian orang yang sangat kucintai untuk selamanya membuat runtuh gumpalan harapanku, hilang semangat hidupku. Setiap saat hanya ditemani duka dan air mata. Sulit menemukan secebis senyum dari bibirku yang hanya melantunkan kalimat tauhid sebagai tameng kekuatan dan ketawakalan diri.

Lima tahun kepergiannya duka itu masih segar, rindu itu tak pernah pudar. Andai air mata ini bukan ciptaan Allah sudah pasti ia telah mengering. Setiap saat aku masih dihantui kenangan bersamanya. Tiada secebis kisah yang lari dari ingatanku. Tiada satu katapun yang terdelet dari kenangan ini ketika, Ia mengucapkan kata - kata mesra dari mulutnya yang selalu membuat jiwa ini melayang dalam kebahagiaan. Sampai saat ini tiada satu hurufpun yang tertinggal dan terlupakan jika dirinya menyampaikan pesan dan nasihat serta mengajar ilmu agama buat aku dan anak - anak.

Disetiap waktu azan berkumandang rasa ini makin membuncah jiwaku. Ada nada suara rindu yang kutunggu. Ada goresan pilu yang kuingat. Dulu setelah azan bergema kita sama - sama sujud merendahkan diri serta meninggalkan keangkuhan untuk melaksanakan kewajiban sebagai hamba ciptaan Allah. Terkadang aku tidak bisa hadir ke Masjid bersamanya tentu ada alasan. Kutunggu kepulangannya dengan senyuman. Kini tiada lagi sosok yang kunanti. Hanya rindu yang tersemat di hati.

Kepergian dirinya membuat aku dibuai rasa rindu yang tidak pernah terlepaskan. Disetiap malam aku ditemani air mata. Setiap sujud aku berdoa untuk ketenangan dirimu disana. Bermohon agar dirinya ditempatkan bersama orang - orang yang beriman. Disetiap malam menjelang mata terpejam berharap mimpi itu hadir agar secebis rasa rindu ini terobati namun itu tidak pernah kudapati.

Maafkanlah diri ini duhai kekasih hatiku. Aku terlalu berharap untuk kau hadir walau hanya dalam mimpi padahal alam kita telah berbeda. Aku salah telah menganggu ketenangan dirimu disana. Mungkin dirimu marah padaku karena dulu kau pernah berkata " andai Abang pergi duluan jangan terlalu larut dalam kesedihan",

Masih terngiang di telingaku kata - kata dan pesan yang diucapkan.

"Lho... Abang mau kemana, kan kita seringnya kemana - mana selalu bersama", kelakarku.

Padahal aku sudah tahu maksudnya. Aku coba menghibur hati. Sakit yang ia derita selama Tiga setengah tahun membuat kondisinya makin hari makin tak berdaya. Gagal ginjal membuat ia harus menjalani cuci darah selama itu.

Membersamai dirinya selama 27 tahun membuat tumpukan kebahagiaan yang sangat subur. Kebahagiaan itu tidak bernjut hingga memasuki masa Purnabakti yang kita harapkan. Semua itu sudah menjadi ketentuan Allah kita hanya merencanakan dan berharap.

Setelah kepergian suamiku aku benar - benar terpuruk. Rasa sedih dan rindu yang menyakitkan membuat aku selalu mengunci diri dikamar. Empat bulan sepuluh hari aku tidak keluar jauh kecuali tempat kerja yang kebtulan didepan rumahku. Anak disekolah membuat ketenangan jiwaku sedikit terasa.

Tahun pertama tanpa dirinya kami menyambut romadhan dan lebaran yang sangat menyayat hati. Sampai putriku menyampaikan rasa hatinya bersama Isak.

" Ma... Kakak tak sanggup rasanya melalui hari raya tanpa Ayah".

"Iya nak, kita harus kuat dan sabar biar ayah tenang di sana",

Aku Cuba menenangkan suasana, padahal hatiku sangat perih ditusuk dengan kakata - kata putriku. Ingin aku berlari ke kamar tidur dan berteriak sekuatnya biar sebak didada ini mereda.

"Mama... Ayo kita pergi saja lebaran ini", putra bungsuku berkata.

"Mau kemana sayang?", Tanyaku tersendat.

"Ketempat dimana tiada orang untuk merayakan hari raya ma",

Ya Allah... Aku tidak bisa lagi bertahan ditempat dudukku, kukuatkan mengangkat tubuhku yang saat itu kurasakan seperti beban yang sangat berat. Tak mampu aku menapak, tak mampu kubawa tubuh ringkihku menuju kamarku. Aku berlalu dari depan anak - anaku seolah aku kuat dan sambil berkata,

" Ah... Masak ada tempat orang yang tidak ada hari raya nak?"

Aku tersenyum kecut berlalu sambil menahan ada sesuatu yang mau tumpah dari netraku. Sesampai di kamar aku berwudhu dan mengenakan mukena karena waktu solat hampir tiba.

Hari demi hari kulakui tanpa sinar kasih, rindu makin subur menemani waktu. Kukira rasa rindu ini makin mereda tetapi aku salah sangka. Rindu datang dari berbagai penjuru. Setelah kepergian suamiku anak - anak pula telah tinggal jauh bersama keluarga kecilnya. Derai air mataku kembali menemani.

Berjauhan itu juga sakit. Ketika suara cucuku yang hadir mengobati rindu ku hanya sekejap. Sepi itu hadir lagi ketika mereka kembali kerumahnya. Jarak yang jauh antar kota provinsi membuat rinduku makin mengunung.

Ternyata rindu itu sebuah penyakit yang sangat berat. Kukira rinduku kan mereda sampai saatnya. Kini rinduku bertambah meluas hingga keempat penjuru dimana mereka yang kucintai berada.

Ya Allah... Pada -Mu lah tempat hamba meringankan beban rindu ini. Di sujud hamba memohon agar rinduku terobati dengan sua yang diharap.

Mohon hamba pada - Mu ya Rabb. Tempatkan lah kekasih hatiku, ayah dari anak - anakku di syurga - Mu ya Allah. Kumpulkan lah kami satu saat nanti di Jannah-Mu. Aamiin ya Rabbalalamiin.

Bengkalis. 10062022 ( menulis hari 877(

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post